Mohon tunggu...
Urfiyah NadiyahFillah
Urfiyah NadiyahFillah Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

PIAUD FITK 2K19/UINMALANG

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Intelegensi Anak Usia Dini

19 April 2021   21:43 Diperbarui: 19 April 2021   22:05 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Intelegensi sangat erat kaitanya dengan dunia pendidikan maupun pembelajaran. Hal ini dapat disebabkan dengan pendidikan yang telah dihadapkan pada setiap anak-anak yang berbeda, dengan berbagai macam kemampuan intelegensi. Sebagai pendidik tentunya harus mampu untuk memahami dari berbagai macam keragaman intelegensi pada anak didiknya. Berbagai macam keragaman yang dimiliki oleh anak-anak perlu untuk dipahami agar dapat memberikan pelayanan yang tepat untuk mencapai tujuan pendidikan.

Perlu disadari bahwa kita sering sekali menemukan anak yang terampil, cepat dan juga cekatan serta ia hanya memerlukan waktu yang relatif singkat dalam menyelesaikan tugasnya ataupun pekerjaan yang sedang dihadapinya. Kemudian adapun sebaliknya yang membutuhkan waktu yang relatif lama dalam proses mengerjakan tugas. Bahkan ada pula yang lamban dan sampai-sampai tidak dapat menyelesaikan tugas ataupun pekerjaannya. Salah satu faktor yang dapat menentukan permasalahan tersebut yakni dari taraf intelegensi anak tersebut.

Istilah dari intelegensi sendiri yang sebagian dari masyarakat menamakannya dengan sebutan kecerdasan, kecerdikan, keterampilan serta kepandaian. Ada berbagai teori secara umum mengenai intelegensi,antara lain :

a. Teori general inteligensi

Teori pertama yaitu teori general inteligensi yang terdapat pada semua aspek dalam inteligensi secara umum, dengan tingkatan tertentu di dalam sejarah inteligensi yang terdapat di psikologi. Misalnya, bakat tertentu yang sudah terlihat dan dimilki oleh seseorang sejak ia lahir. Terdapat karakteristik pada teori general inteligensi yaitu berupa kemampuan umum yang telah dibawa sejak ia lahir dan bersifat konstan, digunakannya dalam setiap ada kegiatan yang sifatnya individu dengan jumlahnya berbeda-beda pada setiap individu satu dengan yang lainnya.

b. Teori specific inteligensi

Teori ke-dua yakni teori specific intelegensi, pada teori ini hanya terdapat beberapa faktor inteligensi. Misalnya, inteligensi yang terdapat di diri seseorang yang mempunyai keunggulan di beberapa inteligensi saja. Teori ini berhubungan dengan saraf otot, ingatan, dan juga pengalaman. Terdapat karakteristik pada teori specific intelegensi yaitu jumlah faktor spesifik pada setiap orang berbeda pada umumnya dan faktor spesifik ini bervariasi dari satu kegiatan satu dengan yang lainnya pada individu yang sama serta dapat diperoleh dan juga dipelajari dari lingkungan.

c.  Teori pembawaan

Teori ke-tiga yaitu teori pembawaan merupakan teori yang meyakini bahwa hal yang bisa menentukan dari pembawaan sesorang yakni sifat-sifat ataupun ciri-ciri yang dibawa oleh seseorang sejak ia lahir. Batas pada kemampuan sesorang dalam mengerjakan suatu hal ini dapat ditentukan oleh pembawaan masing-masing individu.

d. Teori kematangan

Teori ke-empat yaitu teori kematangan merupakan teori yang meyakini bahwa manusia bisa dikatakan mencapai tingkat kematangan apabila setiap organ tubuhnya bisa menjalankan fungsinya dengan optimal. Misalnya, apabila ada sesorang yang belum bisa dalam memecahkan masalah tertentu yang sedang dihadapinya, maka dalam artian organ tubuh serta fungsi organ tubuhnya belum mencapai pada tingkatan kematangan yang sesuai dengan seharusnya. Bisa disimpulkan bahwa tingkatan kematangan ini berhubungan erat dengan umur dan juga rentan usia setiap individu.

e. Teori minat

Teori ke-lima yaitu teori minat yaitu teori yang meyakini bahwa adanya minat  atau atau dorongan untuk berbuat apa yang ingin hendak dilakukannya. Biasannya manusia terdorong untuk berinteraksi dengan dunia luar dengan cara mengeksplorasi dunia luar dan nantinya lama kelamaan akan timbul minat yang sesuai dengan apa yang di minta oleh individu tersebut.

f. Teori kebebasan

Teori ke-enam yaitu teori kebebasan merupakan salah satu teori yang telah menekankan bahwa manusia bisa memilih metode tertentu dalam upayannya untuk memecahkan masalah yang telah dihadapinya.

Kecerdasan majemuk atau teori multiple inteligensi ditemukan oleh seorang psikolog perkembangan dan juga sorang professor pendidikan dari Harvard Univercity yang bernama Howard Gardner. Ia mendefinisikan bahwa multipel inteligensi merupakan kemampuan seseorang untuk dapat menyelesaikan suatu permasalahan dan dapat menghasilkan produk dalam setting yang bermacam-macam dan pada situasi nyata. Kecerdasan ini meliputi perkembangan kognitif serta daya pikir. Pada mulanya multiple inteligensi hanya terdapat 8 jenis kecerdasan, dengan seiring berkembangnya pengetahuan kini menjadi 9 kecerdasan, yakni :

  1.  Linguistic intelligence (Inteligensi linguistik) yaitu kemampuan untuk menggunakan kata-kata secara lisan maupun tertulis dengan efektif.  Tertulis seperti kemahiran dalam menulis karya seperti pantun, puisi, cerita pendek, dll. Lisan misalnya kemahiran dalam mendongeng ataupun bercerita.
  2. Logical-mathematical intelligence (inteligensi matematis-logis) yaitu kemampuan yang berkaitan dengan menggunakan logika maupun bilangan. Kecerdasan matematis logis yang dimilki oleh anak biasanya mampu untuk mengenal dan juga mengamati konsep jumlah dan juga waktu dan dapat mengamati objek beserta fungsi dari objek tersebut. Anak yang memilki kecerdasan ini juga pandai dalam memecahkan masalah serta menuntut untuk berfikir secara logis.
  3. Spatial intelligence (inteligensi ruang) yakni kemampuan untuk menangkap dunia ruang secara visual dan tepat juga mengenal bentuk dan benda dengan tepat.
  4. Bodily-kinesthetic intelligence (inteligensi kinestetik-badani) yakni kemampuan untuk menggunakan tubuh dan gerak tubuh untuk mengekspresikan gagasan serta perasaan. Biasanya anak yang memiliki kecerdasan ini suka sekali dengan hal-hal yang berkaitan dengan fisiknya, seperti: menari, olahraga, bela diri, dan lain-lain.
  5. Musical intelligence (inteligensi musikal) yakni kemampuan untuk mampu mengekspresikan, sekaligus  mengembangkan dan menikmati jenis-jenis musik serta suara, peka terhadap ritme, intonasi, melodi dan mempunyai kemampuan alat musik.
  6. Interpersonal intelligence (inteligensi interpersonal) yakni kemampuan untuk mengerti dan menjadikan rasa peka pada perasaan, watak, tempramen orang lain, intense. Biasanya anak yang mempunyai kecerdasan ini bisa mengenal emosi dirinya maupun emosi orang lain, serta mampu untuk bekerja mandiri, menyalurkan pikiran dan mengembangkan konsep diri secara baik.
  7. Intrapersonal intelligence (inteligensi intrapersonal) yakni kemampuan yang berkaitan dengan pengetahuan diri sendiri dan kemampuan untuk bertindak dengan adaftif berdasarkan dengan pengalaman diri serta mampu untuk berefleksi dan keseimbangan diri.
  8. Naturalist intelligence (inteligensi naturalis/lingkungan) yakni kemampuan untuk mengenal bianatang dan tanaman dengan baik dan menikmati alam. Biasanya anak yang memiliki kecerdasan ini suka untuk berpetualang untuk menikmati keindahan alam, mengamati, berinteraksi dan peduli dengan alam.
  9. Existentia intelligence (inteligensi eksistensial) yakni kemampuan yang memilki kaitannya dengan kepekaan dan mampu untuk menjawab persoalan tentang eksistensi manusia. biasanya anak yang memilki kecerdasan ini akan terus berupaya untuk menjadi lebih baik.

Pengukuran intelegensi merupakan prosedur dalam mengukur untuk meminta peserta menunjukkan kemampuannya secara maksimum, sehingga pengukuran inteligensi ini menggunakan tes yang dikenal dengan tes inteligensi. Ukuran yang digunakan untuk mengukur inteligensi yakni tes IQ. 

Inteligensi ini berhubungan dengan kreativitas, bakat dan juga prestasi. Anak yang berbakat merupakan anak yang mempunyai inteligensi sangat tinggi. Menurut Francis Galton ia mendefinisikan inteligensi sebagai kapasitas biologis dalam pecapaian itelektual. Dari sini kemudian Galton mengukur inteligensi melalui pengukuran kecepatan mental serta ketajaman panca indra melalui respon terhadap stimulus dari lingkungan. 

Sedangkan Galton, dan Alfred Binet memiliki pendapat yang berbeda dengan mengajukan dua asumsi mengenai intelegensi. Asumsi yang pertama yakni, kemampuan mental berkembang dengan semakin bertambahnya usia. Ke-dua, kecepatan manusia dalam berkompetensi mental mempunyai karakteristik tersendiri dan bersifat konstan seiring dengan berjalannya waktu. Binet melakukannya dengan cara mewawancarai guru yang sudah berpengalaman untuk mengukur tentang kemampuan mental yang dapat dipecahkan anak. Dari penelitian ini Binet bisa memperkenalkan tentang apa yang disebut dengan usia mental.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun