Mohon tunggu...
Uray Arulsyah Muhammad
Uray Arulsyah Muhammad Mohon Tunggu... Jurnalis - Buruh Penulis Konten

Sedikit paham dan sedikit berpengalaman dalam dunia jurnalisme.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Orang Indonesia Lupa Bahasa Indonesia

9 Maret 2023   09:50 Diperbarui: 31 Maret 2023   14:10 325
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seiring perkembangan zaman dan keanekaragaman di Indonesia, iklim bahasa di Indonesia semakin berubah dan sepertinya akan terus berubah. Perubahan ini disebabkan selain dengan perkembangan teknologi atau semacamnya, tidak lepas pula budaya barat yang semakin hari masuk menjelajah wilayah timur. Hal ini dapat menghasilkan inisiatif-inisiatif perubahan pada kebudayaan.

Memiliki keragaman sejatinya menjadikan bangsa lebih paham arti dari persatuan. Bahasa Indonesia pun diciptakan untuk memelihara persatuan, menghubungkan setiap suku untuk dapat berkomunikasi menggunakan bahasa yang sama. Namun, bagaimana penggunaan bahasa Indonesia hari ini?

Seperti yang semua orang lihat dan rasakan, di Indonesia saat ini baik komunikasi dalam bentuk apapun menjadikan bahasa slang sebagai bahasa sehari-hari, khususnya interaksi masyarakat di media sosial. Tanpa disadari mungkin kemunduran penggunaan bahasa Indonesia akibat praktik tersebut bisa saja terjadi.

Contoh bahasa slang yang sering ditemui ialah "mager", "mager" disini diartikan sebagai singkatan dari "malas gerak". Adapun contoh bahasa slang lainnya "woles", "woles" disini merupakan kebalikan dari kata "selow", "selow" sendiri pun muncul dari bahasa Inggris yaitu slow. Begitulah rumitnya bahasa yang digunakan dan tentunya masih banyak penggunaan bahasa-bahasa lainnya.

Tentunya penggunaan bahasa slang yang marak di Indonesia, dapat menimbulkan dampak negatif terhadap perkembangan bahasa Indonesia sebagai identitas bangsa. Mayoritas masyarakat pun diyakini tetap berpegang terhadap bahasa slang demi status sosial, dan parahnya lagi anak muda Indonesia akan susah lepas dari penggunaan bahasa slang ini demi pencapaian jati diri sebagai jiwa muda.

Penggunaan bahasa slang yang intensif dalam kehidupan hanya akan mengubur bahasa Indonesia (bahasa yang tidak terpakai) dan memunculkan bahasa baru, tetapi mungkin penerapannya berbeda. Indonesia menguburkan bahasa asli Indonesia nya sendiri dan memunculkan bahasa baru, tetapi bahasa baru yang dimunculkan adalah bahasa slang hasil dari bahasa Inggris ataupun bahasa Indonesia yang terolah, disitu letak kesalahannya.

Gejala bahasa slang ini dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan bahasa Indonesia, dan tentu akan dianggap sebagai penyimpangan. Kurangnya kesadaran untuk memanfaatkan bahasa Indonesia sendiri berdampak pada tergilasnya bahkan lunturnya bahasa Indonesia dalam pemakaian sehari-hari. Apalagi dengan banyaknya dunia hiburan masa kini yang sering menggunakan bahasa slang dibanding berbahasa Indonesia yang baik.

Penggunaan bahasa slang di Indonesia memang suatu budaya yang baru, tetapi akan lebih baik jika bahasa slang digunakan dalam kadar porsinya. Bahasa slang memang sangat berperan dalam membentuk masyarakat untuk memunculkan budaya baru, karena bahasanya yang bersifat santai dan lebih fleksibel. Tetapi diluar itu, alangkah baiknya jika masyarakat dapat menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam beberapa bagian kehidupan sehari-hari, hal ini bukan suatu yang percuma, tetapi bisa mengembalikan kestabilan eksistensi bahasa Indonesia itu sendiri.

Orang Indonesia pada dasarnya tak pantas untuk melupakan bahasa Indonesia, eksistensi bahasa Indonesia perlu dijaga, terlebih pada era globalisasi. Jati diri atau jiwa bahasa Indonesia seharusnya tetap dibina dan selalu dilestarikan oleh setiap warga Indonesia.

Referensi

Armijn Pane, 1986, Perkembangan Bahasa Indonesia, Yogyakarta: Pustaka Kita.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun