Mohon tunggu...
Upik Triwulandari
Upik Triwulandari Mohon Tunggu... profesional -

Ibu Rumah Tangga Peduli Bangsa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Perjalanan Berkesan Ke Kampung Kidz

9 April 2013   22:21 Diperbarui: 24 Juni 2015   15:27 707
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Oleh : Upik Triwulandari

Pada  hari Jumat, 07 Februari 2013 penulis   bersama rombongan rekan sejawat mengadakan acara studi banding di Kampung Kidz,  Batu, Jawa Timur.

Dalam perjalanan penulis bertanya kepada ketua panitia  ; Kampung Kidz itu apa, karena penulis belum pernah ke  Kampung Kidz sebelumnya dan penulis masih awam dengan nama Kampung Kidz.  Ketua Panitia menjawab sekilas bahwa  Kampung Kidz itu tentang anak-anak yang berkarya.  Dalam benak penulis, mungkin yang akan kami kunjungi adalah semacam sentra industri yang mengerjakan suatu produk kerajinan. Seperti halnya sentra industri sepatu kulit , tas, perhiasan dan semacamnya.  Demikian pemikiran penulis. Dengan fisik yang mulai lelah penulis ikut saja rombongan menuju Kampung Kidz.

Akhirnya sekitar jam 3 sore kami tiba di lokasi Kampung Kidz. Sesampai di lokasi, pertanyaan masih menggelayut di benak.  Seperti apa sentra industri anak itu?

Begitu kaki menginjakkan tanah, turun dari bus rombongan, nampak sebuah gedung kira-kira lantai tiga berjajar dua di tengah-tengah bukit kecil. Ada jalan setapak yang ditanami bunga-bunga indah disana. Dari jauh nampak seperti villa. Jauh dari bayangan penulis mengenai sentra industri.

Kami beranjak beramai-ramai menuju gedung itu. Di jalan setapak menuju gedung kami berhenti sejenak untuk berfoto-foto karena pemandangan gunung nun jauh di sana amat indah dipadu dengan taman-taman mungil.

Tuan rumah mempersilahkan kami untuk duduk di bangku-bangku yang menghadap gedung dan di depan semacam lapangan basket namun dimodifikasi layaknya panggung megah lengkap dengan background dan sound system.

Pertanyaan di hati belum terjawab. Tempat macam apa ini, lapangan seperti panggung pementasan. Kemudian petugas Kampung Kidz memberi sambutan mengenai tempat itu. Ternyata Kampung Kidz itu adalah julukan untuk sekolah SMA SELAMAT PAGI INDONESIA, secara gratis sekolahnya, makan minumnya, juga tidurnya bahkan setelah lulus pun tetap di Kampung Kids.

Wow. Penulis mulai terheran  dan setengah tak percaya.

Karena rupanya panitia tidak berkoordinasi dulu dengan pihak Kampung Kids bahwa akan ada kunjungan.  Petugas itu kalau tidak salah bernama Made, bertanya apakan kami bisa sekitar 2 jam di Kampung Kidz karena akan diberikan sambutan , begitu katanya.  Segera kami menjawab : bisaaa. Penulis tidak paham sambutan itu maksudnya apa.

Kemudian kami dipersilakan ke semacam bale bengong yang berada di pojok lokasi di atas sungai yang gemericik mengalir. Setelah menikmati pemandangan sungai yang berlatar gunung, kami dipersilakan ke sebuah ruangan besar yang berdinding bambu. Ruangan itu sederhana, namun lagi – lagi saya kagum. Ruangan yang dari luar nampak sederhana itu di dalamnya ada panggung lengkap dengan perangkatnya. Kami pun disuguhi menu snack dan minuman.  Dalam hati penulis bertanya, kapan masaknya?  Padahal jumlah kami semua tiga bus. Hampir 200 orang. Kami duduk di kursi macam kursi ILC- nya bang Karni. Kesederhanaan dipadu kemewahan.

Dengan tanda tanya penulis duduk dan mendengarkan pendiri SMA Selamat pagi Indonesia   yaitu Ko Jul. Demikian beliau dipanggil. Nama lengkap beliau adalah Julianto Eka Putra.

Beliau berkisah bahwa berawal dari keinginan untuk berkarya bagi sesama, muncul sebuah gagasan untuk membangun sebuah sekolah gratis. Gagasan ini sempat dipandang sebelah mata, namun dengan keuletan pada tahun 2007, berdirilah sebuah sekolah menengah atas dengan nama SMA Selamat Pagi Indonesia atau lebih dikenal dengan sebutan SPI. SPI terletak di Jalan Pandanrejo No 1, Bumiaji, Batu, Jawa Timur. SMA SPI ini diperuntukkan untuk anak-anak yang tidak mampu melanjutkan jenjang pendidikan SMA dan sebagian besar di antara mereka yatim piatu, yatim, dan piatu.

Dari niatan hanya mendirikan sekolah gratis dengan seluruh fasilitasnya yang serba gratis, termasuk biaya hidup sehari-hari, akhirnya berkembanglah sebuah hal lain yakni adanya keinginan anak-anak SMA SPI yang ingin tetap tinggal meski mereka sudah lulus.Anak-anak tidak tahu kemana harus pergi karena tidak ada keluarga ataupun pekerjaan yang pasti.

Tuturnya, mendengar itu, terlintaslah pemikiran untuk membuat sebuah usaha yang dapat memberikan penghasilan bagi mereka. Maka lahirlah lahirlah Kampoeng Kidz pada 23 Januari 2010 hingga sekarang.

Kok Jul menceritakan langsung dengan  heboh gaya suroboyoan.

Yang membuat penulis salut  adalah :

-        Ko Jul terus gigih berjuang mendirikan sekolah Selamat Pagi Indonesia

meski cukup diruwetkan birokrasi termasuk ijin pendirian.

-        Ko Jul adalah mantan orang tidak baik yang menjadi baik (Itu diakui sendiri)  , lebih baik begitu, daripada mantan orang baik menjadi orang tidak baik,  demikian katanya.

-        Ko Jul adalah satu dari sekian banyak orang yang perhatian dalam dunia pendidikan meski dia bukan guru.

-        Ko Jul begitu peduli dengan anak yatim piatu

-         Ko Jul mengutamakan unsur Bhinneka Tunggal Ika dalam seleksi penerimaan siswa. Dengan perangkingan mulai yatim piatu, yatim , piatu, anak tidak mampu,

-         Juga pemerataan berdasar wilayah asal dan agama.

Penulis melihat sebuah semangat luar biasa untuk bisa menghidupi dan memberi pendidikan bagi anak-anak yang tinggal di sana.

Penulis semakin haru manakala kami semua pindah lokasi dan duduk di bangku depan lapangan yang difungsikan sebagai panggung.  Hari mulai larut. Lampu warna-warni mulai dinyalakan di panggung. Pagelaran persembahan anak-anak dimulai. Temanya tentang pentingnya Bhinneka Tunggal Ika.

Kami bak menonton sebuah pagelaran. Padahal waktu persiapan kira –kira hanya 1 jam. Tapi anak-anak bisa cekatan persiapan panggung dan kostum dari Sabang hingga Merauke.

Penulis tidak menyangka di tempat diatas gunung ini, penulis menemukan sebuah semangat belajar, sebuah penghargaan sesama manusia- seperti kamar siswa yang mirip kamar villa-, toleransi antar umat beragama, toleransi antar suku bangsa, dan kasih sayang kepada yatim piatu, anak tak mampu dll.

Di saat kejenuhan pikir dan rasa menonton carut marut panggung politik tanah air yang berbau bagi-bagi roti haram, ada kesejukan yang penulis rasakan di tempat ini. Rasa ke-Indonesiaan yang kental berbalut  toleransi dan kasih sayang sesama.

Mengapa gairah nasionalisme macam ini dimulai dari bawah , dari rakyat (macam Ko Jul), bukan dari atas (macam anggota DPR atau para anggota kabinet?)

Aliran kalau dari bawah tentu lebih susah daripada aliran dari atas. Dari atas akan mudah mengalir apalagi didukung peraturan resmi yang mewarnai pengejawantahan nasionalisme.

Kalau ada yang bilang negara ini akan bubar karena banyak suku bangsa dan banyak agama. Penulis sangat tidak setuju. Kampung Kidz bukti nyata bahwa kita semua suka akan kerukunan.

Warna-warni itu indah.

Andai seluruh pemimpin yang punya kekuasaan dan yang punya wewenang tidak sibuk dengan dompet sendiri.  Alangkah eloknya raga dan rasa negri ini.

--------------------------------------------------------------

Untuk warga Kampung Kidz.

Salut.

Anak-anak, semoga Tuhan senantiasa bersama kalian dalam menggapai cita-cita. Dan kalian semua punya orang tua yaitu Ko Jul. Kembangkanlah potensi kalian karena masih banyak adik-adik di luar sana yang nantinya mengharapkan kasih sayang kalian. Sukses untuk kalian.

Doa saya untuk Ko Jul, semoga Bapak senantiasa diberi kesehatan dan rejeki berlimpah, perusahaan-perusahaan bapak lancar semua. Sehingga anak-anak Selamat Pagi Indonesia bisa tercukupi kebutuhannya , bahagia , dan  tercapai cita-citanya. Amin.

Salam.

(Surabaya, gerimis Maret,  2013 dengan membuka : kampoengkidz.com)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun