Mohon tunggu...
Untung Wahyudi
Untung Wahyudi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Lepas di Beberapa Media Cetak dan Online

Penulis lepas di sejumlah media cetak dan online

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Buku dan Dilema Perpustakaan Keliling

10 September 2016   15:25 Diperbarui: 10 September 2016   16:01 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagi kaum terpelajar atau yang hidup di kota-kota besar, akses untuk dapat membaca buku bisa dibilang mudah, apalagi jika Perpustakaan Daerah melengkapi koleksinya dengan berbagai jenis buku berkualitas. Masyarakat bisa dengan mudah mengakses dan membaca buku dengan tenang dan nyaman. Di kota-kota besar pun tidak sulit menemukan toko-toko buku yang dengan mudah didatangi dengan koleksi buku yang banyak dan lengkap dari pelbagai penerbit.

Namun, bagi masyarakat yang tinggal di Desa atau Kota pedalaman, buku bacaan adalah barang langka sekaligus berharga. Tak heran jika ada sebagian masyarakat, khususnya kaum muda, yang merasa perlu untuk membuat taman baca gratis. Buku-buku yang dipinjamkan berasal dari para relawan yang bersedia meminjamkan atau menghibahkan buku-buku dan majalah, sekalipun bekas.

Hal ini seperti yang dilakukan komunitas taman baca Tore Maos yang digagas sekelompak anak muda di Kabupaten Sumenep, Madura. Komunitas yang digagas oleh Ragil Cahya Maulana dan Iva Misbah itu memanfaatkan taman kota Adipura, Sumenep, Madura, sebagai tempat untuk mengajak masyarakat, yang sedang bersantai di hari Minggu, untuk membaca secara gratis.

Komunitas ini mulai “melapak” sejak awal Juli 2016. Sebagaimana disampaikan Ragil dan Iva, antusiasme masyarakat cukup bagus. Menurut mereka, gerakan membaca, khususnya bagi anak-anak dan remaja, perlu digalakkan mulai sekarang agar mereka tidak kuper (kurang pergaulan) khususnya terkait informasi yang dibagikan lewat buku.

Memang, di zaman yang serbacanggih ini, mengakses informasi sudah bisa dilakukan lewat gawai atau akses internet, namun membaca buku tentu mempunyai rasa dan pengalaman tersendiri, mengingat betapa pentingnya kegiatan membaca, khususnya di kalangan masyarakat yang selama ini menganggap buku sebagai barang tabu.

Koleksi buku komunitas Tore Maos bisa dibilang cukup lengkap. Dari sastra klasik, novel populer, nonfiksi pengembangan diri, agama, hingga komik-komik lokal dan terjemahan yang cukup banyak menarik minat anak-anak yang berada di sekitar Taman Adipura. Selama lima kali “melapak”, diakui Iva Misbah, kegiatan tersebut cukup lancar. Masyarakat yang datang untuk membaca tidak hanya berasal dari kalangan anak-anak, pelajar SMA, atau mahasiswa, tetapi bapak-bapak dan ibu-ibu turut membaca buku yang disediakan sembari mendampingi anak-anak mereka.

Selain di Taman Adipura, Tore Maos juga melapak di kampus Universitas Wiraraja (Unija) dan Taman Kece di Desa Kebunagung, Sumenep. Semangat para relawan gerakan ini patut menjadi contoh bagi komunitas-komunitas lain yang memiliki kegiatan serupa.

Dukungan untuk Relawan dan Komunitas

Perjuangan relawan perpustakaan keliling memang harus didukung oleh berbagai pihak dan elemen masyarakat, karena kegiatan mereka semata-mata untuk menyebarkan virus membaca agar masyarakat tidak terjerembab pada jurang kebodohan yang akan membuat pikiran mereka penuh dengan kejumudan dan menyebabkan pikiran tidak terbuka.

Namun, lewat status Facebook-nya (28/8), Iva Misbah mengatakan bahwa, pada minggu kelima melapak di Taman Adipura, komunitas Tore Maos mendapatkan pengalaman baru berupa teguran dari Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Sumenep. Komunitas tersebut ditegur karena membuka lapak baca di Taman Adipura yang juga akrab dikenal Taman Bunga (TB) tersebut.

Teguran mereka sampaikan atas dasar kekhawatiran bahwa kegiatan Tore Maos akan memancing orang lain untuk berjualan di sekitar taman. Sebagaimana masyarakat Sumenep ketahui, sejak awal Idul Fitri kemarin, Taman Adipura memang sudah bersih dari para Pedagang Kaki Lima (PKL) yang biasa berjualan di area taman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun