Mohon tunggu...
Untung Sudrajad
Untung Sudrajad Mohon Tunggu... Penulis - Freelancer

Hobi membaca artikel Ekonomi dan Politik, Novel, Cerpen dan Puisi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Fenomena Flexing, Si Tukang Pamer di Media Sosial

14 Maret 2023   11:22 Diperbarui: 14 Maret 2023   19:37 963
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Tren Flexing atau pamer kekayaan di media sosial maupun televisi, sudah lama menggejala di Indonesia. Seiring dengan itu munculah istilah sultan atau crazy rich dimedia sosial dan televisi.

Apa sebenarnya yang dimaksud dengan flexing? Flexing adalah kegiatan seseorang yang pamer harta kekayaan, pamer pencapaian atas prestasi tertentu, pamer keindahan tubuh dan lain sebagainya.

Kenapa ini terjadi? Bukankah dalam adat istiadat kita tidak dianjurkan, bahkan dalam agamapun kegiatan pamer atau riya ini dilarang.

Ada beberapa sebab yang mendorong sesorang sibuk melakukan Flexing di media sosial maupun televisi.

  • Faktor Psikhologis karena rendah diri, kemunculan flexing bertujuan untuk mendapatkan pengakuan dari orang lain. Fenomane pamer ini pada dasarnya disebabkan karena yang bersangkutan memiliki rasa kepercayaan diri yang rendah. Perilaku flexing erat kaitannya dengan perasaan tidak aman dan rendah diri atau yang lebih dikenal dengan istilah insecure. Faktor terkuat penyebab insecure adalah merasa ada sesuatu sebagai kekurangan diri, untuk itu berusaha menutupinya dengan menunjukkan kelebihan diri;
  • Untuk kepentingan ekonomi, misalnya untuk kepentingan endorsement suatu produk agar laku dipasaran dan selanjutnya memperoleh komisi dari produsen, Fungsinya adalah sebagi influencer dan memberikan sinyal kepasar (sebagai trend setter),sehingga cepat menarik perhatian pasar;
  • Untuk meningkatkan kredibilitas diri sehingga bisa mengangkat derajad hidupnya,  dengan demikian menjadi gampang untuk masuk dipergaulan orang-orang kaya, mempermudah memperoleh relasi kaya atau bahkan memperoleh jodoh orang kaya;
  • Sebagai Strategi untuk melakukan penipuan, seperti menjadi influencer pemasar atau affiliator investasi, pamer kekayaan sebagai hasil investasi dan  membuat masyarakat yang minim literasi menjadi tergiur dan percaya untuk berinvestasi bodong;

Efek negatif fenomena flexing

Kehadiran seorang influencer bisa berpengaruh pada alam bawah sadar para followernya, seseorang pengikut secara tidak sadar akan cenderung terpengaruh oleh seseorang yang dianggapnya mempunyai power lebih besar dibanding dirinya dan menganggapnya sebagai idolanya atau bahkan mentornya. Sehingga perilaku flexing dan pesan yang disampaikan seorang influencer mempunyai dampak yang sangat besar bagi followernya. 

Hal ini menimbulkan dampak negatif bagi si follower, seperti perasaan ketakutan kehilangan atau ketinggalan momen untuk mengikuti tren yang disosialisasikan sang idola yang ternyata juga diikuti oleh teman - temannya yang lain. Kondisi kehilangan atau ketinggalan momen ini sering di istilahkan sebagai FOMO (Fear of Missing Out) yaitu perasaan sedih, iri hati, maulu dan minder ketemu teman - teman lainnya yang telah melakukan tren terbaru dengan simbol - simbol yang mereka miliki.

Fenomena flexing juga ternyata bisa memunculkan ego seseorang untuk berusaha memuaskan dirinya, berfikir jangka pendek dan tidak memikirkan masa depan. Ah kita hidup cuma sekali, nikmati selagi bisa. Bagaimana dengan masa depan? Emang gue pikirin. Begitulah kira - kira ungkapan hati yang tren diantara anak muda dengan istilah YOLO (You Only Live Once). Pikiran semacam ini memunculkan budaya baru dikalangan anak muda, yaitu memanfaatkan waktu senggang dengan bersenang - senang, hedonisme, ikut - ikutan flexing, memamerkan hasil pencapaiannya (yang kadang - kadang palsu), dan mudah tertipu oleh keadaan.

Hal lain yang muncul sebagai pengaruh negatif flexing dikalangan masyarakat adalah munculnya keinginan untuk cepat kaya dengan cara mudah, budaya jalan pintas, menghalalkan segala cara melalui investasi, judi online, penipuan berkedok agama (Umroh/Naik haji dengan biaya sangat murah), dan lain sebagainya. Disisi lain, masyarakat awam yang kurang literasi,  juga rentan tertipu oleh janji - janji influencer untuk kaya dengan cara mudah seperti skema ponzy, judi online berkedok investasi dan lain sebagainya.  

Mengurangi Dampak Negatif Flexing

Untuk mengurangi dampak negatif flexing terhadap masyarakat, hal yang dapat dilakukan antara lain adalah melalui berbagai cara sebagai berikut:

  • Pemerintah melalui OJK mesti melakukan pengawasan yang ketat terhadap berbagai jenis usaha investasi yang beredar dimasyarakat, agar pada saat investasi bodong muncul segera terdeteksi dan diambil tindakan hukum;
  • Pemerintah melalui Bappebti harus lebih ketat didalam mengeluarkan ijin usaha perdagangan berjangka komoditi sehingga setiap modus penipuan segera terdeteksi;
  • Kementerian Koperasi dan UKM melalui Dinas - Dinas dibawahnya harus semakin ketat didalam mengeluarkan ijin dan melakukan pengawasan terhadap Koperasi, sehingga munculnya beberapa koperasi nakal segera terdeteksi dan diambil tindakan hukum sebelum memakan korban;
  • Meningkatkan literasi keuangan kepada masyarakat umum;
  • Bagi orang tua harus mulai mengajarkan literasi keuangan kepada anak - anaknya sejak dini untuk menghindari hedonisme. Anak-anak sejak awal harus mulai bisa membedakan jenis pengeluaran untuk kebutuhan dan menurut keinginan. Anak - anak harus belajar mengenal mana itu pengeluaran wajib yang harus didahulukan dan mana pengeluaran yang sekedar untuk kesenangan yang tidak penting;
  • Media main stream seperti Televisi, mesti mulai membatasi penayangan flexing para artis. Pemerintah mesti membuat aturan untuk membatasi tayangan para sultan dan crazy rich yang un faedah ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun