Mohon tunggu...
Aniza Ambarwati
Aniza Ambarwati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pendidik, Penulis, dan mahasiswa magister

A critical person who likes reading, writing, studying, and travelling

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Guru, Bersikap Idealis atau Realistis?

14 Maret 2018   23:16 Diperbarui: 15 Maret 2018   07:39 1762
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Guru merupakan sosok penting dalam keberlangsugan pendidikan. Ia adalah manusia yang berdiri di garda terdepan. Ibarat dalam medan pertempuran, guru adalah panglima perang yang merangcang strategi perang dan menentukan menang/kalah. 

Sama halnya guru, ia selalu menjadi kambing hitam keberhasilan/kegagalan pendidikan. Ketika angin muson sedang bergerak damai memihak guru, prestasi terendus oleh masyarakat luar maka sejuta sanjungan teruntuk guru digaungkan. Tapi apalah daya, ketika nila setitik, rusak susu sebelanga. 

Segelintir oknum dengan problematikanya, seperti guru malas, nilai UKG buruk, kekerasan terhadap siswa, seolah menutupi semua kebaikan guru dan ribuan guru berprestasi di luar sana. Ketahuilah, di Indonesia banyak guru-guru hebat yang terus berupaya untuk berkarya, tapi tertutupi oleh pemberitaan miring tentang guru. Disamping, nasib sebagian besar guru yang masih diperlakukan tidak manusiawi oleh Pemerintah.

Sebenarnya saya sedang tidak membahas permasalahan guru. Guru, sosok yang menjadi tulang punggung dunia pendidikan harus memiliki daya upaya untuk berjalan di jalurnya. Kenapa saya menyinggung dua sifat tersebut? Idealis atau realistis yang dibutuhkan seorang guru untuk menjawab tantangan zaman.

Idealis

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Idealis berarti orang yang bercita-cita tinggi. Sudah seharusnya, seorang guru memiliki cita-cita tinggi terhadap dunia pendidikan, entah terhadap kemajuan siswa ataupun peningkatan kualitas diri. Seorang guru, sudah pasti sosok yang peduli terhadap siswa. Saya percaya, seburuk-buruknya guru, ia selalu ingin melihat perkembangan siswanya.

Idealis adalah sifat yang harus dimiliki seorang guru sehingga ketika berjalan, tidak keluar dari koridornya, SOP (Standar Operasional Prosedur). Guru yang idealis akan mengupayakan banyak hal sesuai aturan terkait disiplin, prestasi, dan kerja keras. Bukan semata-mata untuk mencapai target namun membuat segalanya berjalan sesuai pijakan.

Saya menulis tulisan ini karena sebuah kejadian hari ini yang bagi saya sosok guru seperti ini perlu diperbanyak. Kadang, seorang guru merasa kerdil jika sudah dihadapkan dengan yang namanya atasan, bisa kepala sekolah atau pengawas. Tak sedikit pemikiran mereka terpendam ketika harus dihadapkan pada keadaan untuk beradu argumen. Menghormati atasan bukan berarti mengiyakan semua kebijakan. 

Kita punya pendapat atau keresahan atas segala sesuatu yang tidak tepat. Atasan bukan berarti lebih hebat dan tidak bisa salah. Saya rasa, posisi tawar atasan dan bawahan dalam dunia pendidikan, garisnya harus disamarkan karena kedua pihak seharusnya bisa duduk bersama dalam satu lingkaran yang setara untuk membicarakan dunia pendidikan akan dibawa kemana, bukan layaknya bos dan pekerja di perusahaan.

Saya memang tidak berada di TKP, hanya mendengar cerita dari teman. Hari ini, ada seroang guru yang kebetulan mendapat tugas tambahan sebagai kepala sekolah. Sebut saja beliau Ibu DW. Beliau mendatangi para pengawas terkait kekecewaannya terhadap kurangnya komunikasi pengawas terhadap guru-guru di kecamatan. Sebenarnya yang beliau singgung adalah masalah OGN tahun lalu yang mana kecamatan saya itu sepi, sunyi, tak bergeming terhadap OGN karena tidak ada perwakilan dari kecamatan untuk bertanding ke tingkat kabupaten. 

Seperti yang kita ketahui, sistem pelaksanan OGN tahun lalu masih menggunakan sitem tunjukan, berbeda dengan tahun ini yang mana setiap guru dapat mendaftarkan diri melalui www.kesharlindungdikdas.id. Saya tidak tahu persis bagaimana beliau yang katanya sampai marah-marah terhadap pengawas. Bahkan pengawas-pengawas ini tidak bergeming.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun