Mohon tunggu...
Untoro Surya
Untoro Surya Mohon Tunggu... -

Saya seorang pria 30an tahun. Bekerja sebagai pegawai di perusahaan swasta.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Doa buat Rosa

8 Juni 2011   13:47 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:44 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

It's not unusual to be loved by anyone

It's not unusual to have fun with anyone

but when I see you hanging about with anyone

It's not unusual to see me cry,

oh I wanna' die…. (It’s Not unusual by Tom Jones)

Saat SMA aku pernah naksir pada Rosa. Anaknya manis walaupun bukan yang tercantik di sekolahku. Namun karena sikapnya yang ramah, baik dan pintar, banyak cowok yang berlomba mendekatinya. Kenyataan itu bikin aku takut mendekatinya karena rasanya aku hanya cowok yang biasa-biasa saja di sekolah. Pastilah ia lebih memilih cowok-cowok lain yang lebih populer.

Dari kelas 1 sampai hampir lulus SMA aku hanya berani memandanginya dari kejauhan sambil berusaha menghapus cemburu yang muncul tiap kali ada cowok yang mendekatinya.

Kelas 3 kami sekelas dan duduk berdekatan sehingga aku bisa sering berinteraksi dengannya. Obrolan tentang pelajaran maupun hal-hal yang ringan jadi sering kami lakukan tapi tak sepatahpun kata yang terucap maupun perbuatan yang kulakukan untuk menunjukkan rasa yang ada di hatiku.

Aku bukanlah orang yang pemalu pada wanita. Aku sering jahil dan menggoda teman-teman wanita di kelasku. Namun tiap kali dekat Rosa, aku jadi kaku. Ada rasa takut dia tahu rasa dihatiku sedangkan dia tak kan mungkin punya rasa yang sama. Aku pun selalu jaim di depannya.

Sehabis ujian, aku mendaki gunung bersama beberapa temanku buat melepas stress sebelum memulai persiapan UMPTN. Sayang sebelum sampai puncaknya, salah satu temanku, Ridwan mengalami kram hingga tidak bisa meneruskan perjalanan. Aku yang paling dekat dengan Ridwan memutuskan untuk menemaninya tinggal di lokasi tersebut sambil menunggu teman-teman yang lain meneruskan perjalanan sampai kembali lagi ke lokasi itu untuk kemudian turun bersama.

Sambil istirahat kami pun saling cerita tentang masa-masa indah di SMA yang akan segera kami tinggalkan. Yah kami memang berteman dekat sejak kelas 1 dulu. Sebagai sesama jomblo, malam minggu sering kami lalui bersama teman-teman pria yang lain. Terasa sangat menyedihkan sekali bila sampai masa terakhir kondisi tersebut tidak juga berubah.

Ridwan pun curhat kalau sebenarnya selama ini dia berusaha mendekati seorang gadis dan akhirnya persis sehari sebelum naik gunung dia nembak gadis itu. Nasib baik, keberaniannya berbuah kesediaan sang gadis untuk jadi pacarnya. Sayang ia masih merahasiakan nama gadis itu.

Cerita Ridwan itu membuat aku senang dan sebal sekaligus. Senang karena teman dekat akhirnya punya pacar. Sebal karena selama ini dia tidak cerita padaku, apalagi pake merahasiakan nama gadis itu pula.

Cerita Ridwan itu pula yang akhirnya membulatkan tekadku segera nembak Rosa setelah turun gunung nanti. Malam itu sambil tersenyum sendiri kepalaku mulai berlatih merangkai kata yang akan kuucapkan pada Rosa.

Pulang dari mendaki gunung, aku tidak mau menunggu lagi untuk menyatakan cinta pada Rosa. Semuanya kupersiapan dengan baik sesuai rencana yang kususun di gunung. Kata-kata yang telah kurangkai sebelumnya akhirnya kuucapkan juga langsung dihadapannya.

Dan jawabannya langsung kuterima saat itu juga, “Toro, sebenarnya selama ini aku juga suka sama kamu. Tapi aku gak pernah tahu kalau kamu juga suka aku. Abis kamu cuek banget kalau di sekolah. Mungkin Ridwan belum cerita sama kamu yah, kalau belakangan dia sering mendekatiku. Beberapa hari yang lalu aku udah jadian sama dia. Jangan sedih ya”

--o--

Di tahun ketiga kuliah, teman-teman SMAku mengadakan reuni. Akupun bertemu lagi dengan Rosa. Ridwan tak hadir di acara tersebut karena ia kini kuliah di Yogya, terlalu jauh untuk datang ke reuni yang diadakan di puncak.

Dari teman-teman kudengar kalau Rosa dan Ridwan cuma sempat pacaran sebentar karena sama-sama gak tahan dengan hubungan jarak jauh. Aku yang pernah menyesal telat nembak Rosa, juga sempat pacaran dengan teman kampusku namun kini sudah menjomblo lagi.

Pikiran untuk nembak Rosa pun muncul lagi tapi akhirnya kutepis lagi mengingat Rosa dan Ridwan putus karena jarak. Sedangkan aku juga tinggal di kota yang berbeda dengan Rosa. Rosa di Bogor dan aku di Bandung. Paling kalo nembak bakal ditolak juga.

Selama reuni, akhirnya kami hanya ngobrol biasa saja bersama teman-teman lain. Tak ada pendekatan yang kulakukan.

Selesai reunipun kami berpisah. Aku ikut rombongan bis yang ke Bandung sedangkan dia ikut rombongan ke Jakarta yang akan lewat Bogor. Di dalam bisku, Rosa menjadi topik pembicaraan di antara anak-anak cowok. Ternyata pesonanya di SMA dulu masih belum pudar di antara cowok-cowok.

Tiba-tiba rasa yang pernah kualami di gunung dulu muncul kembali. Aku ingin datang padanya dan bilang cinta untuk yang kedua kalinya. Tak ingin keduluan lagi oleh cowok yang lain, akhirnya kuputuskan turun dari bis tersebut dan balik arah ke Bogor.

Alamat Rosa sudah kuketahui karena di bis tadi ada yang cerita pernah main ke rumahnya. Diam-diam aku mendengar dengan teliti ceritanya dan merekam di otakku semua keterangan mengenai lokasi rumah Rosa. Tak sulit untuk menemukan rumahnya yang tidak begitu jauh dari terminal bis.

Rangkaian kata cinta sudah kupersiapkan selama diperjalanan tadi, siap untuk diluncurkan ke hatinya. Namun sayang, ternyata di rumahnya aku melihat seorang cowok tampan yang terlihat mesra dengannya.

“Ah, Goblok” makiku pada diri sendiri. Seharunya aku ngecek dulu saat reuni apakah Rosa sudah punya cowok lagi atau belum.

Rosa heran melihat aku yang tiba-tiba muncul. Keheranan itu kujawab dengan “Aku kebetulan lewat daerah sini, lagi cari rumah teman. Karena tadi sempat dapat alamat kamu, aku mampir. Siapa tahu kamu bisa bantu nyariin alamat dia”.

Bohong yang tak bermutu karena sudah pasti dia tak akan percaya.

Tak berlama-lama di sana aku pun pamit. Ngakunya sih nerusin nyari alamat teman, padahal langsung pulang ke Bandung dengan tengsin.

--o—

Bulan lalu aku bertemu lagi dengan Rosa dalam sebuah seminar. Kami sempat ngobrol berdua cukup lama selama rehat siang. Rosa sekarang cukup sukses dalam karirnya namun sayang kurang berutung dalam hal cinta. Dari SMA tidak sedikit cowo yang mendekatinya, namun sekarang belum ada yang berlanjut sampai pernikahan dengan berbagai sebab.

Banyak hal yang kami bicarakan saat itu yang belum pernah kami bahas sebelumnya. Termasuk tentang sepupunya yang dulu kukira cowoknya. Ternyata ada 5 orang saudara Rosa yang dulu sama-sama kuliah di Bogor. Mereka kemudian bersama-sama mengontrak rumah.

Sekali lagi aku melewatkan kesempatan untuk menyatakan cintaku padanya. Kali ini bukan karena takut, tapi karena kini aku sudah punya anak dan istri. Rasa cintaku hanya kutunjukkan dengan doa yang tulus, semoga ia segera menemukan jodoh yang bisa membahagiakannya.

--o--

(Untuk rekan-rekan ku yang masih belum beruntung menemukan cintanya, jangan pernah berhenti berusaha. Semoga usaha kalian dimudahkan Allah).

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun