Mohon tunggu...
Universitas BSI
Universitas BSI Mohon Tunggu... Lainnya - Lembaga Pendidikan

Akun resmi Universitas Bina Sarana Informatika

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Membangun Aplikasi dengan Arsitektur Microservice

19 Oktober 2021   16:43 Diperbarui: 19 Oktober 2021   16:44 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok : Universitas BSI

Baru-baru ini istilah microservice sering terdengar dalam arsitektur pengembangan perangkat lunak. Arsitektur ini diyakini mampu memberikan pilihan solusi untuk membangun aplikasi yang lebih efisien dan efektif. Sebelum arsitektur Microservice ditemukan atau dikenal, yang digunakan adalah konsep arsitektur Monolotik.

Arsitektur Monolotik merupakan sebuah konsep arsitektur dimana dalam pembuatan aplikasi, semua komponen menjadi satu dalam satu kesatuan. Dalam hal ini adalah menyatukan antara front end dan back end ke dalam satu aplikasi. Sebagai contoh untuk memudahkan pemahaman adalah aplikasi wordpress, dimana dalam satu aplikasi ini terdapat front end dan back end.

Baca Juga : Tips dan Trik Aman Bertransaksi Digital

Akan tetapi, Arsitektur Monolitik memiliki kekurangan, antara lain, ketika semakin banyak penggunanya, maka akan berdampak kepada performa yang juga akan semakin menurun. 

Selain itu, pada saat terjadi error pada salah satu fungsi atau kode program, maka akan mempengaruhi keseluruhan aplikasi. Namun, selain kekurangan terdapat juga kelebihannya yang lebih memudahkan untuk dibangun dan di deploy ke server.

Berbeda dengan Monolitik, Arsitektur Microservice memecah satu aplikasi menjadi beberapa aplikasi kecil dan berdiri sendiri yang biasa disebut dengan service. Lewat microservice, antar service dapat dibangun dengan bahasa pemrograman yang berbeda-beda bahkan dapat pula dengan database yang berbeda.

Adapun untuk kelebihan Arsitektur Microservice adalah aplikasi lebih mudah dikembangkan dan tidak berpengaruh atau tidak mengganggu service lain karena masing-masing service berdiri sendiri. Performa akan lebih cepat karena satu aplikasi besar dipecah menjadi beberapa aplikasi kecil dimana saat sebuah service banyak diakses oleh pengguna, tidak akan mengganggu performa service yang lain.

Selain kelebihan, Arsitektur Microservice ini tentu juga memiliki kekurangan diantaranya biaya yang dikeluarkan lebih besar daripada jika menggunakan arsitektur Monolitik. Agak sulit untuk memelihara sebuah aplikasi dikarenakan sebuah aplikasi tersebut bisa memiliki banyak sekali service-service (dapat mencapai ratusan service).

Baca Juga : November 2021, Universitas BSI Akan Buka PTM

Arsitektur Monolitik lebih efektif digunakan untuk aplikasi yang kecil dan aplikasi yang jarang atau tidak dikembangkan lebih lanjut. Namun, untuk aplikasi yang diperkirakan akan berkembang dan dengan pengguna yang juga akan semakin meningkat, arsitektur Microservice merupakan pilihan yang sangat baik untuk pengembangan aplikasi tersebut.(Ade Hendini)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun