Tak mustahil jika anak-anak kagum bahkan tak bisa hentikan pertanyaan, "kok bisa ya"? Rasa ingin tau anak tentu semakin membuncah jika mulai diberi kesempatan mencoba dan menelusuri apa yang dia ingin cari. Saat itu juga tersaji jawaban yang dinanti. Wow!
Logikanya jika anak sudah tau dunia nyata tak lebih luas dan bebas dunia maya. Tentu anak auto memilih dunia maya. Sebab yang ada dalam pikiran, dunia maya bisa wujudkan segala impian.
Saatnya orang tua waspada. Menampung segala pemikiran yang berlebihan mengenai impian dunia maya. Dan menggantinya dengan capaian dunia nyata yang ada di hadapan mereka. Tentu ini menjadi PR orang tua di tengah teknologi yang kian meraja.
Â
***
Demikian alasan yang kami berikan. Ini merupakan sebuah pilihan kebijakan, tentu sudah melalui penjelasan. Sehingga anak tidak melakukan hal yang tidak diinginkan. Dalam bermedia tentu ada batas dan masanya.
Nah, perbedaan alasan tak bisa disalahkan. Setiap orang tua pasti ingin yang terbaik untuk anaknya. Dan itu sah-sah saja. Yang paling penting adalah bagaimana mengatasi segala resiko serta konsekuensi yang ada. Sehingga anak tidak menjadi korban sebuah kebijakan orang tua.
Kami sudah berpikir masak-masak. Untuk tidak memberi HP pribadi pada anak. Kami juga sudah mengetahui resiko dan konsekuensi lanjutan. Meski begitu kami punya keyakinan untuk tetap mempertahankan kebijakan.
Dan pada akhirnya, walau setahun lebih anak kami sekolah daring menggunakan media. Terbukti dia bisa lulus meski tak memiliki HP pribadi di tangannya.
"Jadi, kapan aku bisa punya HP sendiri Bu?"
"Nanti kalau Mas sudah kerja!"
Niek~
Jogjakarta, 20 Juni 2021
