Namun harus diingat segala bentuk tindakan selalu memiliki resiko dan konsekuensi, tentu saja. Termasuk kebijakan orang tua untuk tidak atau memberi HP pribadi pada anaknya.
Sejak usia balita maupun sudah menginjak remaja. Kami selalu menjelaskan pada anak kami, jika kebijakan orang tua tak sama. Masing-masing memiliki alasan yang berbeda. Sehingga mereka bisa menerima dan tak lagi bertanya, kenapa temanku punya HP sendiri sedang aku tidak?
Nah, demi keadilan bersama hal ini harus dimusyawarahkan dengan seluruh anggota keluarga sebelum menerapkannya. Dan inilah alasan kami untuk tidak memberiHP pribadi pada anak.
HP merupakan candu, terlalu menarik untuk dimiliki anak
Ukuran benda ini tidak terlalu besar bahkan begitu mudah dibawa ke mana-mana. Yang membuat anak suka, bunyi dan tampilannya. Macam layar televisi raksasa. Anak yang baru melihat tentu spontan bertanya, itu benda apa?
Terlebih jika sudah bersuara, wah tambah menarik lagi disertai gambar penuh warna bahkan bisa dikendalikan sesuka jari kita. Wow. Bisa jadi mainan paling menarik, tak henti dilirik.
Candu. Tentu. Apalagi jika sudah memiliki secara pribadi lanjut bisa mengoperasikan sendiri, akan ingin lagi dan lagi. Tak bisa berhenti meski alasan untuk daring, justru acara lain yang diincar, bukan lagi tujuan belajar. Ini sudah bukan isapan jempol melainkan kenyataan.
Dan fokus pun akan terbagi, mau belajar atau berkeliling dunia maya? Jika tanpa pengawasan orang tua, akan berbahaya. Terlebih jika anak sudah menginjak usia remaja tentu teramat riskan. Tersebab memiliki segudang rasa penasaran.
Orang tualah yang paling berperan bagaimana memutuskan HP agar tak menjadi candu yang begitu menarik untuk dimiliki anak.
Anak belum mampu mengendalikan media
Laiknya SIM. Mengapa anak di bawah umur belum diizinkan berkendara? Barangkali jawaban paling sederhana yaitu belum memiliki SIM, tentu belum boleh mengemudi kan? Pasti!