Sore itu aku tengah asyik menyiapkan menu. Tiga jagoan bermain sembari menunggu. Tiba-tiba si sulung menemuiku dari balik pintu.
"Buuu aku mau secangkir cokelat hangat dong," rajuknya padaku. Ini kerap membuatku menahan kegiatan. Baik, tunggu beberapa saat disiapkan.
Cuaca memang sedang tak bersahabat. Mentari sepertinya lebih awal berpamit tuk merapat. Mendung sangat. Angin bertiup hebat. Udara dingin tanpa bertutur lewat.
Cokelat hangat rupanya menjadi sajian yang tepat. Dalam sekejap tersaji dengan aroma dan rasa yang cukup mantap. Anakku pun bersemangat meraih secangkir cokelat hangat yang telah siap.
Tak lama kemudian. Dua pasukan kecil menyusul dihadapan. Mereka pun ingin menikmati minuman. Cokelat hangat kembali menjadi pilihan.
"Pake cangkir juga ya Bu."
"Jangan lupa warnanya yang sama."
Kompak. Mereka pun lanjut dengan setia menunggu.
Siap! Tak pakai lama dua cangkir sudah tersedia. Rasa pun aroma mantap tak kalah menggoda. Tersaji dengan porsi yang sama. Pun dalam dua buah cangkir anti pecah dengan warna serupa, tentu saja.
"Kalian mau minum di mana? Yuk Ibu antar biar gak pada tumpah," kataku kemudian sembari kuletakkan dua cangkir di atas lantai agak menepi ke dinding rumah.
Ku ambil selembar kertas. Kudekatkan di samping cangkir yang masih agak panas.