Mohon tunggu...
Ummu el Hakim
Ummu el Hakim Mohon Tunggu... Wiraswasta - Hanya seorang emak biasa

Penyuka alam dan rangkaian kata

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Saat Persimpangan Menjadi Pengingat Perjalanan

13 April 2019   07:07 Diperbarui: 13 April 2019   07:13 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menempuh sebuah perjalanan kiranya tak selamanya seperti yang diharapkan. Lajunya begitu beraneka irama. Jalan yang di tempuh pun tak sehalus dan tak selalu lurus. Liku sudah pasti kan ditemu. Anggap itu sebagai awal sebuah babak baru.

Liku tak lain adalah bagian dari sebuah persimpangan. Kita bahkan kerap menemui saat melajukan kendaraan. Pun melangkahkan derap kaki menuju arah tujuan. Tak elak beberapa persimpangan kan ditemukan.

Sumber : Dokumen Pribadi
Sumber : Dokumen Pribadi
Tak mungkin kita menghindarinya. Jika tak ingin, maka sama halnya kita mempersulit diri kita. Untuk apa mencari jalan lain yang lebih lurus dan bagus. Jikalau persimpangan itu adalah jalan terbaik agar bisa lebih cepat sampai ke tujuan.

Takut? Ah rasanya itu kerap kualami. Apalagi saat aku baru bisa mengendarai. Khawatir terjatuh, atau gagal memutar kendali. Sungguh bagai uji nyali. Aku bahkan sempat hanya mendamba jalan yang kutemu lurus adanya. Tak inginkan berkelok. Apalagi tak elok. Persimpangan bagai sebuah momok.

Jika terpaksa persimpangan hadir dihadapan. Kucoba kurangi kecepatan. Agar lajuku bisa lebih kukendalikan. Pun tak terjatuh atau berbenturan. Apalagi membuat galau kendaraan dari arah berlawanan. Yakin jika demikian kita akan tetap pada jalur yang aman.

Apa yang terjadi jika kita tak mengurangi kecepatan? Tentu resiko terjatuh akan lebih besar. Pun kendaraan lain kan menjadi tak sabar. Keselamatan sebagai taruhan. Jika sudah demikian siapa yang kan disalahkan? Tentu saja diri kita yang tak luput dari kelalaian.

Lagi lagi manusia. Tak bisa mengendalikan perasaan. Kerap lalai ingatan. Bahkan ketika mendapat kenikmatan bagai lupa daratan. Sungguh persimpangan seperti halnya pengingat jalan. Agar kecepatan tak ditingkatkan. Tetap pada jalur yang aman. Serta saling menghargai antar pengguna jalan.

Begitulah hidup pun bagai menempuh perjalanan. Menemui sebuah persimpangan menjadi hal yang tak terelakkan. Sebagai pengingat untuk menjamin keselamatan. Ketika babak baru terbentang dihadapan.

Saat dimana kita wajib mengurangi kecepatan. Mengendalikan laju keinginan. Serta lebih meningkatkan kewaspadaan. Agar tak terjatuh jikalau gagal. Dan tak lengah ketika menemui keberhasilan.

Lalu bagaimana kita bisa mengurangi kecepatan dalam kehidupan? Barangkali pengendalian diri adalah kunci utama. Dimana hati lebih tertata. Dalam melihat apa yang ada di depan mata. Lalu menghargai mereka yang terbentang dalam babak selanjutnya. Sebagai bagian dari lembaran yang harus dipijak dengan bijak.

Pun hidup laksana sebuah perjuangan. Laju yang penuh pengorbanan. Pembelajaran menjadi bagian dari proses kehidupan. Dan persimpangan adalah bentuk pengingat perjalanan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun