Mohon tunggu...
Ummu el Hakim
Ummu el Hakim Mohon Tunggu... Wiraswasta - Hanya seorang emak biasa

Penyuka alam dan rangkaian kata

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Setitik Harapan dari Setetes Hujan

17 Januari 2019   10:48 Diperbarui: 17 Januari 2019   12:30 290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
pixabay.com/roegger

Ah kau memang menyegarkan. Sudah beberapa waktu kau hadir kembali di halaman. Gemericik suaramu tak lagi memecah kerinduan. Sebab hujan sudah kerap menyapa harapan.

Kali ini kau tak datang rupanya. Hanya mendung menggantung. Namun tetesmu tak jua muncul. Ah ternyata aku mulai merindu. Hujan yang mendinginkanku. Entahlah perasaan yang mulai kian menjadi, hingga akhirnya kau pun belum jua kembali. Tak mengapa sebab masih ada esok menyapa.

Kau tau, tetesmu sungguh menyegarkan ragaku. Menilik ruang dalam dada. Tak henti hembusnya yang kian membara. Hembus angin semilir yang menyertaimu. Saat mengibaskan helai dedaunan. Mereka seakan tersenyum riang. Menyambut tetesan sang hujan.

Aku yang selalu mengharap tetesmu setiap waktu. Saat dimana hati yang tak henti tuk meresapi. Dalamnya arti sebuah tetes. Hingga saat tak singgah, sungguh udara tak menentu kian meraja. Hawa panas pun menerpa.

Tiap gemericik, seolah aku slalu tertarik, memandangi alunan air yang jatuh dari langit. Anggun. Begitulah yang kulihat. Seluruh semesta menyambutmu dengan rona bahagia. Rupamu nan sejuk. Tak ingin ku berpaling setitik pun jua darimu.

Oh hujan kini kau bersembunyi. Entah dimana rimbanya? Semoga esok kau menyapa kami kembali. Hingga kesegaran kau semai. Dan kesejukkan kau rangkai. Jika kau tak datang rasa hati hampa. Enggan tuk bercerita. Pada angin yang berhembus lembut. Pada malam yang tak berkabut.

Harapan yang terpendam. Semoga hujan bisa berkawan. Dengan hati hati yang menggapai cita dan cinta. Pada setiap jejak langkahnya, terurai kata yang menembus jiwa.

Teruntuk hujan, semoga tetesmu kian membawa berkah. Bagi kehidupan makhluk bumi. Tetes yang penuh makna, terangkai pada alunan kata. Terungkap rasa syukur yang tiada tara. Atas nikmat hujan yang membelai raga.

Yaa Rabb, kiranya hujan adalah penyeimbang. Ketika hati haus akan kasih sayang serta pelukan Sang Pencipta Raya. Hujan dengan merdu membersamai kehidupan. Meski derasnya terkadang tak berkawan. Kiranya bisa dilawan.

Dengan kekuatan cinta tuk meraih cita. Ah indahnya dunia. Jikalau dihinggapi hati hati yang pandai bersyukur. Atas segenap alam ciptaan-Nya. Juga hujan yang membasahi jiwa.

Hadirlah kembali untuk kami. Sejujurnya kau selalu kunanti. Disudut hati terselip kata, terimakasih kau telah damaikan jiwa. Jiwa yang gersang bila lama tak kau sapa. Hati yang gundah jikalau dunia tak basah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun