Mohon tunggu...
Ummu el Hakim
Ummu el Hakim Mohon Tunggu... Wiraswasta - Hanya seorang emak biasa

Penyuka alam dan rangkaian kata

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menelusuri Unsur Positif pada Telur Mata Sapi

14 Desember 2018   07:47 Diperbarui: 14 Desember 2018   08:00 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : pixabay.com/jill111

Ngomongin telur mata sapi nih, siapa sih yang tak kenal dengan telur mata sapi? Bentuknya yang mungil, sederhana namun tetap bisa tampil oke. Tak hanya di kalangan biasa, terbukti jenis lauk ini bisa muncul di sela sajian restoran ternama maupun hotel berbintang. Entah itu pagi, siang, atau pun petang. Wuih oke kan.

Rasanya yang gurih, aroma yang harum, tekstur yang lembut, hmmm sangat familiar di lidah. Paduan warna yang sangat manis, putih dan kuning, merupakan ciri khas yang dimiliki telur mata sapi. Mantap.

Aku pun sangat menyukai telur ini, apalagi jika digoreng agak kering hingga pinggirnya berubah kecoklatan dan berbunyi kriuk jika dimakan. Lalu dibalur dengan saus tomat dan merica. Wow walau hanya sebutir telur saja terasa nikmat tak terkira.

Awalnya kupikir menggoreng telur mata sapi itu memang begitu adanya, digoreng biasa hingga betul-betul kering seluruhnya. Bila yang kuning pecah, tak masalah. Eh ternyata ada yang beda rupanya. Ada cara menggoreng yang betul-betul menjaga keutuhan putih maupun kuning telurnya, agar tidak pecah dan berubah warna. Matang, tapi tak terlalu kering sangat. Perfect. Ah selera juga sih ya. Mau kering oke, enggak pun tak masalah. Rasanya tetap lezat. Hanya saja yang perfect itu lebih istimewa, sepertinya begitu.

Wah kira-kira apa istimewanya ya? Teringat dulu, ketika aku masih duduk di bangku SMP, ada mata pelajaran memasak. Nah, guruku bilang menggoreng telur mata sapi yang perfect ala chef di hotel dan restoran ternama itu memang tak boleh ada warna coklat dipinggirnya. Mereka sangat menjaga keutuhan telur, namun menjamin kematangannya. Waw keren ya.

Ribet banget pasti masaknya, harus pelan, api kecil, tak buru-buru, dan sabar menunggu. Itulah yang dilakukan para chef handal. Betul-betul melatih diri untuk berhati-hati. Pantas saja para chef adalah orang yang sungguh berhati-hati. Terutama dalam menyiapkan hingga menyajikan hidangan masakan. Sebab mereka telah terlatih. Menggoreng telur mata sapi dengan cara seperti ini adalah salah satunya. Salah satu trik yang secara tidak langsung melatih tingkat kehati-hatian. Nah menurutku disitulah letak keistimewaannya. Ada unsur hati-hati.

Benar, guruku juga bilang hal yang sama, bila kita menggoreng telur mata sapi dengan cara perfect tersebut, berarti kita telah berlatih untuk berhati-hati. Begitukah? Ah semua orang juga bisa. Ternyata tidak! Coba bayangkan di atas api kecil kita harus menjaga agar putih telur tak berubah menjadi coklat, lalu kuning telur pun dijaga jangan sampai pecah, tetap utuh seperti pada awalnya. Sebuah hal yang menarik, meski agak rumit. Paling tidak bisa melatih diri menjadi pribadi yang berhati-hati.

Aku pun semakin tergoda untuk menelusurinya, hingga suatu ketika aku benar-benar mempraktekannya di rumah. Awalnya aku hanya mengira hal tersebut cuma bisa dilakukan oleh seorang chef yang telah berpengalaman. Ah tak ada salahnya jika aku mencoba.

Uh benar saja, beberapa kali aku gagal. Ternyata tak mudah membuat telur tetap utuh dan tak berubah warna. Selalu saja putih telur menjadi kecoklatan apalagi disekelilingnya. Lalu kuningnya pun meleleh berhamburan, bahkan menyatukan diri dengan si putih telur. Sempat kesal, sebab tak bisa berhasil seperti yang diharapkan. Ish ish ish rupanya aku belum bisa dikatakan sebagai pribadi yang berhati-hati. Hihi. Ternyata untuk berhati-hati saja membutuhkan sebuah proses dan latihan, tak bisa instan, dan membutuhkan pula kesabaran yang lumayan. Benarkah demikian? Tentu saja, dan telur mata sapi itu telah membuktikannya padaku.

Ah aku semakin penasaran. Aku coba sekali lagi, dan kali ini aku lebih perlahan dalam melakukan tindakan, lalu aku pun menambah takaran kesabaran. Sabar menunggu api agak panas, tak terburu-buru untuk membalik seluruh bagian telur. Aku amati betul setiap detil prosesnya, hingga kupastikan putih dan kuning matang namun tak merubah warna disekeliling putih telur. Barulah aku balik perlahan. Memang betul, tak bisa instan, butuh latihan, dan kesabaran.

Satu hal lagi, fokus pada satu hal juga berpengaruh pada keberhasilan. Bila aku tinggal sebentar saja untuk melakukan hal lain, warna di bagian putihnya akan berubah dalam hitungan jari. Dan benar saja, ketika aku fokuskan pada satu hal maka telur mata sapi pun bisa matang sesuai dengan yang diharapkan. Perfect.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun