Mohon tunggu...
Unggul Sagena
Unggul Sagena Mohon Tunggu... Konsultan - blogger | educator | traveler | reviewer |

Asia Pacific Region Internet Governance Forum Fellow 2021. Pengulas Produk Berdasarkan Pengalaman. Pegiat Literasi Digital dan Penyuka Jalan-Jalan.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Mengapa Dukung Target Net Zero Emissions Indonesia daripada Ikut Elon Musk ke Mars?

16 Oktober 2021   16:25 Diperbarui: 16 Oktober 2021   16:36 309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sebelumnya Indonesia mentargetkan net zero emissions di tahun 2070 nanti. Kemudian, kita dengan yakin mampu kok untuk lebih awal, dengan usaha bersama-sama. Dengan demikian pemerintah "bismillah" mengurangi tahun target menjadi di tahun 2060. Lima puluh tahun kedepan aja. Hal ini karena haqul yaqin usaha-usaha bersama untuk mengurangi emisi yang sedang dibangun saat ini akan menunjukkan dampak.

Secara umum, kalau kita bicara kebijakan, sektor-sektor yang diprioritaskan rendah karbon adalah energi misalnya efisiensi energi dan pengembangan energi baru dan terbarukan (EBT), penerapan standard kinerja energi minimum (SKEM) dan kendaran bermotor listrik berbasis baterai (KBLBB).

Misalnya apa sih? Penggunaan mobil listrik misalnya ya. Dengan siapnya pabrik baterai listrik tingkat dunia di Sulawesi dan target menjadi pemasok baterai mobil listrik utama di Asia dan ekspand ke dunia, maka ini menjadi tolok ukur penting pemenuhan target.

Lalu, menggunakan energi yang tidak bersumber dari energi batubara dan fosil. Kita beralih ke energi terbarukan (renewable energi) misalnya listrik yang dihasilkan panas bumi, hidrologi (air) dan sejenisnya yang bersifat terbarukan.

Implementasinya? perlu juga infrastruktur transportasi yang tidak berbasis bahan bakar minyak dan gas. Nah, kalau moda transportasi massal modern di Indonesia sudah menggunakan selain itu, maka ini menjadi kontributif mencapai target.

Misal, kereta commuter line dan bus umum yang tidak memakai BBM seperti solar dan bensin. Juga beragam infrastruktur pelayanan publik dan pemerintahan yang beralih menggunakan energi terbarukan misal solar panel untuk daya listriknya.

Contoh lain, deforestasi alias mencegah perusakan hutan. Apalagi nih, Indonesia khususnya Kalimantan dan Papua adalah "paru-paru dunia" sehingga jangan sampai deh hutannya gundul, atau diganti jadi ladang sawit (yang nggak menyerap karbon dioksida banyak serta tidak dapat menyerap air banyak sehingga rawan banjir).

Kontribusi Dukung Net-Zero Emissions?

Oke, lanjutnya. Itu dari sisi pemerintah. Kalau mau berhasil memang, di tahun 2060, ngga hanya pemerintah saja. Perlu kontribusi masyarakat sebagai pengguna, untuk beralih. Caranya gmana?

Menggunakan transportasi seperti sepeda misalnya. Jantung sehat kantong hemat, lingkungan selamat. Menghemat listrik sedemikian rupa dengan mematikan lampu setiap saat ketika tidak dipakai. Mematikan AC dan jarang menggunakannya. Menutup kulkas juga termasuk deh ya agar hemat energi. 

Apalagi? mengurangi limbah plastik. Plastik selain merusak lingkungan, dia kadang dibakar menghasilkan karbon dioksida dan zat lain yang merusak.

Mengurangi konsumsi kertas? Bisa juga. Dengan belajar memakai perangkat tablet bisa ditulis dan dihapus. Kertas kan dari pohon yang ditebang loh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun