Mohon tunggu...
Nurhasanah Munir
Nurhasanah Munir Mohon Tunggu... Mahasiswa - Taruna

I'm a dreamer and wisdom seeker// Ailurophile// write to contemplate

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Keluarga sebagai Penggerak Awal Semesta dalam Dunia Pendidikan

29 Mei 2016   00:43 Diperbarui: 29 Mei 2016   20:22 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok. Pribadi || Saya dan Ibunda tercinta saat menemani wisuda S2, Jakarta 2015

Keluarga merupakan cermin masyarakat sosial yang paling kecil, meskipun berskala kecil namun menurut saya setiap keluarga memiliki potensi untuk memberikan pengaruh yang besar bagi seluruh anggota didalamnya. Peran penting sebuah keluarga adalah dengan menanamkan dan menumbuhkan semangat belajar untuk memperoleh pengetahuan, bukan hanya agar pintar akan tetapi anak-anak sebagai generasi yang akan datang diharapkan dapat merealisasikan ilmu pengetahuannya dengan baik dan benar, sehingga perkataan dan perbuatan mereka dapat mencerminkan pribadi yang arif dan bijaksana.

Peran orangtua dipastikan dapat meningkatkan minat anak-anak untuk belajar dan berkegiatan positif, dari keluarga pula energi positif akan terlahir dan menyebar dimanapun anak-anak berada. Pola pengasuhan, pengajaran dan pendidikan yang tepat karena dilandasi oleh perhatian, cinta dan kasih yang tulus, niscaya akan menjadikan anak-anak tumbuh dan berkembang lahir dan batin. Saya merasakan betul pengalaman bahwa peran keluarga sangat berpengaruh pada dunia pendidikan dalam skala kecil tapi menghasilkan semangat yang besar. Almarhum ayah saya dan ibu saya adalah lulusan sekolah dasar, namun keduanya memiliki keyakinan agar dapat memberikan pendidikan yang terbaik bagi kesembilan anak-anaknya. Saya anak kedelapan dari sembilan bersaudara, suatu hari ayah menasihati saya tatkala saya dipilihkan sekolah pondok pesantren (setingkat SMA) dengan alasan bahwa di lembaga pendidikan tersebut saya dapat menghantarkan kedua orangtua saya menuju cita-cita mulia mereka. Hal ini dipertimbangkan kerena saya memiliki jalan pemikiran sendiri, saat itu saya hanya ingin menggapai impian saya menjadi seorang designer busana. Saya masih percaya tentang hadits Nabi SAW yang berkata: “Ridho Allah ada dalam ridho orangtua, dan murka Allah ada pada murka orangtua.

Saya percaya bahwa cinta dan kasih sayang mereka tak mampu saya ukur, begitupun saat saya mencoba memahami pesan dan maksud dibalik nasihat ayah saya itu. Waktu berlalu, saya merasakan sekali ada pengaruh hebat orangtua dalam dunia pendidikan yang luas ini, dan saya pun mengamati disekeliling saya bahwa pengalaman tersebut bisa kita jumpai dimana saja dan kapan saja.

Pendidikan dipercayai sebagai pengubah keadaan, nasib, bahkan masa depan manusia di muka bumi ini, pendidikan juga dikenal sebagai gerbang bagi manusia untuk keluar dari alam kebodohan menuju istana pengetahuan yang sangat luas. Bangsa Indonesia tengah berbenah untuk mendidik putera-puterinya menjadi manusia yang tangguh dan siap mengabdikan dirinya bagi Ibu pertiwi. Melihat fenomena yang kita saksikan kini, pendidikan di Indonesia masih belum merata, dengan kata lain – masih banyak anak-anak Indonesia yang belum merasakan pendidikan dan pengajaran yang layak, baik secara parsial ataupun total. Anak-anak di perkotaan lebih mudah bersekolah daripada anak-anak yang tinggal di pinggir kota, pedesaan, hingga pedalaman.

Manusia dinilai sempurna karena memiliki akal untuk berpikir, namun akal tidak mampu bekerja sendiri, akal membutuhkan partner untuk menciptakan kondisi yang dinamis dan harmonis. Akal membutuhkan ruh untuk menggerakkan anggota tubuh sehingga manusia mampu berlaku baik. Manusia tidak dituntut karena memiliki akal dan pengetahuan, tapi manusia akan diminta tanggungjawabnya sebagai makhluk yang memiliki kesempurnaan akal dan kemurnian ruh. Jika pemerintah Indonesia yang sekarang sibuk mengkampanyekan “pendidikan berbasis karakter” namun tidak demikian dengan para penggiat pendidikan. Bagi mereka dalam dunia pendidikan terdapat tiga komponen dasar, yaitu pendidikan, pengajaran, dan pengasuhan. Setiap manusia berhak mendapatkan pendidikan, pengajaran, dan pengasuhan. Seorang guru misalnya, harus memiliki jiwa pendidik, pengajar dan pengasuh. Ia mampu mendidik anak-anak didiknya dengan ilmu pengetahuan, dan mengajarkan nilai-nilai kebaikan, namun ia juga mampu mengasuh anak-anak didiknya dengan kasih sayang sebagaimana ia mengasuh anak kandungnya.

Akal manusia memiliki potensi yang luar biasa, setiap potensi memiliki batas maksimal, hal ini berkaitan dengan kemampuan setiap individu untuk mengerahkan tenaga dan pikirannya agar mendapatkan sesuatu yang berguna, minimal untuk dirinya sendiri, kemudian ia berpikir untuk berbuat bagi orang lain. Seorang pendidik hanya berkewajiban untuk memberi tranformasi ilmu kepada anak-anak didiknya, dan memotivasi mereka untuk mengembangkannya sesuai dengan kemampuan masing-masing. Jika otak sebagai media untuk menyimpan dan menyerap ilmu pengetahuan, maka pengembangannya adalah mengaktualisasikan ilmu pengetahuan tersebut menjadi hal yang bersifat praktis, sehingga dapat dirasakan manfaatnya. Dalam tradisi bangsa Arab disebutkan bahwa “Al-‘ilmu bila ‘amalin kasyajari bila tsamarin” maksudnya adalah ilmu pengetahuan yang tidak diamalkan akan seperti pohon tiada berbuah, dengan kata lain ilmu pengetahuan tersebut tidak banyak manfaat yang dapat diberikan pada diri individu maupun orang lain.

Dok. Pribadi || Para Siswi Sedang Bershalawat Saat Acara Kenaikan Kelas
Dok. Pribadi || Para Siswi Sedang Bershalawat Saat Acara Kenaikan Kelas
Manusia terdiri dari dua dimensi, yaitu lahir dan batin. Terlihat ataupun tidak sisi batin manusia juga tak kalah penting dibandingkan dengan materi dan fisiknya. Orangtua yang memperhatikan perkembangan jiwa anaknya adalah ciri orangtua yang sangat memahami kebutuhan psikologis seorang manusia. Misalnya, betapa banyak hadiah yang diberikan orangtua yang sibuk kepada anak, namun si anak masih belum merasa bahagia. Perhatian, cinta, dan kasih yang tidak dapat dilihat secara kasat mata lebih dibutuhkan daripada tumpukan hadiah dihadapannya. Anak-anak yang tumbuh dengan perhatian yang cukup akan menjadikan dirinya sebagai sosok yang humanis, percaya diri, dan toleran. Anak-anak ini juga akan lebih mudah untuk bersosialisasi dengan para teman dan lingkungannya. Dalam keluarga ia telah mendapatkan dasar-dasar teori untuk hidup sebagai makhluk yang bermasyarakat.

Tidak lengkap membahas jiwa tanpa fisik. Fisik memiliki peran penting terhadap perkembangan ilmu pengetahuan yang ada didalam diri manusia. Melalui fisik, manusia dapat menyerap pengetahuan diluar dirinya. Tidak semua manusia dapat menggunakan panca inderanya dengan sangat baik, karena dari mereka ada yang tidak memiliki fisik secara lengkap atau utuh, namun bagi mereka yang memiliki kepekaan akan mampu mengoptimalkan seluruh kekuatan fisiknya. Tanda-tanda orang yang sempurna akalnya adalah mereka yang mampu menggunakannya untuk memperoleh banyak manfaat, akalnya memberi instruksi kepada anggota tubuh untuk melakukan hal-hal positif sebagai bukti bahwa akalnya terus berkembang dan menjadi kreatif. Dengan begitu, ilmu pengetahuannya akan bertambah dan ruh juga berperan sebagai pengawas segala tindakannya.

Dalam pendidikan, tidak ada pembatasan untuk mengembangkan seluruh potensi yang ada didalam diri manusia. Seluruh manusia diharuskan untuk mengaktualkan potensi yang mereka miliki, maka dari itu, mereka yang mampu memberikan banyak ruang untuk potensinya agar menjadi aktual adalah mereka yang berpikir dan berilmu. Islam mengajarkan agar seluruh potensi dapat berkembang secara seimbang, baik yang bersifat jasmani maupun ruhani. Pendidikan identik dengan proses pengembangan yang bertujuan untuk membangkitkan sekaligus mengaktifkan potensi-potensi yang terkandung dalam diri manusia.

Sebuah pendidikan tidak sama dengan konstruksi bangunan. Pendidikan adalah proses mendidik manusia untuk menjadi makhluk yang beradab dan berpengetahuan. Setiap manusia akan tumbuh dan berkembang sesuai dengan fitrahnya, ia akan memiliki kecondongan-kecondongan pada pengetahuan yang mampu menjadikannya sebagai makhluk hidup yang bertanggungjawab. Para ulama akhlak mengatakan bahwa setiap esensi manusia adalah akhlaknya, jadi tidak salah jika pendidikan sudah dimulai sejak usia dini, karena anak-anak usia dini bisa menerima pendidikan dan pengajaran lebih besar daripada anak-anak yang berusia remaja dan dewasa.

Fisik memiliki elemen yang diketahui sebagai panca indera, dan perkembangan panca indera telah dimulai sejak manusia berusia 0 tahun, seorang bayi akan terlatih untuk dapat mengembangkan potensi panca inderanya secara alamiah. Ia juga memiliki kemampuan untuk menyerap pengetahuan agar dirinya mampu beradaptasi dengan dunia diluar rahim ibunya. Ia akan bersentuhan dengan lingkungan sekitarnya, seperti mengerahkan tenaga untuk menangis, tangannya bergerak untuk menyentuh tangan ibunya, lidahnya mengecap rasa air susu ibunya untuk pertama kali, dan seterusnya. Pengembangan ini adalah pengembangan yang dilalui tahap demi tahap perkembangannya. Sehingga sang bayi bisa menjadi manusia dewasa yang sempurna karena mengikuti fitrahnya melalui usaha untuk memperoleh dan memperkaya pengetahuannya.  Seorang manusia dapat memaksimalkan potensi dalam dirinya dengan mengoptimalkan kekuatan fisik, sehingga memberikan keluasan berekspresi dan menggali lebih dalam kualitas dirinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun