Mohon tunggu...
Nurhasanah Munir
Nurhasanah Munir Mohon Tunggu... Mahasiswa - Taruna

I'm a dreamer and wisdom seeker// Ailurophile// write to contemplate

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Owl House Coffee, "It's All about Coffee, Library and Culture"

29 September 2017   18:53 Diperbarui: 30 September 2017   01:02 2845
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kali pertama saya berkunjung ke kedai kopi ini saat malam hari, mungkin sekitar setahun lewat. Tak disangka kedai kopi yang jaraknya hanya kurang dari 2 KM dari rumah ini memiliki pesona yang unik di mata. Ya, saya baru tersadar jika selalu melewati kedai ini setiap pagi - petang, berangkat dan pulang bekerja.

Kemarin tepat kedua kali saya berkunjung, dan hari ini adalah yang ketiga. Saya hanya sempat membaca buku baru yang oleh penerbit kampus tempat saya bekerja. Sekalian menikmati kopi Kintamani di lantai dua kedai tersebut.

Ya, Owl House Coffee terletak di jalan Pos Pengumben no. 5 A Jakarta Barat. Saya bertemu dengan Mas Pras salah seorang pengelola kedai ini. Banyak hal menarik yang saya dapatkan saat mengobrol dengan Mas Pras, diantaranya kedai kopi Owl House Coffee yang terlahir dari sebuah koperasi bernama Koperasi Riset Purusha, yaitu sebuah Koperasi yang didirikan oleh para peneliti dari berbagai bidang, seperti Hubungan Internasional dan juga Politik.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Mas Pras menjelaskan jika kedai kopi ini menjadi salah satu unit usaha yang berada dibawah payung Koperasi Riset Purusha sebagai pengembangan usaha ekonomi mandiri. Tercatat ada 20 orang peneliti yang tergabung dalam kepengurusan koperasi, dimana setiap orang terbagi ke dalam beberapa unit usaha. Unit-unit usaha yang dimaksud, seperti: Owl House Coffee (kedai kopi), Minerva (hipnoterapi), Fork (usaha bidang makanan ringan).

Kembali pada Owl House Coffee yang menjadi fokus tulisan ini, jenis kopi lokal lebih banyak disajikan dari kedai kopi atau cafe yang pernah saya kunjungi sebelumnya. Nama-nama kopinya pun belum familiar di telinga, mungkin juga ada beberapa jenis yang baru pertama kali saya baca di daftar menu. Kopi-kopi tersebut berasal dari Aceh, Sumatera, Jawa Barat, Bali, Flores, serta Papua. Diantara namanya yaitu Sunda Geulis, Ciwidey, Enrikang, Puntang Red Honey, Kintamani, Mandailing, Tolu Batak, dan lain-lain.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Cara penyajian kopi ini tergantung pada selera pengunjung, apakah kopi yang ingin diminum disajikan melalui proses filter atau tidak, atau juga apakah kandungan kopi tebal (kuat) rasa atau tidak. Seperti kali ini, saya mencoba "bersosialisasi" langsung dengan selera sendiri. Saya memilih kopi Puntang Red Honey dengan proses filterasi dan rasa yang tidak terlalu kuat.

Bagi anda yang ingin berburu kopi di Owl House Coffee tidak perlu khawatir dengan santapan menu yang ada untuk menemani setiap teguk kopi pilihan. Aneka makanan berat seperti nasi, atau ringan seperti french fries, rolled fish, mie, roti, kue, dan lain-lain. Harga sangat terjangkau sekali! Untuk secangkir kopi dan kue pancong green tea saja, anda hanya membayar Rp.40.000,-. Murah, meriah, dan anda juga bebas berselancar di dunia maya dengan fasilitas free wifi!

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Keistimewaan Owl House Coffee tidak berhenti pada aneka jenis kopi dan panganan saja, jika kita memilih lantai dua untuk menikmati kopi dan suasana yang lebih tenang, saya pastikan anda benar-benar akan dimanjakan dengan deretan koleksi buku-buku yang bisa dibaca sambil menyeruput kopi atau makan hidangan favorit.

Namanya juga kedai kopi milik para peneliti, hal inilah yang belum disadari oleh para pengusaha dalam bidang industri kreatif (baca: kedai kopi). Sebagaimana biasa yang saya cermati bahwa konsep kedai kopi dengan menyatukan unsur literasi masih jarang ditemukan di kota besar seperti Jakarta. Selain Owl House Coffee, ada pula Philo Coffee yang terletak di jalan Lebak Bulus 3 Cilandak Jakarta Selatan, menyertakan dunia literasi melekat dengan dunia kopi.

Beberapa kali saya perhatikan saat menonton drama atau film dari Korea Selatan, konsep kedai kopi yang demikian sudah mengilhami sejak lama, hal ini tidak dapat dipungkiri dari sisi kemajuan kualitas penduduknya juga industri-industri yang maju pesat, dimana Korea Selatan mampu menjadi bangsa yang mandiri dan juga disegani.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Sebagai penikmat kopi dan juga buku, saya merasa kedai-kedai kopi yang seperti ini perlu "dikembang-biakkan" - alasannya, dengan keberadaan buku-buku yang bisa dibaca di kedai kopi artinya telah menyebarkan virus gemar membaca dan berdiskusi pada saat yang sama. Bagi pembelajar sejati dan juga penggila kopi, dua hal ini merupakan anugerah paling indah yang sayang dilewatkan begitu saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun