Mohon tunggu...
Nurhasanah Munir
Nurhasanah Munir Mohon Tunggu... Mahasiswa - Taruna

I'm a dreamer and wisdom seeker// Ailurophile// write to contemplate

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama FEATURED

Awal Perlawanan Perempuan terhadap Dominasi dan Eksploitasi

22 Mei 2017   23:32 Diperbarui: 10 Maret 2018   10:04 2799
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi photo: Dokumentasi Pribadi

Kedua, argumentasi expendiency (difference =perbedaan), yaitu sebuah teori tentang perbedaan. Perempuan dan laki-laki secara ontologis merupakan makhluk yang sama yakni manusia, namun disaat yang sama dan diyakini oleh para aktifis perempuan kala itu – perempuan dan laki-laki juga diberikan potensi dan kualitas yang berbeda.

 Oleh karena itu, bagi mereka, perbedaan potensi dan kualitas inilah yang nantinya dapat saling melengkapi seluruh aktifitas dengan sistem pemerintahan yang baru.

Selanjutnya adalah Revolusi Industri yang meletus pada abad 19, dimana pabrik-pabrik manufaktur di negara-negara seperti Inggris, Jerman, Prancis, Rusia dan AS menciptakan kelas baru, yaitu tenaga kerja upahan (buruh) yang juga terjadi beriringan dengan fenomena pertumbuhan kota.

Pada saat itu, mulai tercipta beban kerja ganda perempuan sebagai buruh dan ibu/istri rumah tangga yang dikendalikan oleh sistem kapitalisme. Kemudian terjadi eksploitasi terhadap buruh perempuan dalam jam kerja dan upah yang lebih rendah daripada buruh laki-laki.

Terkait dengan eksploitasi yang dialami kaum perempuan saat itu, buruh perempuan yang bekerja dan menanggung beban ganda dihadapkan pada persoalan yangsangat kompleks. Kebutuhan rumah tangga berangsur terus naik, dan mereka yang seorang ibu dengan terpaksa harus bekerja untuk menopang dan menambal kebutuhan rumah, mulai dari susu formula, kebutuhan dapur, cuci dan kakus.

Masa itu adalah masa dimana orang-orang mulai bergerak pada suatu sistem teknologi yang lebih canggih dan efisien, namun tetap harus dibayar mahal oleh tenaga buruh yang berhasil menciptakan zaman modernisasi. Hampir semua pekerjaan bisa dilakukan oleh mesin, dan pembuatan mesin pun tidak terlepas dari tenaga-tenaga kaum pekerja.

Deskripsi eksploitasi tersebut lama-kelamaan menggerakkan hati kaum perempuan untuk mendapatkan kompensasi atas beberapa hak yang raib, seperti upah yang lebih rendah dari pekerja laki-laki, jatah makan yang hanya disiapkan ala kadarnya dibandingkan dengan yang diterima pekerja laki-laki.

Ketimpangan ini menyebabkan jurang pemisah yang sangat tajam di kalangan dua gender tersebut, karena merasa diperlakukan semena-mena, pada akhirnya muncul gerakan yang mewadahi jeritan kaum buruh perempuan dan mereka yang merasakan kesamaan nasib akibat eksploitasi terhadap diri dan kaumnya.

Revolusi industri bukan semata disimbolkan pada status sebuah bangsa yang telah berinovasi dalam bidang teknologi, tapi lebih dari yang disangkakan bahwa revolusi industri juga memberikan jalan dan juga kesempatan bagi kaum borjuis memperlakukan buruh perempuan seperti seorang budak.

Buruh-buruh perempuan yang memiliki penampilan menarik akan mendapatkan perlakuan ekspolitatif secara berkelanjutan, tidak hanya soal upah rendah, tapi mereka dijadikan pemuas nafsu para tuan. Saat kebutuhan rumah tangga serta urusan anak-anak lebih mendesak daripada harga diri, maka dengan sangat terpaksa hal demikian pun juga dilakukan, jika tidak maka nyawa adalah penggantinya.

Walhasil, gerakan perlawanan ini diinisiasi oleh kepedulian terhadap fenomena sosial. Maka dari itu, aktifisnya dikenal dengan sebutan feminis sosialis, mereka berjuang untuk melawan masalah rasisme dan perbudakan yang selalu dilakukan oleh para tuan yang memiliki modal serta kolega yang juga memiliki hasrat yang sama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun