Mohon tunggu...
Nurhasanah Munir
Nurhasanah Munir Mohon Tunggu... Mahasiswa - Taruna

I'm a dreamer and wisdom seeker// Ailurophile// write to contemplate

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama FEATURED

Awal Perlawanan Perempuan terhadap Dominasi dan Eksploitasi

22 Mei 2017   23:32 Diperbarui: 10 Maret 2018   10:04 2821
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi photo: Dokumentasi Pribadi

“Tulisan kali ini akan dipusatkan untuk membahas tentang upaya-upaya yang dilakukan kaum perempuan pada abad 18 sampai 20 dalam perlawanan terhadap dominasi dan eksploitasi sebagai ekspresi dari perasaan yang ingin merdeka, kebebasan dari kekangan yang terorganisir secara apik”

Gerakan feminisme telah dikenal sejak tahun 1895 atau abad ke-19. Gerakan ini merupakan sebuah gerakan yang didasari oleh persamaan pengalaman dari kaum perempuan masa itu yang ditandai sebagai gerakan perlawanan untuk bisa bebas dari berbagai macam tekanan yang dialami karena dominasi yang dilakukan oleh kaum laki-laki.

Posisi serta peran perempuan asih ditentukan oleh masyarakat, dan terutama oleh kaum laki-laki sebagai pemangku kebijakan. Sebagaimana yang pernah terjadi di Eropa, bahwa pemerintah saat itu sangat cenderung menahan gerakan perempuan. Tujuannya adalah membungkam suara bahkan jeritan ketidakadilan yang mereka terima namun disaat yang sama juga disadari oleh kaum laki-laki yang merasa terancam pengaruh serta jabatannya.

Ada hal menarik yang saya cermati dalam tema kali ini, yaitu kemunculan macam-macam revolusi dari abad 18 – 20, yang ternyata memberikan kontribusi berupa jalan bagi tumbuhnya pergerakan kaum perempuan. Sebut saja Revolusi Pemikiran (Aufklarung) abad ke-18, revolusi negara modern atau demokrasi, revolusi industri, serta revolusi nasional. Aufklarung memberikan gagasan bahwa manusia adalah subjek dunia, maka perempuan sebagai manusia adalah subjek pula.

Memposisikan perempuan sebagai subjek dalam tradisi ini merupakan sebuah langkah yang cukup berani yang berarti menegaskan bahwa figur perempuan adalah sama seperti figur laki-laki, yakni sebagai subjek.

Akhirnya gerakan tersebut juga mengarah pada pemberian sebuah atribut, yang dinamai sebagai gerakan liberal. Liberal dari asal katanya adalah bebas, berarti upaya pembebasan dari jeratan peraturan-peraturan yang diskriminatif terhadap kaum perempuan. Tujuan dari gerakan ini adalah mendukung kaum perempuan untuk masuk ke ranah publik dan membuat perubahan yang terindikasi upaya menjatuhkan harga diri kaum perempuan menjadi sebuah titik balik dari perlawanan ketidakadilan. Para aktifisnya dikenal sebagai feminis liberalis.

Kemudian berlanjut pada revolusi negara modern atau Revolusi Demokrasi, yakni tercetusnya sebuah gagasan tentang pemerintahan yang memiliki landasan yang demokratis. Perlu dicatat bahwa penanda dari meletusnya gerakan ini adalah revolusi yang terjadi di Perancis masih pada abad ke-18.

Rakyat Perancis berjibaku menghapus sistem teokrasi dan mengubahnya menjadi sistem pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Namun sayangnya, gerakan ini masih belum bisa menghilangkan citra perempuan sebagai sosok subordinasi. Perempuan juga masih belum diikutsertakan dalam merancang perubahan sistem baru untuk pemerintahan.

Akhirnya, fenomena demikian justru melahirkan gerakan baru di barisan kaum perempuan, dan disebut sebagaiWomen’s Sufferage Movement,yaitu sebuah gerakan yang dilakukan secaramassif di Perancis guna menuntut atas hak sipil politik yang meliputi hak dipilih dan hak memilih.

Tuntutan atas hak tersebut bukan tanpa alasan, justru kaum perempun telah mempunyai argumentasi yang bisa digunakan untuk meyakinkan golongan yang berseberangan dengan mereka.

Pertama, argumentasi keadilan (sameness) – mereka yakin bahwa perempuan setara dengan laki-laki pada posisinya sebagai manusia. Maka dari itu, sudah sewajarnya negara memberikan hak pilih kepada kaum perempuan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun