Mohon tunggu...
una anshari
una anshari Mohon Tunggu... Freelancer - Melihat, Merasakan, Menulis dan Membagikan

Traveller yang selalu berharap dapat mengambil hikmah dalam perjalanan untuk ditulis dan disharekan. Berbagi itu indah :)

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Halua Melayu, Si Pedas yang Jadi Manis

7 November 2018   14:19 Diperbarui: 10 November 2018   14:53 644
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kalau disebut kota Medan, kuliner apa yang paling diingat?

Mungkin, durian sang raja buah lah yang selalu terpatri di ingatan para pelancong dari luar kota Medan.

Lalu, adakah makanan lain yang bisa diicip? Tentu saja banyak. Kalau para wisatawan hanya tahu durian, lontong, soto, maka kali ini gue mau kenalin kuliner khas Melayu yang bernama Halua. 

dokpri
dokpri
Yang sudah pernah ke Medan, tahu dong kalau salah satu tempat wisata yang bisa dikunjungi di Medan adalah istana maimun. 

Disana, kita bisa mencoba pakaian adat Melayu untuk menjadi kenang-kenangan. Baju adat tersebut biasanya digunakan dalam upacara pernikahan beradatkan Melayu.

Beranjak ke depan kita bisa berkunjung seraya menyempatkan sholat di salah satu masjid tertua yang menjadi icon kota Medan yaitu Masjid Raya Al Mashun. 

Kembali ke kuliner, di postingan ini, gue bakal kasih tahu beberapa kuliner khas Melayu. Sebagai masyarakat asli kota Medan selain suku Batak, sangat disayangkan kalau kuliner satu ini kurang terdengar gaungnya.

Manisan atau dalam bahasa Melayu disebut halua adalah sayur dan buah segar yang dimaniskan. Biasanya, terdiri dari cabe, pepaya, bunga pepaya, batang pepaya, asam gelugur, buah renda, jeruk kesturi, buah pala, wortel, tomat, labu jipang (labu siam), kundur, kolang-kaleng, pare dan berbagai buah lainnya.

Nah, nantinya buah atau sayur ini akan dibentuk, diukir sehingga menjadi sesuatu yang menggemaskan dan sayang untuk dimakan, seperti gambar dibawah ini

dokpri
dokpri
Iya, itu cabe yang pedes menjadi manis.

Kenapa sih manisan bukan asinan? Mungkin karena orang Melayu sendiri dikenal sebagai penyuka makanan manis. Sampai-sampai ketika membuat teh harus manis dan kelat.

Lalu, apakah manisan ini ada sepanjang tahun? Jawabannya iya, tapi terbatas hanya pada yang menjualnya saja. Sedangkan kebiasaan para masyarakat Melayu yang masih menjunjung tinggi budaya hanya membuatnya setahun sekali pada saat hari raya Idul Fitri. Nantinya akan disuguhkan untuk tamu yang datang. Atau bisa juga dijadikan parcel lebaran seperti gambar dibawah ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun