Mohon tunggu...
UMU NISARISTIANA
UMU NISARISTIANA Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

umunisaristiana26@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Enam Penyesalan di Usia 25-an yang Bisa Kamu Atasi Saat Usia Belasan

22 April 2021   12:00 Diperbarui: 22 April 2021   11:58 853
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kisah Untuk Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Refleksi menjadi salah satu rutinitas sebelum tidur yang saya lakukan sejak pandemi. Refleksi menjadi ruang saya untuk mengevaluasi tindakan, emosi dan pecapaian di masa lalu maupun masa kini.

Bagaimana perasaan saya hari ini? Apa yang menarik pada hari ini? Kira-kira hari ini saya berbuat salah apa? Mengapa saya melakukan itu? Apa yang membuat saya khawatir/marah/sedih/kecewa pada hari ini? Bagaimana agar saya menjadi lebih baik lagi di masa depan? Apa yang membuat saya bersyukur pada hari ini? Apa yang bisa dipelajari pada hari ini?

Memang tidak semua pertanyaan itu saya jawab selama proses refleksi, tetapi itulah gambaran besar pertanyaan yang kerap saya jadikan sebagai acuan melakukan refleksi. Beberapa hasil refleksi saya jadikan tulisan dan sebagian lainnya hanya saya ilustrasikan di dalam imajinasi. Tulisan ini berisi salah satu hasil refleksi saya beberapa hari yang lalu, saya pikir akan bermanfaat jika saya publikasikan sebagai bahan pembelajaran bagi teman-teman yang berusia di bawah 25 tahun, yaitu enam penyesalan di usia 25-an ;

1. Berpacaran

Saya mulai berpacaran saat SMA dan itu menjadi penyesalan terbesar saya. Saat itu alasan saya berpacaran sebab hampir seluruh teman sepergaulan sudah memiliki pasangan. Situasi itu membuat topik pembicaraan selama di sekolah lebih banyak tentang hubungan romantisme bukan lagi tentang tugas sekolah dan masa depan. Ini membuat saya merasa "cupu" karena itu saya mulai sibuk membalas pesan dari laki-laki dan sampailah kepada hubungan pacaran saya yang pertama. Awalnya memang tidak begitu diambil serius hanya sekedar "punya" saja. Tetapi lambat laun, ada perasaan ingin "memiliki"sepenuhnya. Perasaan ini membuat saya mencurahkan seluruh energi dan waktu saya hanya untuk mengurusi pasangan saya; menunggu balasan pesan, mengikuti aktivitas pasangan bahkan lebih mementingkan menyelesaikan tugas sekolah pasangan daripada tugas sekolah sendiri.

Sampai akhirnya saya tersadar bahwa berpacaran sangat membuang waktu. Kita terlalu fokus kepada orang lain sampai akhirnya kita lupa terhadap diri sendiri. Kita terlalu fokus mengurusi urusan orang lain sampai akhirnya kita lupa urusan diri sendiri. Kita terlalu fokus menjaga perasaan orang lain sampai akhirnya mengabaikan perasaan diri sendiri. Jika saat itu waktu saya tidak dihabiskan untuk berpacaran mungkin saat ini sudah ada banyak hal yang saya ketahui dan kuasai tentang diri saya; kesukaan, ketidaksukaan, impian dan kemampuan.

2. Terlalu bergantung kepada orang lain

Bergantung pada orang lain mempersempit kesempatan kita untuk mengasah kemampuan bertahan hidup. Misal; saat memiliki masalah, orang yang bergantung kepada orang lain akan menunjuk, merengek atau menjadikan temannya sebagai tameng untuk menyelesaikan masalahnya dia lebih senang bersembunyi daripada menyelesaikan masalahnya dengan berani. Jika hal ini terus berlanjut, paling tidak dia akan mengalami; Pertama, tidak memiliki kemampuan problem solving yang baik. Kedua, terbiasa menjadi seorang pengecut. Ketiga, perkembangan diri yang stagnan.

3. Ikut-ikutan teman

Ikut-ikutan teman memang menjadi momok tersendiri bagi anak usia belasan, alasan yang paling popular karena takut sendirian di tempat baru. Padalah, hal ini sangat fatal jika menyangkut masa depan. Misal; ikut-ikutan teman dalam memilih jurusan kuliah. Sebenarnya kita tidak begitu paham dengan jurusan kuliah tersebut, tetapi karena teman kita memilih jurusan tersebut jadi kita ikut-ikutan dengan dalih agar ada teman di tempat baru. Tapi, nyatanya banyak kasus dimana teman dahulu dekat, di tempat baru akan ada jarak. Jika hal ini terjadi, tidak jarang membuat perasaan kita sedih dan kehilangan semangat belajar apalagi pada dasarnya kita tidak memiliki ketertarikan secara pribadi dengan jurusan kuliah tersebut alhasil prestasi belajar menurun sampai pada kasus putus kuliah.

4. Malu dan gengsi untuk berjualan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun