Mohon tunggu...
UMU NISARISTIANA
UMU NISARISTIANA Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

umunisaristiana26@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Nasib Anak dari Generasi Wanita Karir

3 Desember 2020   13:30 Diperbarui: 3 Desember 2020   13:38 299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Wanita Karir di Indonesia

Dapur, kasur dan sumur tiga jenis aktivitas yang kerap dilekatkan kepada wanita. Namun, modernisasi saat ini memberikan peluang bagi wanita untuk tidak hanya mengurusi urusan domestik saja. Survei yang dilakukan oleh Grant Thornton menemukan bahwa di Indonesia ada 36% posisi senior perusahaan dipegang oleh wanita, bahkan data dari Badan Pusat Statistik mengatakan jumlah pekerja wanita di Indonesia meningkat setiap tahunnya.

Angka-angka tersebut mengindikasikan bahwa menjadi wanita karir merupakan impian wanita masa kini. Banyak hal yang melatari mengapa wanita ingin melebarkan perannya tidak hanya sebatas dalam urusan domestik saja. Persoalan ekonomi menjadi alasan yang kerap ditonjolkan oleh wanita yang memutuskan menjadi wanita karir. Ekonomi memang faktor krusial dalam kehidupan rumah tangga, bahkan beberapa penelitian mengatakan ketidakstabilan ekonomi menjadi sumber perceraian antara suami-istri.

Dengan keputusan wanita untuk ikut berkarir artinya "keran" penghasilan rumah tangga akan bertambah, tidak hanya dari suami saja. Hal ini mampu memberikan keleluasaan dalam pengaturan keuangan rumah tangga. Selain itu, wanita karir memiliki peluang lebih besar untuk mandiri dan tidak melulu mengandalkan suami dalam hal mencukupi kebutuhan pribadi dan rumah tangga. Lebih dari pada itu, nyatanya suksesnya wanita karir mampu meningkatkan image keluarga menjadi lebih terpandang.

Bukan hanya persoalan ekonomi, dengan berkarir peluang bagi wanita untuk mampu menggali potensi diri lebih terbuka lebar. Hasrat wanita untuk menggali potensi diri tidak lepas dari latar belakang pendidikan. Wanita yang memiliki latar belakang pendidikan tinggi akan cenderung lebih memilih untuk berkarir ketimbang hanya menjadi ibu rumah tangga. Melalui kesempatan berkarir, kemungkinan wanita akan bertemu dengan banyak orang, situasi dan tantangan yang mana hal ini memberikan peluang bagi mereka untuk lebih percaya diri, bersikap solutif, adaptif dan memiliki keterampilan negoisasi yang baik.

Problematika Wanita dengan Banyak Peran

Hasil survei dari Cosmo terhadap 650 responden wanita karir generasi millenial ada 22,3% responden mengungkapkan tidak ingin menjadi ibu rumah tangga dan akan terus mengejar karir meskipun sudah menikah dan punya anak. Meskipun 18,5% wanita karir berpandangan tidak mampu menyeimbangkan antara kehidupan karir dan personal. Memang benar adanya bahwa menyeimbangkan antara karir dan keluarga menjadi tantangan tersendiri bagi wanita karir. Apalagi bagi wanita yang bekerja di kantor dengan sistem kerja nine to five. Hal ini sebabkan oleh sumber daya waktu dan tenaga manusia itu terbatas dan wanita karir mempertaruhkan dua sumber daya ini saat ia memutuskan untuk memiliki banyak peran.

Waktu berkumpul keluarga menjadi sangat terbatas, kadangkala saat istri memiliki waktu luang justru suami yang tidak memiliki waktu untuk berkumpul, begitupula sebaliknya. Belum lagi jika anak sudah beranjak remaja, mereka cenderung lebih senang menghabiskan waktu dengan teman-temannya diluar rumah. Situasi ini semakin mempersulit adanya waktu berkualitas antar anggota keluarga. Terlebih saat ini, kehangatan rumah terhalang dengan adanya gadget. Dimana, ibu-bapak-anak lebih banyak menghabiskan waktu sibuk dengan gadget masing-masing. Sudah waktu untuk berkumpul terbatas, sekalinya ada kesempatan berkumpul masing-masing anggota keluarga lebih sibuk dengan gadget masing-masing.

Bukan hanya itu, wanita pekerja memiliki beban ganda tidak hanya beban tuntutan keluarga namun juga tuntutan pekerjaan. Tidak jarang wanita karir membawa beban pekerjaan ke dalam rumah tangga sehingga semakin membuat kualitas kebersamaan dan kelekatan antara anggota keluarga menjadi lebih menantang.

Bagi wanita karir, memiliki partner atau suami yang mampu diajak bekerja sama mengurus urusan domestik menjadi hal yang penting agar proses menyeimbangkan antara keluarga dan karir lebih mudah untuk dihadapi. Namun, kadangkala hal ini sulit dicapai apalagi jika suami memiliki waktu kerja yang tidak fleksibel. Satu-satunya cara untuk mengatasi situasi ini adalah dengan mencari pengasuh anak yang terpercaya. Namun, menyerahkan anak kepada pengasuh juga memiliki banyak konsekuensi dalam pembentukan karakter dan psikologis anak.

Nasib Anak dari Generasi Wanita Karir

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun