Mohon tunggu...
UMU NISARISTIANA
UMU NISARISTIANA Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

umunisaristiana26@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sudah Islam kah Muslim di Indonesia?

5 November 2020   12:05 Diperbarui: 5 November 2020   12:10 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Narasi dan prasangka buruk tidak ada habis-habisnya ditunjukan kepada agama Islam. Sudah banyak penjelasan terkait sebab datangnya narasi dan prasangka buruk ini apalagi dari sudut pandang sejarah dan politik. Disamping penjelasan dari kedua sudut pandang itu, ada satu sudut pandang yang lebih krusial yaitu refleksi terhadap representasi nilai Islam dalam diri umat Muslim saat ini. Syekh Muhammad Abduh seorang pembaharu Islam di Mesir pernah terpukau melihat betapa bersih dan teraturnya kota Paris serta penduduknya yang disiplin dan tepat waktu dalam bekerja serta sopan dan ramah perilakunya dengan berkata "Aku lihat Islam (disana), padahal aku tidak melihat orang Muslim". Selanjutnya Syekh Muhammad Abduh berkata "Aku melihat banyak muslim (disini), tapi aku tidak melihat Islam pada diri mereka" dengan membandingkan situasi kota Kairo yang sangat terbalik dengan kota Paris. Perkataan ini menyiratkan bahwa seorang Muslim belum tentu Islam.

Apa yang Syekh Muhammad Abduh simpulkan dari pengamatannya terhadap kota Kairo, saat ini juga sedang melanda Indonesia. Ada sekitar 207 juta atau 87.2% penduduk di Indonesia menganut agama Islam, bahkan diperkirakan 13% populasi pemeluk agama Islam di dunia berada di Indonesia. Namun kekuatan ini tidak lantas membuat Indonesia menjadi negara yang bersih, rapi dan teratur dengan penduduk yang giat bekerja dan menjunjung tinggi kejujuran. Masih banyak dijumpai Muslim di Indonesia tidak benar-benar menjalankan nilai-nilai Islam dalam keseharian. Seperti halnya tiga nilai Islam sederhana yang saat ini tidak lagi diindahkan oleh Muslim Indonesia;

Pertama, agama Islam menempatkan masalah kebersihan atau kesucian sebagai hal yang pokok, ditunjukan oleh para ulama Fiqih yang menjadikan bab bersuci atau Thoharoh selalu ditempatkan dibagian awal kitab. Bahkan, ibadah seorang Muslim tidak akan diterima jika tidak dalam keadaan bersih dan bersuci. Semestinya jika memang Muslim di Indonesia mampu memegang teguh nilai Islam ini, maka tidak akan sulit menjaga lingkungan alam di Indonesia agar tetap asri dan lestari. Namun, faktanya saat ini Indonesia menduduki peringkat kedua penyumbang sampah plastik terbesar di dunia sehingga wajar jika banjir menjadi bencana rutin setiap tahun juga adanya pencemaran air dan tanah. Tidak berhenti sampai disitu saat ini sudah ada sekitar 113 hutan di Indonesia yang hilang akibat deforestasi atau penggundulan hutan alhasil mengancam kelestarian flora dan fauna.

Kedua, Nabi Muhammad SAW menjadi teladan sempurna dalam bab kesederhanaan. Sebagai umat Muslim sudah semestinya meneladani kesederhanaan Nabi Muhammad SAW, sebab As Sunnah juga menjadi sumber pegangan umat Muslim dalam menjalani kehidupan.

Alkisah, Umar bin Khattab menangis setelah melihat isi rumah Nabi Muhammad SAW yang hanya berisi sebuah meja dan sebuah geriba (tempat air untuk wudhu) padahal Nabi memiliki kemampuan untuk hidup seperti kaisar Romawi atau Persia yang bergelimang harta dan kemewahan. Kisah ini menyiratkan bahwa kesederhanaan bertolak belakang dengan kemiskinan, kesederhanaan merupakan sebuah pilihan hidup untuk sukarela berfokus hanya pada apa yang benar-benar berarti dalam hidup meskipun memiliki kemampuan untuk bermewah-mewahan. Sayangnya, kesederhanaan menjadi barang langka saat ini apalagi setelah adanya modernisasi, globalisasi dan digitalisasi yang menghasilkan tindakan hedonis, matrealis dan konsumtif. Jika banyaknya jumlah pemeluk agama Islam di Indonesia hidup sederhana bisa jadi akan dapat mempersempit jarak antara si kaya dan si miskin sebab umat Islam yang hidup sederhana akan hemat dalam pengeluaran pribadi dan boros ketika beramal.

Ketiga, ajaran Islam sangat menjunjung tinggi harkat kemanusiaan dan mencintai kerukunan serta kedamaian. Namun, realitanya banyak umat Muslim yang masih melakukan tindakan intoleransi, intimidasi, kekerasan bahkan sampai penyerangan terhadap kelompok umat agama lain dengan mengatasnamakan penegakan agama. Menurut beritasatu.com pada tahun 2018-2019 ditemukan 12 kasus pelarangan kegiatan ibadah dan 11 kasus pelarangan pendirian tempat ibadah di Indonesia. Semestinya jika memang umat Muslim di Indonesia merepresentasikan nilai Islam berupa menjunjung tinggi harkat kemanusiaan dan mencintai kerukunan serta kedamaian maka tidak sulit bagi Indonesia untuk mencapai masyarakat madani.

Dengan demikian, jika dilihat lebih dalam dan menyeluruh kekuatan masyarakat Indonesia yang mayoritas beragama Islam mampu dijadikan sebagai senjata untuk meng-counter narasi dan prasangka buruk terhadap umat Islam disamping itu jika kekuatan ini mampu difungsikan secara maksimal juga berdampak postitif terhadap kemajuan sumber daya manusia di Indonesia. Jadi, seberapa Islam kah kamu?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun