Mohon tunggu...
Abdisita Sandhyasosi
Abdisita Sandhyasosi Mohon Tunggu... Psikolog - Penulis buku solo "5 Kunci Sukses Hidup" dan sekitar 25 buku antologi

Alumni psikologi Unair Surabaya. Ibu lima anak. Tinggal di Bondowoso. Pernah menjadi guru di Pesantren Al Ishlah, konsultan psikologi dan terapis bekam di Bondowoso. Hobi membaca dan menulis dengan konten motivasi Islam, kesehatan dan tanaman serta psikologi terutama psikologi pendidikan dan perkembangan. Juga hobi berkebun seperti alpukat, pisang, jambu kristal, kacang tanah, jagung manis dan aneka jenis buah dan sayur yang lain. Motto: Rumahku Mihrabku Kantorku. Quote: "Sesungguhnya hidup di dunia ini adalah kesibukan untuk memantaskan diri menjadi hamba yang dicintai-Nya".

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Saat Anggrek Mekar

26 Januari 2023   15:17 Diperbarui: 26 Januari 2023   15:18 332
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lereng Argopuro. Sore. Saat Ma'e sedang  menengok anggrek ekor tupainya yang sedang mekar, tiba-tiba bayangan sahabatnya muncul di benaknya.

Pikiran Ma'e pun  melayang ke masa lalu. Saat itu tanaman katuknya sedang tumbuh lebat daun mudanya. Melihat hal itu Ma'e ingin memetiknya untuk Bu Sholihah, sahabatnya yang suka memasak sayur bening daun katuk,  karena suami dan cucu-cucunya suka makan dengan sayur bening katuk. Lalu Ma'e pun menghubungi sahabatnya  lewat  WA.  

[25/3 12.01 PM] Ma'e: Assalamualaikum bu Sholihah.  Apa kabar? Daun katuk yang muda  di  rumah sudah banyak. Tidak ingin masak sayur bening daun katuk?

[25/3 12.02 PM] Bu Sholihah: " Wa'alaikumsallam.
Alhamdulillah kami sekeluarga sehat. Walaupun terkadang  hati dan fikiran belum bisa melupakan nanda tercinta. Insya Allah besok saya mau masak sayur bening."

[25/3 12.25 PM] Ma'e: "Alhamdulillah. Siap mengeksekusi si katuk besok. In Syaa Allah."

Esoknya. Setelah mengerjakan pekerjaan rumah dan rutinitas sehari-hari lainnya, Ma'e memetik pucuk-pucuk daun katuk yang tentu saja masih muda.

Setelah pucuk daun katuk terkumpul banyak,  Ma'e memasukkannya ke dalam kantong plastik. Ma'e menambahkan daun kemangi ke dalam kantong plastik.

Ma'e merapikan busana muslimah dan jilbabnya. Dengan balutan  kaos kaki hitam dan alas sandal jepit, Ma'e berjalan menuju rumah sahabat yang jaraknya sekitar 100 meter dari rumahnya.

Sampai di depan rumah berlantai dua, Mae mengetuk pintu dan  mengucapkan salam.

"Wa'alaikum sallam!" Sahut Qonita puteri bu Sholihah sambil membukakan pintu.

"Mama ada, mbak?" Tanya Ma'e.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun