Mohon tunggu...
Abdisita Sandhyasosi
Abdisita Sandhyasosi Mohon Tunggu... Psikolog - Penulis buku solo "5 Kunci Sukses Hidup" dan sekitar 25 buku antologi

Alumni psikologi Unair Surabaya. Ibu lima anak. Tinggal di Bondowoso. Pernah menjadi guru di Pesantren Al Ishlah, konsultan psikologi dan terapis bekam di Bondowoso. Hobi membaca dan menulis dengan konten motivasi Islam, kesehatan dan tanaman serta psikologi terutama psikologi pendidikan dan perkembangan. Juga hobi berkebun seperti alpukat, pisang, jambu kristal, kacang tanah, jagung manis dan aneka jenis buah dan sayur yang lain. Motto: Rumahku Mihrabku Kantorku. Quote: "Sesungguhnya hidup di dunia ini adalah kesibukan untuk memantaskan diri menjadi hamba yang dicintai-Nya".

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ketika Depresi Melanda

3 Desember 2022   08:39 Diperbarui: 3 Desember 2022   08:40 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pagi. Sepi. Sendiri. Sudah sekian lama tak ada seorangpun  yang menemani. Pa'e sudah pergi ke kampung abadi. Anak-anak Ma'e juga sudah pergi.  Ada yang  di Bekasi  mencari rezeki. Ada yang di Jember menuntut ilmu syar'i. Hal ini membuat Ma'e depresi. Ma'e harus melawannya. Jangan sampai ia "with drawl" (menarik diri dari masyarakat). Jangan sampai ia merasa tak berarti. Sehingga ingin bunuh diri.

Beberapa perasaan seperti rasa susah, murung, sedih, putus asa dan tidak bahagia bercampur aduk di dalam hati Ma'e. Dan Ma'e berusaha melepasnya satu persatu.

Reeeng! Reeeng! Reeeng! Terdengar suara motor  Tak lama kemudian  Penjual sayur berhenti di depan rumah tetangga sebelah. Kemudian  dia berteriak-teriak lantang memanggil pelanggannya, "Yuur, sayuuur!"

Ma'e bergegas mengambil dompetnya---dompet  talikur warna coklat hadiah dari teman taklim.

Ma'e terkejut ketika melihat isi dompetnya. Ternyata tak ada  sepeserpun. Ya, sejak Ma'e tak bekerja di rumah tetangga sebagai ART (Asisten Rumah Tangga), dompet Ma'e sering kosong melompong. Kecuali jika ada tetangga yang membeli pegagan yang tumbuh subur di kebun imutnya maka satu-dua lembar uang ribuan mengisi dompetnya.
 Tubuh Ma'e langsung terkulai lemas. _Innalilahi wa Inna ilaihi raji'un_

"Muslimah sejati tak boleh berputus asa dari rahmat-Nya! Bukankah ada Dia yang selalu siap menolongmu, Ma'e? Meskipun berjuta kali kamu memohon pertolongan kepada-Nya, " bisik lubuk hati Ma'e tiba-tiba.

"Baiklah, aku akan memohon pertolongan kepada-Nya saja," sahut ego Ma'e. Lalu Ma'e pun berdoa sambil menengadahkan tangannya  ke langit, "Ya Allah,  aku tak punya uang untuk berbelanja ke mlijo. Berilah aku lauk dan  sayur untuk buka puasaku nanti. Aamiin Yaa Rabb."

"Ingat pesan Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 45. _Dan mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan salat. Dan (salat) itu sungguh berat kecuali bagi orang-orang yang khusyuk."_ ucap lubuk hati.

"Iya. Semoga Allah ta'ala memberiku kesabaran dan kemampuan untuk tetap istiqamah salat."

"Aamiin Yaa Rabb!" Ucap Lubuk hati. Kemudian ia menyuruh Ma'e salat Dhuha   "Sana sholat Dhuha dulu. Kalau mengurus tanaman dulu dan keasyikan...bisa-bisa Ma'e lupa salat Dhuha nanti."

"Tahu saja kau, lubuk hati!" Seru Ma'e sambil melangkahkan kaki menuju mihrab untuk salat. _Qodarullah_ wudhunya belum batal. Jadi Ma'e langsung bisa salat Dhuha.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun