Lokalisasi Dolly. Surabaya. Sekian tahun yang lalu. Usai  mewawancarai responden terakhir, aku menemui sang primadona Dolly.  Namanya Karin. Perempuan cantik berkulit kuning langsat  itu memulai karirnya sebagai pelacur sejak beberapa bulan yang lalu. Tepatnya setelah pacarnya merenggut kegadisannya dan meninggalkannya. Pagi itu wajah Karin berseri-seri bak buah ceri. Tubuhnya tampak segar bugar. Menebar wangi mawar, khas wangi sabun mandi merk terkenal. WTS (Wanita Tuna Susila) yang biasa memakai baju "you can see" itu berbusana lebih tertutup. T-shirt lengan panjang warna merah dan celana kulot warna hitam membalut tubuh langsingnya.
"Hai, Karin! Ceria sekali kau pagi ini!" Sapaku pada Karin.
Karin yang sedang berdiri di depan pintu kamarnya itu tersenyum. "Ah biasa saja Sakura!" Sahut Karin.
Karin membuka pintu kamarnya. Setelah pintu kamarnya terkuak, Karin mempersilahkan aku masuk. "Yuk masuk! Ngomong-ngomong di dalam saja."
"Oke, Karin!" Aku menyahut sambil melangkahkan kaki memasuki kamarnya. Aku terpana ketika menyaksikan desain ruang kamar Karin. Dinding kamarnya didominasi warna biru. Ranjangnya yang bersih dan rapi ditutup bed cover dengan motif mawar merah hati. Aroma parfum dengan bau merangsang libido menyeruak ketika aku menjatuhkan tubuhku di ranjangnya. Inikah yang membuat lelaki betah tidur bersamanya? Â Inikah yang membuat servisnya memuaskan selain tubuh seksinya? Aku bertanya-tanya dalam hati. Konon kabarnya Karin tidak pernah sepi dari pelanggan.
Karin menutup kamarnya. Kemudian Karin mendekati meja yang di atasnya ada  sepiring ote-ote.  Ketika Karin membuka kertas nasi yang menutupi isi piring, aroma ote-ote gorengan khas Surabaya  menyebar. Â
Aku menghirup aromanya yang segar  dan harum. Serta tampilannya begitu menggoda selera. Apalagi aku belum makan. Hanya minum air putih tadi.
"Ayo makan ote-otenya Sakura!"
"Terima kasih!" Sahutku sambil mengambil ote-ote yang disodorkan Karin kepadaku. Lalu aku menikmatinya.
"Maaf lupa beli cabenya!"
"Tak mengapa!" Sahutku.