Mohon tunggu...
Abdisita Sandhyasosi
Abdisita Sandhyasosi Mohon Tunggu... Psikolog - Penulis buku solo "5 Kunci Sukses Hidup" dan sekitar 25 buku antologi

Alumni psikologi Unair Surabaya. Ibu lima anak. Tinggal di Bondowoso. Pernah menjadi guru di Pesantren Al Ishlah, konsultan psikologi dan terapis bekam di Bondowoso. Hobi membaca dan menulis dengan konten motivasi Islam, kesehatan dan tanaman serta psikologi terutama psikologi pendidikan dan perkembangan. Juga hobi berkebun seperti alpukat, pisang, jambu kristal, kacang tanah, jagung manis dan aneka jenis buah dan sayur yang lain. Motto: Rumahku Mihrabku Kantorku. Quote: "Sesungguhnya hidup di dunia ini adalah kesibukan untuk memantaskan diri menjadi hamba yang dicintai-Nya".

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Kisah Persalinan Induksi

27 November 2022   15:00 Diperbarui: 27 November 2022   14:59 384
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Siapa sih yang tak ingin melahirkan bayinya  tanpa induksi?  Tentu setiap ibu hamil menginginkannya. Termasuk saya.  Tetapi jika takdir berkata lain apa yang bisa diperbuat?

Belasan tahun yang lalu. Ketika usia saya sekitar 44 tahun dan hendak melahirkan anak kelima, saya mengalami kasus yang disebut "Ketuban Pecah Dulu" atau KPD

Pada bulan terakhir saya memeriksakan kehamilan di bidan desa  posisi kepala bayi saya meragukan.  Sungsang  tidak, posisi kepala di bawah pun tidak. Mau memeriksakan kehamilan lewat USG ke dokter ahli kebidanan, saya tak punya uang.

Bidan desa menganjurkan saya untuk melahirkan bayi di rumah sakit saja. Karena, kalau ada masalah serius seperti bayi sungsang maka bisa segera ditangani oleh ahlinya. Tetapi, saya takut akan disuruh operasi Caesar. Juga takut akan mengeluarkan biaya besar.
 
Setiap selesai sholat, saya sering bersujud lama sambil terus-menerus berdoa memohon kepada-Nya agar bisa menjalani persalinan  normal tanpa operasi Caesar.

Malam itu saya tidur dengan posisi tubuh hampir di tepi ranjang. Setelah terlelap, saya bermimpi menjalani persalinan   di ruang bersalin rumah sakit.  Begitu bayi lahir, saya terbangun dan tahu-tahu saya sudah berada di lantai.

 Tak lama kemudian terdengar letupan kecil. Ternyata air ketubannya pecah. Padahal saya belum merasakan kontraksi yang hebat.

Ketika suami saya datang dari mengisi pengajian, saya berkata, "Bi. In Syaa Allah besok pagi aku mau ke rumah bidan. Karena tanda-tanda kelahiran sudah ada."

"Ya!" Jawab suami saya.

Setelah mendengar jawaban suami, saya mempersiapkan baju bayi dan baju saya yang hendak saya bawa besok.

Rabu 16 Agustus. Sekitar pukul tujuh  pagi  saya naik angkot. Turun di suatu tempat.  Lalu saya berjalan kaki sejauh 1km menuju ke rumah bidan desa.

Tiba di rumah bidan desa saya mengatakan  air  ketubannya sudah  pecah. Kemudian bidan pun memeriksa saya. Dan  bidan bilang saya mengalami KPD atau Ketuban Pecah Dulu

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun