Mohon tunggu...
Abdisita Sandhyasosi
Abdisita Sandhyasosi Mohon Tunggu... Psikolog - Penulis buku solo "5 Kunci Sukses Hidup" dan sekitar 25 buku antologi

Alumni psikologi Unair Surabaya. Ibu lima anak. Tinggal di Bondowoso. Pernah menjadi guru di Pesantren Al Ishlah, konsultan psikologi dan terapis bekam di Bondowoso. Hobi membaca dan menulis dengan konten motivasi Islam, kesehatan dan tanaman serta psikologi terutama psikologi pendidikan dan perkembangan. Juga hobi berkebun seperti alpukat, pisang, jambu kristal, kacang tanah, jagung manis dan aneka jenis buah dan sayur yang lain. Motto: Rumahku Mihrabku Kantorku. Quote: "Sesungguhnya hidup di dunia ini adalah kesibukan untuk memantaskan diri menjadi hamba yang dicintai-Nya".

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pamit ke Surga

24 November 2022   17:00 Diperbarui: 24 November 2022   17:03 257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sesampai di UGD RS, seorang polisi menyambut kedatangan kami. "Apakah ibu orang tua Wildan? tanyanya.

"Iya,  pak! " jawabku.

"Sabar ya bu! "pinta polisi.

"Kenapa anak saya pak? Apa lukanya parah.? Di mana ia sekarang?" tanyaku beruntun.

"Sabar ya,  Bu!"

"Saya mau ke tempat anak saya."

"Sabar. Bu. Nanti saja!'

"Dari tadi kok disuruh sabar melulu! " pikirku.  Hatiku jadi bertanya-tanya.
"Apakah anak saya sudah meninggal? " tanyaku kemudian.

Polisi mengangguk pelan.

Seketika Itu juga aku mengucapkan kalimat istirja'. "Innalillahi wa inna ilaihi roji'un" Sesungguhnya kita milik Allah dan akan kembali kepada Nya. Serta merta psikisku seperti dibius.  Meskipun aku harus menerima kenyataan pahit bahwa anakku tewas akibat ditabrak truk tetapi aku tidak sampai menjerit histeris.  

Aku melangkahkan kakiku, terasa ringan sekali.  seperti   melayang. Aku berjalan menuju ke kamar jenazah dengan perasaan yang sulit kulukiskan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun