Mohon tunggu...
Tatiek Purwanti
Tatiek Purwanti Mohon Tunggu... Ibu rumah tangga -

Ibu rumah tangga dengan dua orang amanah, blogger, dan penulis. Sedang terus belajar dari sekitar.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Beras Langka dan Mahal, Saatnya One Day No Rice

24 Februari 2015   20:06 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:35 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah beberapa waktu yang lalu cabe menjadi treding topic karena harganya yang melambung, kini giliran beras yang menjadi bintangnya. Beberapa hari terakhir ini terjadi kelangkaan beras hingga di beberapa wilayah terutama di Pulau Jawa. Seperti yang terjadi pada umumnya, jika ada kelangkaan pasti akan ada kenaikan harga. Ibu-ibu seperti saya kembali agak dipusingkan dengan pengaturan kembali anggaran belanja.

Saya pribadi tidak ingin menyalahkan hujan sebagai penyebabnya. Bagi saya hujan yang diturunkan Allah SWT adalah bentuk rezeki yang pada saat turunnya kita sebaiknya berdoa agar hujan tersebut membawa kemanfaatan. Adakah banyak di antara kita yang terlupa berdoa dan malah merutuki turunnya hujan karena terhambat beraktivitas? Dan setelah turunnya, sang hujan pun dipersalahkan sebagai biang dari kerusakan yang ditimbulkan kemudian. Jika pun banyak petani yang gagal panen karena hujan yang terlalu deras turun, saya lebih suka menyebutnya sebagai ujian. Dan sebagaimana ujian hidup pada umumnya, pasti ada banyak hikmah di dalamnya. Tergantung bagaimana kita menyikapi. Bersabarlah, wahai para petani. Sungguh yang Anda lakukan selama ini dengan menanam akan dinilai sebagai sedekah, bahkan padi-padi Anda yang dimakan burung-burung sekali pun.

Pun saya ingin menyikapi mahalnya harga beras itu dengan tips praktis yang bisa diterapkan pada keluarga saya. Urusan operasi pasar dan pengecekan apakah ada penimbunan beras, saya yakin pemerintah akan berusaha mengatasinya. Selain berusaha lebih berhemat, ada salah satu cara yang bagus untuk diterapkan yaitu One Day No Rice (ODNR).

Mengingatkan kembali bahwa One Day No Rice (ODNR) adalah sebuah program yang dicanangkan Walikota Depok, Nur Mahmudi Ismail demi menggalakkan diversifikasi pangan di wilayahnya. Program ini diawali dengan diterbitkannya SK Walikota Depok no. 010/27-um tanggal 10 Februari 2012 yang memerintahkan seluruh penjual makanan di kantin di balai kota Depok untuk tidak menjual nasi yang terbuat dari beras setiap hari Selasa, namun menyediakan makanan pengganti seperti kentang, singkong, dan umbi-umbian lainnya. Melalui program One Day No Rice ini, masyarakat diminta untuk mengurangi konsumsi beras dan beralih ke makanan pokok lain seperti umbi-umbian yang sebenarnya tersedia dalam jumlah besar di pasar tradisional.

Saya memang bukan warga Depok, tapi saya mendukung gerakan itu dan bisa menerapkan hal tersebut kepada keluarga saya. Sebelum kelangkaan beras ini, kami pun terbiasa jika harus mengkonsumsi jagung rebus, ubi jalar rebus atau pun singkong goreng dan tidak memakan nasi dalam sehari. Kadang sumber-sumber karbohidrat tersebut saya olah menjadi penganan yang menarik untuk meminimalisir kebosanan. Jadi sehari tanpa nasi Insya Allah bukan masalah bagi keluarga kami. Kadang malah bisa lebih dari sehari tanpa nasi jika kami berpuasa Senin dan Kamis. Karena sahurnya dengan buah-buahan dan menyantap umbi-umbian, pempek atau siomay pada saat berbuka.

ODNR adalah salah satu strategi ‘pertahanan’ di keluarga kami. Bagaimana dengan strategi ‘menyerang’nya? Kami memang belum bisa menanam padi sendiri karena tidak memiliki sawah, hehe. Tapi kami berusaha menanam sendiri umbi-umbian pengganti beras. Ada ubi jalar dan singkong di kebun belakang rumah. Walau pun hasilnya tidak sampai berkwintal-kwintal, kami sudah memulai program ketahanan pangan dalam keluarga. Bagaimana dengan Anda? ^_^

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun