Mohon tunggu...
Ummu Fathur
Ummu Fathur Mohon Tunggu... Guru - Mencerdaskan

Mendidik mencerdaskan umat

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ibrah Mudik Singgah di Cirebon

16 Juli 2019   13:22 Diperbarui: 16 Juli 2019   13:29 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Tak terasa takbir telah berkumandang, berarti hari raya idul fitri di depan mata. Seperti biasanya saya berkemas untuk pulang mudik, sudah menjadi kebiasaan di keluarga kami mudik di hari raya. Waktu yang pas untuk bersilaturahmi dengan sanak saudara di hari yang fitri. Bermaaf maafan dan mempererat tali silaturahmi. Selesai melaksanakan sholat idul fitri, kami berbegas untuk mudik ke Semarang seperti biasanya. Tapi, Allah Maha Pengatur memiliki skenario lain, perjalanan kami macet luar biasa sudah jam 11 malam kami baru sampai Cirebon. Akhirnya kami memutuskan untuk beristirahat di Cirebon. Keesokan harinya, orangtuaku mengajak untuk mengunjungi keraton dan kesultanan Cirebon yang kebetulan dekat dengan tempat kami menginap. Kami mengunjungi keraton yang dulu ditempati oleh Sunan gunung jati atau Syarif Hidayatullah atau Sayyid Al-Kamil.

Beliau dilahirkan tahun 1448 Masehi dari pasangan Syarif Abdullah Umdatuddin bin Ali Nurul Alam (Sultan Mesir di masa islam) dan Nyai Rara Santang, Putri Sri Baduga Maharaja Prabu Siliwangi dari Kerajaan Padjajaran. Mereka menikah saat Nyai Rara Santang melaksanakan ibadah haji di Tanah suci. Mereka telah berjanji di bukit Thursina, jika dari pernikahan mereka lahir anak laki-laki, maka akan diutus untuk menyebarkan islam di tanah jawa. 

Maka, ketika Sunan Gunung Jati Lahir dan ayahandanya wafat, Sunan Gunung Jati dan ibunya pergi ke tanah Jawa untuk menyebarkan Islam di Tanah Jawa khususnya di Kota Cirebon. Jadi wali songo bukanlah pedagang yang menyebarkan Islam. Tapi, mereka adalah utusan untuk menyebarkan Islam di Nusantara. Islam pernah berjaya pada masa itu, banyak orang yang shaleh. Mereka senantiasa berpegah teguh pada syari'at dan mendakwahkan Islam ke berbagai penjuru dunia, seperti keluarga Sunan Gunung Jati.

Hati kecilku mulai penasaran, bagaimana dulu Sunan Gunung Jati memimpin dan mulai menyebarkan agama islam di Nusantara yang notabene penduduknya saat itu masih beragama Hindu? Ketika seorang guide menjelaskan tentang apa yang menjadikan tradisi rutin di setiap malam satu suro atau setiap malam jumat kliwon, seperti memandikan keris-keris dan benda pusaka lainnya untuk ngala berkah, berdoa' di depan patung linggayoni agar punya banyak keturunan, dan berbagai ritual aneh lainnya yang berbau khurafat, aku jadi bingung. Apakah ini benar benar ajaran islam? Bukankah beribadah dan meminta kepada Allah tidak perlu menggunakan perantara benda?

Sependek pemahamanku, berdoa kepada Allah tidak perlu melalui perantara benda, karena khawatir menjatuhkan kita dalam perbuatan syirik. Allah Ta'ala berfirman yang artinya, "Dan mereka (kaum musyrikin) beribadah kepada selain Allah sesuatu yang tidak sanggup mendatangkan madharat dan manfaat untuk mereka. Dan mereka beralasan, 'Mereka itu adalah pemberi syafaat bagi kami di sisi Allah'
Dan juga di surrah (QS. Yunus : 18). Allah Ta'ala juga berfirman yang artinya, "Dan orang-orang yang menjadikan selain Allah sebagai penolong mengatakan, 'Sesungguhnya kami tidak menyembah mereka, melainkan hanya supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya' " (QS. Az-Zumar : 3).

Terasa sekali kekentalan adat dan tradisi agama Hindu yg masih terbawa dalam adat keraton. Sedihnya, banyak kaum muslimin yang latah mengikutinya. Saya meyakini ketika kita menjadi seorang muslim adalah tanggung jawab kita untuk menjadi muslim yang cerdas, muslim yang pandai memilih mana yang merupakan ajaran islam dan mana yang merupakan adat dan tradisi nenek moyang yang bertentangan dengan Islam. Jadilah muslim yang berislam secara kaafah. Muslim yang mampu membawa perubahan kepada yang lebih baik, dijauhkan dari segala sesuatu yang bersifat dari kemusyrikan atau syirik.

Saya menyakini kalau ini bukan ajaran dari sunan gunung jati, beliau adalah ulama dan seorang yang tingkat keshalihannya sangat tinggi. Bertaqorrub kepada Allah Sang Maha Pencipta, beliau adalah utusan khilafah, yang memiliki karomah karena keshalehannya. Sunan Gunung Jati juga ahli dalam bidang politik. Dalam menyebarkan Islam dan mengembangkan Cirebon, beliau dapat meruntuhkan kerajaan induk besar seperti Padjajaran hingga mengusir Portugis di Selat Sunda dibantu Kerajaan Demak.

Tak ada yang kebetulan, Allah punya pesan untuk saya kenapa saya bisa singgah di Cirebon. Allah Maha Kuasa memperlihatkan kepada saya dan keluarga untuk tetap menggali ilmu islam dengan benar.

Wallahu'alam bish shawab

Oleh: Citra Anita Dewi (Owner Sweet Shaley Cookies)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun