Mohon tunggu...
Ervina Rika
Ervina Rika Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

Hidup ibarat sebuah mimpi. Dan mimpi cepat atau lambat akan berakhir. Kehidupan yang sebenarnya baru dimulai saat kematian datang. Ali bin Abi Thalib pernah berkata: "Pada saat manusia menemui kematiannya maka ia pun terbangun dari tidurnya"

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Balada Kacamata Mahal dan ... Hilang!

15 Oktober 2012   09:35 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:49 763
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa hari yang lalu saya merasa ada sesuatu yang berbeda dari suami. Apa ya? Setelah dipikir-pikir ternyata dia tidak lagi memakai kacamata. Padahal kacamata itu belum genap satu bulan di beli. Mungkin ketinggalan di kantor, pikir saya.
Lalu saya bertanya, “Mas, kok, nggak pakai kacamata? Kan, sayang beli mahal-mahal nggak dipakai.” Suami memang harusnya memakai kacamata karena matanya minus, apalagi tiap hari selama berjam-jam berhadapan dengan komputer yang semakin memperparah keadaan matanya.
Akhirnya setelah ditimbang masak-masak suami memutuskan membeli kacamata yang sekaligus anti radiasi. Agak mahal memang, apalagi harganya lebih dari separuh gaji pokok suami. Tapi demi mata tak apalah keluar uang banyak.
Namun, sudah berhari-hari kacamata tak dipakai lagi. Mulanya suami diam saja dan cenderung menghindar, tapi saya yang memang tidak mudah menyerah terus memberondong pertanyaan. Dan keluar juga jawabannya, singkat tapi membuat saya terpana, “Hilang,” ucap suami.
“Lho, kok, bisa hilang? Hilang dimana?”Ah, tidak! si kacamata mahal hilang!
“Waktu shalat di masjid.”
Masjid mana?” kejar saya lagi.
“Waktu mati lampu seminggu lalu.”
Ingatan saya melayang ke kejadian waktu mati lampu saat hampir maghrib. Karena di rumah untuk menghidupkan air harus pakai “sanyo” kalau lampu mati otomatis air tak hidup. Jadi kami memutuskan shalat isya di luar, siapa tahu lampu di masjid tak ikut-ikutan mati.
Untungnya lampu di masjid hidup dengan terang benderang. Kami harus giliran untuk shalat, karena Raihan tak bisa ditinggal sendiri. Bisa lari ke jalan raya anak saya itu. Jadi saya dapat giliran pertama shalat. Ternyata sebelum menemani Raihan bermain suami melepas kacamata dan meletakkannya di lekukan tembok masjid. Setelah itu suami bermain bersama Raihan di halaman masjid, kebetulan masjidnya sebelahan dengan taman kanak-kanak dan disana banyak mainan.
Setelah saya selesai shalat giliran saya yang bertugas ngemong. Tapi tanpa disangka ketika suami ingin mengambil kacamatanya, kacamata itu sudah raib. Hilang entah kemana. Namanya juga tempat umum siapa saja bisa masuk dan salah satu dari mereka “berbaik hati” memberesi kacamata yang keleleran. Atau jangan-jangan di simpan oleh pengurus masjid? Entahlah sampai sekarang kami tak tahu dimana kacamata itu.
Tapi yang membuat saya heran juga salut adalah suami tak berbicara apapun pada saya. Bahkan ketika pulang dari masjid dia terlihat biasa saja. Tak ada keluhan, umpatan, atau lampiasan kekesalan. Semua seperti tak terjadi apa-apa, padahal kacamata itu harganya tidak sembarangan (bagi kami tentu saja, entah bagi orang lain yang ber-uang banyak).
Namun itulah suami, yang seringkali memendam perasaannya sendiri karena takut membebani saya. Seandainya waktu kejadian saya diberi tahu mungkin saya justru akan menambah kepanikan dan membuat rasa kehilangan semakin besar. Walaupun semua adalah titipan, tapi kehilangan sesuatu yang berharga tentu menyisakan sebuah lubang di hati (hehe mirip judul lagu saja).
Saya juga jadi berpikir bagi orang yang menemukan kacamata itu kira-kira digunakan untuk apa, ya? Kalau handphone kan bisa digunakan semua orang. Tapi kacamata tiap orang punya ukuran sendiri-sendiri baik lensa ataupun framenya. Sangat ajaib kalau ada yang nilai minus dan silindrisnya sama persis dengan mata suami. Apakah mungkin dijual lagi? Apa ada toko kacamata yang mau membeli kembali frame kacamata bekas? Soalnya harga frame bisa berkali lipat dari harga lensa
Saya dulu juga pernah kehilangan kacamata. Kacamata itu tanpa sengaja tertinggal di depan pintu asrama. Belum ada sepuluh menit si kacamata sudah tidak ada di tempat. Padahal itu bukan kacamata gaya atau fashion, itu kacamata minus. Masa mau dipakai yang ngambil, sih? Geleng-geleng kepala saya, bingung sekaligus penasaran.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun