Mohon tunggu...
Umi Umayah
Umi Umayah Mohon Tunggu... Perawat Radiologi -

Ummi hanyalah seorang ibu rumah tangga biasa yang mendampingi Suami tercinta guna mengasuh kedua putri tersayang menjadi anak yang solehah. Cita- citanya ingin menjadi lebih baik dari hari kemarin. Ummi sekarang bekerja sebagai Radiografer di RS Muhammadiyah, Bandung. Salam kenal ya......

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Mewujudkan Kota Hijau Dimulai dari Rumah Tangga

5 Desember 2017   21:46 Diperbarui: 6 Desember 2017   11:16 757
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pak Herry Vaza selesai memungut sampah plastik (Foto: Dok. Pribadi)

Kascing itu "bekas cacing". Cara pembuatannya mudah, yang penting ada wadah dengan ukuran tertentu. Biasanya panjang lebarnya adalah 40 cm x 30 cm. Sedangkan tinggi tanahnya diusahakan tidak boleh lebih dari 60 cm. Wadah tersebut diisi oleh kotoran hewan (kohe), tanah, dan kompos dengan perbandingan 3:1:1. Tanah disemprotkan sampai kadar airnya mencapai 55%. Cara mengeceknya cukup digenggam tanahnya dan akan keluar urat-urat air (tidak sampai menetes). Jumlah cacing tanah yang diperlukan adalah 1 cacing per 5 cm. Untuk ukuran wadah di atas diperlukan kira-kira 1 kg cacing tanah. Hasil panennya adalah kotoran cacing (kascing) yang bisa diayak.

Bu Lya Meilany Setyawaty memberikan penjelasan tentang Kompos Kascing (Foto: Dok. Pribadi)
Bu Lya Meilany Setyawaty memberikan penjelasan tentang Kompos Kascing (Foto: Dok. Pribadi)
Kalau lahan pekarangannya luas sebenarnya bisa menggunakan komposter rumah tangga yang ditanam di tanah. Akan tetapi kalau lahannya sempit, maka bisa menggunakan komposter pot. Komposter pot adalah skala kecilnya, sedangkan proses pembuatannya sama. Hanya diperlukan wadah berupa pot. Ke dalam pot tersebut dimasukkan pasir dan ditempatkan di dasar pot. Lalu masukkan sampah dapur/organik yang sudah dicacah kecil-kecil (ukuran tidak lebih dari 5 cm), setelah itu kotoran ternak, kapur, tanah, sampah dapur/organik lagi, kotoran ternak, kapur, dan paling atas adalah tanah. Komposter pot ini didiamkan saja sampai semua campuran menjadi berwarnah hitam. Hasilnya sudah siap untuk dijadikan wadah tanam. Mudah sekali, kan.

Sebagai penyemprot tanah agar kelembapannya pas diperlukan mikroorganisme lokal. Tidak usah membeli karena cara membuatnya mudah sekali. Bisa menggunakan bekas peuyeum (singkong atau ketan) atau nanas. Caranya adalah 1 ons peuyeum atau nanas yang sudah dibuat bubur ditambah 5-10 sendok gula. Fungsi dari gula adalah sebagai sumber energi bagi perkembangbiakan mikroorganisme lokal. Setelah itu tambahkan air ke dalam wadah botol 1,5 liter. Cairan akan siap panen dalam waktu 5 (lima) hari. Tidak rumit, kan?

Di lingkungan tempat kami tinggal, pemilahan sampah baru berupa barang-barang yang sudah tidak terpakai seperti buku, kertas, botol kaca, botol-botol atau benda yang berbahan plastik, dus, dan lainnya. Setiap tiga kali dalam seminggu, kami mengumpulkannya pada satu tempat atau di rumah yang ditunjuk sebagai pengepul barang-barang bekas. Luar biasa banyak manfaatnya. Setahun ke belakang, hasil penjualannya bisa digunakan untuk membuat kaos t-shirt grup dan piknik keluarga ke satu tempat wisata di Bandung. Ini baru mengumpulkan dalam 1 tahun, bagaimana kalau bertahun-tahun ya?[]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun