Mohon tunggu...
Ummiatul ulfiah
Ummiatul ulfiah Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Universitas Trunojoyo Madura

Bismillah insyaallah bisa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pandangan Masyarakat terhadap Adanya Pandemi Covid-19

21 Januari 2021   06:19 Diperbarui: 21 Januari 2021   06:42 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Penyakit virus Corona ( covid-19) adalah penyakit menular yang di sebabkan oleh virus Corona yang baru-baru ini di temukan. Sebagian besar orang yang tertular covid-19 akan mengalami gejala ringan, dan akan pulih tanpa penanganan khusus. Dan ada pula yang tidak mengalami gejala sama sekali sehingga ketika di periksa lalu hasil nya positif rasanya tidak percaya bahwa orang tersebut mengalami covid-19. Angka Orang yang terkena covid-19 terus bertambah sehingga rumah sakit penuh dan tidak memungkinkan untuk menerima pasien lagi sehingga ada istilah isolasi mandiri di rumah pasien yang terkena covid-19 tersebut.

Semenjak akhir tahun 2019 dunia dihebohkan dengan sebuah penemuan virus terbaru yang berasal dari Hubei, China. Virus tersebut dikatakan cukup berbahaya dan penyebarannya begitu cepat.

Menurut Eman Supriyatna (2020) Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) mendeklarasikan wabah coronavirus 2019-2020 sebagai Kesehatan Masyarakat Darurat International atau Public Health Emergency of International Concern (PHEIC) pada 30 Januari 2020 lalu berlanjut menjadi Pandemi pada 11 Maret 2020. 

Pandemi sendiri merupakan penyebaran penyakit atau virus baru yang telah menyebar ke seluruh dunia sehingga mempengaruhi banyak orang Menurut Nugroho (2020), WHO mengungkapkan bahwa covid-19 menjadi nama resmi untuk coronavirus yang diidentifikasi di China pada 31 Desember 2019. Pengumumsn tersebut diungkapkan oleh Direktur Jendral WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus di Janewa Swiss. Beliau menjelaskan bahwa asal-usul nama tersebut yaitu, "co" berarti corona, "vi" berarti virus, dan "d" berarti disease. 

Berdasarkan jurnal yang ditulis oleh Aditya Susilo, dkk (2020:45-67) virus ini bermula Pada pertegahan Desember 2019, ketika itu ditemukan sebuah kasus pneumonia misterius yang mana pertama kali dilaporkan di Wuhan, Provinsi Hubei. Sumber penyakit tersebut belum diketahui secara pasti, tetapi kasus pertama dikaitkan dengan pasar binatang di Wuhan. Memasuki tanggal 18-29 Desember 2019, terdapat lima pasien yang dirawat dengan Acute Respiratory distress Syndrom (ARDS). 

Kasus tersebut semakin bertambah semenjak 31 Desember 2019 hingga 3 Januari 2020. Laporan mengungkapkan bahwa 44 kasus baru dan mulai menyebar hingga kebeberapa negara tetangga seperti Thailand, Jepang, dan Korea Selatan. Mulai sejak itu, penyebaran virus corona terus berlanjut hingga menyebar ke penjuru dunia tak terkecuali Indonesia. Semenjak kasus pertama di Indonesia membuat masyarakat menjadi panik dan menimbulkan beberapa permasalahan yang terjadi.

Ada berbagai macam dampak yang ditimbulkan dari pandemi COVID-19 termasuk sektor ekonomi. Seperti yang terlihat tiga bulan belakangan ini banyak dari bisnis tempat wisata, makanan, dan bahkan industri penerbangan pun mengalami penurunan pendapatan. Maka banyak dari usaha tersebut merugi sehingga mereka terpaksa melakukan pemberentian hubungan kerja atau malah gulung tikar. 

Seperti contoh bisnis makanan, dengan adanya pandemi ini menyebabkan masyarakat enggan untuk bepergian keluar rumah dengan demikian bisnis makanan pun kehilangan para pelanggan setianya. Menurut Hartomo (2020) ada beberapa langkah agar bisnis kuliner dapat 6 berjalan. Yaitu dengan mengurangi biaya-biaya yang dirasa tidak perlu dan dinilai pemborosan dan menyiapkan kurir antar makanan, karena selama pandemi konsumen lebih sering berada dirumah daripada keluar rumah sehingga pihak rumah makan memberikan fasilitas yang mewadahi.

Sebagian masyarakat ada yang tidak percaya dan menghiraukan adanya covid-19 mereka menganggap covid-19 itu hanya lah rekayasa hal-hal seperti ini bisa terjadi di mana-mana tidak hanya saat pandemi sekarang ini karena pada dasarnya pemikiran dan pemahaman Setiap orang berbeda-beda. Ada yang menelan mentahmentah argumen tersebut. dan ada yang menerima argumen tersebut dan mencari tahu kebenaran argumen nya. 

Biasanya orang-orang yang menelan mentah-mentah argumen tersebut adalah orang-orang yang malas untuk mencari informasi kebenaran argumen nya lalu mereka menyimpulkan dan pada ujung-ujung nya mereka salah informasi, karena informasi tersebut yang menimbulkan mereka menjadi sesat dalam berfikir. 

Karna Salah informasi itulah yang membuat pandemi covid-19 terutama di Indonesia susah untuk di kendalikan. Tidak hanya dalam masalah kesehatan namun juga berdampak pada perekonomian karena semua aspek saling berhubungan . Ketika salah satunya ambruk maka aspek yang lain akan terkena imbasnya. Dari sini terlihat bahwa pola pikir masyarakat sangat penting bagi sebuah negara. Sesat dalam berfikir ini sangatlah berpengaruh bagi masyarakat dalam pengendalian covid-19, sehingga pandemi ini berlangsung lama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun