Mohon tunggu...
Ujang Muhamad Mulyadi
Ujang Muhamad Mulyadi Mohon Tunggu... tukang cilok -

hanya tukang cilok, bukan tukang nikung

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Angan-angan Masa Depan Anak SMA

17 Oktober 2017   18:23 Diperbarui: 17 Oktober 2017   18:46 703
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kita tahu angan-angan itu seperti harapan bagaikan  mimpi. Mimpi anak-anak SMA itu pada tinggi-tinggi semua jenderal. Lebih tinggi dari langit ke tujuh. Mimpi mereka belum tercemari oleh realitas kehidupan nyata. Karena pendidikan kita tidak menyentuh persoalan sosial yang ada di tengah-tengah masyarakatnya. Mereka belum melihat sisi lain persoalan negeri ini.

Maafkan jenderal, saya harus sedikit mengusik mimpi-mimpi mereka. Pada Tahun Pelajaran 2016/2017 ada sekitar 2,7 juta siswa SMA/SMK yang berada dikelas 3, artinya pada tahun ini sekitar 2 juta anak ingin melanjutkan ke pendidikan tinggi. Terus berapa persen pemerintah menyediakan keringanan bagi mereka di pendidikan tinggi. Berapa persen anak-anak yang harus kehilangan mimpinya. Harus ada penelitian lebih lanjut sepertinya.

Saya pernah mendengar penjelaskan ketika mengikuti seminar yang diadakan oleh salah satu organisasi yang bergerak dibidang pendidikan. Bahwa, anak sekolah menengah atas terdiri dari empat kuadran. Kuadran pertama, anak orang kaya dan pintar. Kedua, anak orang kaya tapi bodoh. Ketiga, anak orang miskin tapi bodoh. Keempat, anak orang miskin dan bodoh. Catatan, miskin disini artinya tidak mampu menyekolahkan anaknya ke jenjang yang lebih tinggi dan bodoh artinya tidak mempunyai prestasi baik akademik maupun non akademik atau sama dengan anak biasa-biasa saja (tidak mempunyai keistimewaan yang wow).

Kita pasti sudah bisa memastikan bahwa anak yang berada pada kuadran pertama, kedua, dan ketiga pasti bisa melanjutakan ke jenjang pendidikan tinggi. Sedangkan anak yang berada pada kuadran empat, silahkan pembaca mau dikemanakan mereka.

Disini kita harus menuntut pemerintah melalui perguruan tinggi favorit alias berkualitas (katanya), harus mampu menerima/mengubah anak-anak bodoh dan miskin (kuadran empat) menjadi anak-anak pintar.

Pembaca pasti sudah tahu, bahwa disini, dinegeri kita ini, yang disebut dengan perguruan tinggi favorit/berkualitas adalah perguruan tinggi yang input dan outputnya sama-sama diisi anak-anak pintar.

Terus mimpi anak-anak biasa harus dikemanakan? Mungkin simpan saja ya nak, buat cerita kelak nanti bahwa kamu pernah punya mimpi.

 Selamat datang dikehidupan nyata, untukmu anak Indonesia. (From tukang cilok)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun