Mohon tunggu...
Umi Sakdiyah Sodwijo
Umi Sakdiyah Sodwijo Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Pengelana kata yang riang gembira

Pengelana kata yang riang gembira

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen Horor: Ibu Ingin Pulang

2 Desember 2021   17:57 Diperbarui: 2 Desember 2021   18:40 1512
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi, sumber gambar: idntimes

:


"Ibu, ayo kita sarapan."

Aku menuntun tubuh Ibu yang cantik dan pucat ke kursi makannya di sebelah kanan Ayah. Lalu setelah Ayah mencium kening dan tangannya kami pun mulai makan. Ibu hanya duduk, tersenyum, mengucapkan selamat pagi dan menemani kami makan. Ibu tak lagi terlihat menikmati sarapan bersama kami. Kata Ayah, jadwal makan Ibu berbeda dengan kami. Mungkin karena Ibu masih sakit.

Setelah itu Ayah dan Ibu akan duduk di teras, mengobrol, lebih tepatnya Ibu mendengarkan Ayah bicara, sampai aku berangkat sekolah dan Ayah akan menggendong Ibu ke tempat tidurnya di kamar kerja Ayah. Ya, semenjak kecelakaan setahun yang lalu, Ibu selalu tidur di ranjang yang ada di kamar kerja Ayah.

Saat malam tiba, setelah makan malam Ayah akan mendudukkan Ibu di sofa ruang keluarga. Ayah akan mengobrol dengan Ibu sedangkan aku belajar di meja makan sampai waktu tidur tiba dan Ayah akan kembali menggendong Ibu ke kamar untuk beristirahat. Seperti itulah rutinitas kami selama setahun ini.

Sebenarnya aku sangat merindukan Ibu yang dulu. Ibu yang hangat, cerewet, pandai memasak dan suka mengomel. Ibu juga selalu mengajari aku apa saja, dari mengerjakan PR sampai memanjat pohon. Oya, Ibu juga selalu membacakan aku buku cerita menjelang tidur malam dan menyiapkan bekal sekolah spesial setiap pagi. Kata Ayah, sekarang segalanya tak akan pernah sama lagi.

Suatu malam, aku bermimpi Ibu memelukku dan menangis. Ibu bilang ia lelah dan ingin pulang. Tapi, bukankah di sini rumah Ibu? Waktu aku tanyakan hal itu kepada Ayah, ia marah dan menutup ruang kerjanya dengan keras dan tak keluar kamar sampai waktu makan malam tiba.

Aku juga heran kenapa sekarang tangan Ibu menjadi dingin, dan ia hanya bisa tersenyum sedih. Ibu juga tak bisa melompat atau tertawa dan mengomel lagi seperti dulu. Kata Ayah, Ibu sakit dan harus banyak berisitirahat. Jadi aku tak boleh mengganggunya sampai kondisinya kembali normal.

Hari ini Ibu banyak berubah. Ia sudah bisa tersenyum lebih lebar dan menjawab pertanyaan-pertanyaanku, tapi suara Ibu jadi aneh, tak semerdu dulu. Kata Ayah, tenggorokan Ibu dioperasi saat kecelakaan jadi suaranya berubah menjadi kaku seperti robot. Aku tak berani bertanya lagi. Aku sudah cukup bahagia sekarang Ibu sudah bisa menjawab jika aku bertanya apa saja. Bahkan menjadi lebih pintar. Mungkin selama sakit Ibu banyak belajar.

Aku tak pernah melihat Ibu makan. Ia hanya menatap kami dan menjelaskan berbagai macam kandungan masakan dan manfaatnya bagi tubuh kecilku setiap kali aku makan apa saja. Kata Ayah, Ibu makannya lewat suntikan. Mungkin Ibu harus diinfus seperti waktu di rumah sakit dulu.

Aku kangen sekali pelukan Ibu. Sekarang, setiap kali aku memeluk Ibu hanya menepuk-nepuk kepalaku dengan sedikit kasar. Tapi tak apa, ini sudah jauh lebih lumayan. Kata Ayah, Ibu sudah semakin membaik dan sebentar lagi sembuh total.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun