Mohon tunggu...
Umi Sakdiyah Sodwijo
Umi Sakdiyah Sodwijo Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Pengelana kata yang riang gembira

Pengelana kata yang riang gembira

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Hantu Gadis Bergaun Merah di Hotel M

13 November 2021   20:27 Diperbarui: 13 November 2021   20:44 3352
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hotel M di Jaksel sebelum pandemi. Foto: tiket.com

Sebenarnya, aku sudah beberapa kali mendengar kisah-kisah misteri yang terjadi di hotel M. Tentu saja itu hanya isapan jempol yang didongengkan untuk menakuti anak-anak nakal agar tertidur lebih cepat. Aku tak akan mempercayai apapun yang menyangkut hal-hal mistis. Mana ada hantu di belantara beton seperti Jakarta?

Tapi, itu sebelum aku menyaksikan dengan mata kepalaku sendiri. Suatu malam, aku disibukkan dengan tugas mata kuliah marketing comunication yang harus dipresentasikan saat google meet besok pagi. Masih ada lima slide yang harus aku selesaikan saat jam tua di ruang tamu ibu kost berbunyi dua belas kali..

Mata terasa berat dan perut pun mulai mengeluarkan bunyi-bunyian. Sepertinya aku perlu secangkir kopi, sebatang rokok, dan sedikit cemilan agar tugas segera selesai. Atau, besok aku akan kena semprot dosen dan dipermalukan secara online

Kabar buruknya, persediaan kopi terakhir sudah aku seduh tadi. Kulkas kosong, tak ada mie instant dan uang di dompet pun tinggal selember Pattimura menghunus golok yang kujadikan penunggu dompet. Sebuah lambang perjuangan!

Aku bergegas menyambar jaket dan kunci motor yang tergeletak di samping laptop. Hmm, jalan kaki tentu lebih baik! Sekalian olah raga, kan?

Bergegas, aku berjalan menyusuri gang di sepanjang dinding yang memagari hotel M. Jalan yang kalau siang penuh orang lalu lalang dan anak kecil berkejaran itu pun terasa lengang, cenderung menakutkan. Cerita-cerita hantu pun kembali terngiang di benakku. Ah, takhayul! Aku pun mempercepat langkah hingga mencapai jalan raya di mulut gang.

Beberapa menit kemudian aku sudah sampai ke depan hotel M. Dari balik pagar bercat tembaga yang mulai kusam, aku melihat dua bilik ATM dengan antena parabola di atasnya. Beberapa petugas berseragam hitam terlihat berjalan di halaman hotel.

Tanpa ragu, aku melewati gerbang yang terbuka, di samping pos security. Seorang lelaki kekar berseragam hitam yang duduk di pos memandangku dengan tatapan hampa saat kuucapkan salam. Aneh! Biasanya Satpam selalu ramah. Mungkin dia lelah!

Aku pun berjalan melintasi halaman, melewati tiang bendera yang menjulang angkuh dengan kepak Sang Saka yang berkibar diterpa angin malam. Tiba-tiba sinar bulan di atas kepalaku meredup, dan angin terasa berdesir menguarkan aura yang sulit dijelaskan dengan kata-kata.

Aku menarik resleting jaket hingga ke leher dan bergegas memasuki bilik kecil berpendingin saat mataku menangkap sosok seorang gadis cantik bergaun merah yang menoleh dan tersenyum ke arahku.

"Maaf, Mbak! Saya kira kosong," ujarku tergagap sambil menutup pintu bertuliskan TARIK itu kembali. Sekilas kulihat wajah pucatnya tersenyum pias. Lebih tepatnya menyeringai!

Karena lama, aku pun memutuskan untuk ke anjungan tunai mandiri di sebelahnya. Walaupun terkena administrasi karena berbeda bank, tentu lebih baik daripada terlalu lama menunggu dalam ketidakpastian.

Setelah memastikan bilik di depanku kosong, aku pun bergegas masuk. Ruangan kecil ini terasa begitu dingin. Bau wangi yang aneh menguar, menelusup organ penciumanku. Aneh banget nih hotel, mosok pewangi ATM baunya kayak kembang kamboja? Batinku bergidik ngeri.

Tiba-tiba terdengar bunyi seperti guyuran air di bilik sebelah, tempat gadis bergaun merah tadi. Aneh, ini kan ATM, kok bunyinya kayak kamar mandi? Bisikku pelan, sambil berusaha memasukkan kartu tipis di tanganku ke dinding.

Dinding? Aku terkesiap. Tiba-tiba aku sadar kalau ini bukan bilik tempat orang mengambil uang, tapi tempat membuang hajat. Aku bergidik. Suara cekikikan terdengar dari ruangan sebelah, bersamaan dengan bergulung-gulung tisu toilet yang berhamburan dari atas dinding pembatas kamar mandi.

Tubuhku limbung. Tanganku berhasil membuka pintu kamar mandi saat bayangan merah berkelebat di belakangku.

Sontak aku berlari lintang pukang ke arah tempatku datang. Hotel terasa begitu angker, sepi dan menakutkan. Tak ada satu orang pun petugas yang berjaga di pos keamanan dengan lampu yang berkedip-kedip. Aku lupa kalau hotel M ini sudah tidak beroperasi sejak pandemi melanda Jakarta.

 (Tamat)

 Jakarta menjelang tengah malam, 21/10/2021

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun