Mohon tunggu...
Umi Sakdiyah Sodwijo
Umi Sakdiyah Sodwijo Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Pengelana kata yang riang gembira

Pengelana kata yang riang gembira

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Misteri Surat Wasiat Eyang Trenggono

16 Mei 2021   02:38 Diperbarui: 16 Mei 2021   04:58 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Surat Wasiat /https://www.naviri.org/

"What?! Puisi?" Nawang meraung histeris setelah membaca isi surat wasiat Eyang Trenggono.

"Puisi?" Aku pun menyambar kertas di tangannya dan kaget bukan kepalang. Apa-apaan ini? Ini kan puisi legendaris karya almarhum Eyang Sapardi Djoko Damono. Dengan sejuta tanda tanya yang semakin membuatku linglung, aku pun mengeja kata demi kata dalam puisi itu.

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abu

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
awan kepada hujan yang menjadikannya tiada

(R.M. Trenggono)

 

Gila! Ini benar-benar gila. Lelucon apa lagi ini? Apa yang membuat seorang konglomerat seiseng ini hingga surat wasiatnya sebait puisi?

Aku memeluk bahu Nawang untuk menghiburnya. Gadis itu betul-betul kalut dan seperti sudah kehilangan kewarasan. Diremasnya surat wasiat itu dan dilemparkan ke atas tumpukan lipatan baju yang belum disetrika.

"Tenang, Nawang. Eyangmu tak mungkin menulis puisi ini tanpa sebab. Dia tahu kamu berteman denganku, yang gini-gini cukup manis dan romantis, dan selalu bisa diandalkan. Mari kita coba pecahkan teka-teki ini bersama."

Dengan langkah gontai kami kembali ke ruang tamu. Tak lupa aku menyambar gumpalan kertas surat wasiat yang tergeletak pasrah di sudut kamar cuci setrika.

"Sepertinya ini suatu kode yang harus dipecahkan. Mungkin pin ATM atau kunci kombinasi lemari besi atau safe deposit box di bank. Hmmm ... sebentar. Sepertinya aku tahu ini apa."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun