Apakah kita akan mengikuti nafsu ataukah memprioritaskan orang lain dahulu? Dari sini bisa kita nilai diri kita masing-masing, sudahkah kita menjadi sosok manusia sejati yang bisa mengendalikan nafsu ataukah belum?
Rebutan Kursi
Kedudukan dianggap menjadi hal yang istimewa di mata masyarakat. Tentunya hal ini memanjakan mata agar orang-orang berebut mendudukinya. Seribu satu cara dilakukan hanya demi sebuah kursi kekuasaan berlabel emas. Tak lain tak bukan politic money menjadi jurus andalan yang paling ampuh menyihir semua kalangan.
Tak heran jika masyarakat terdidik dengan kegilaan harta, tahta, dan wanita guna memenuhi hasrat saja. Secara tak langsung hal ini bisa menyebabkan degradasi moral yang sering dikutuk berbagai kalangan. Pada praktiknya justru politic money dilanggengkan sepanjang zaman bahkan, tidak pernah disinggung ketegasan akan hal ini.
Akhir-akhir ini Indonesia sedang memanas akibat berbagai masalah dan isu yang tak berujung. Hal ini disebabkan karena ambisi manusia yang kesetanan terhadap kekuasaan. Tak heran jika adu perang di kolom komentar sosial media semakin membanjiri layar kaca.
Fakta membuktikan bahwa ambisi terhadap kekuasaan ini bisa meruntuhkan ikatan persaudaraan bahkan, menyebabkan perpecahan. Hal ini tentunya akan melemahkan integrasi bangsa yang sejak dulu menjadi tonggak jati diri bangsa. Apalagi di saat pandemi yang semakin mewabah ini seharusnya sikap tenggang rasa dan kepedulian antarsesama lebih ditingkatkan.
Tidak perlu saling menuding, menghujat, membungkam, orang lain yang berbeda golongan dengan kita. Entah berasal dari partai mana, golongan apa, organisasi apa saja, yang terpenting kerukunan antarsesama bisa harmonis.
Jangan hanya karena perebutan kursi, jadi melupakan jalinan kerukunan dan ketenteraman di masyarakat. Apalagi kita akan memasuki pemilu yang akan dilaksanakan Desember tahun ini. Berbeda pilihan boleh saja asalkan persaudaraan tidak dihiraukan begitu saja.
Salam satu pena
Gembul Can