Mohon tunggu...
Umi Sahaja
Umi Sahaja Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Ibu bekerja yang ingin sukses dunia akhirat

Selalu berusaha membuat segalanya menjadi mudah, meski kadang sulit. 😄

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Narsis

30 Januari 2023   04:03 Diperbarui: 30 Januari 2023   06:09 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

" Bulan ini kan ada promo, kamu persiapkan saja stok barangnya. Kalau perlu ditambah. Mumpung ada iklan, pasti banyak customer yang tanya. Persiapkan produk knowledge-nya juga, ya," Mbak Sonya menepuk pundak-ku dan tersenyum manis sebelum pergi meninggalkan outlet. 

Sepeninggal Mbak Sonya outlet mulai ramai. Ucapan mbak Sonya benar, banyak customer datang karena melihat iklan yang gencar ditayangkan di media. Aku bergerak kesana-kemari melayani customer yang datang silih berganti. 

" Laris laris ... " Aku menepuk barang jualanku menggunakan kopian kuitansi dari customer. Alhamdulillah hari ini barang jualanku banyak. Semoga omzetku naik dan target tercapai. Aamiin.

*

Senin pagi, perjalanan ke kantor pusat yang membosankan dimulai. Sudah bangun telat, kamar mandi antri. Airnya mati pula. Akhirnya mandi ala kadarnya dengan air seadanya. Sisanya biarlah parfum yang bekerja.

Saat itulah aku melihat Sekolah Tinggi Jurnalistik. Seorang jurnalis dimataku sangat menarik. Wawasannya luas, pandai bergaul, penampilannya meyakinkan dan tentu menyenangkan bertemu banyak orang dengan latar belakang yang berbeda. Terbersit keinginan, semoga Allah mudahkan rezeki-ku, aku ingin bisa menulis.

Waktu berlalu, keinginan untuk bisa menulis perlahan terkikis waktu yang begitu cepat berlalu.

Hingga aku sudah menikah dan menjadi seorang ibu. Pekerjaan sebagai karyawan? Tetap dong. Hanya saja karyawan yang lebih berpengalaman dan tidak perlu memikirkan omzet.

Suatu hari saat berselancar di dunia maya, aku melihat postingan sebuah cerpen yang dibagikan seorang teman. Begitu membacanya seketika air mata mengalir dan hati tersentuh dengan pesan yang dibawa cerpen tersebut. Cerpen itu ditulis bang Patrick Kellan, judulnya " Seragam " . Cerpen itu menceritakan tentang kakak yang berusaha menjaga seragamnya agar bisa dipakai kembali adiknya. Karena keterbatasan materi, orang tuanya tidak mampu membelikan seragam. Aku tersentuh dengan tanggung jawab kakaknya kepada adiknya, juga keinginan kakak membantu meringankan beban orang tuanya. 

Rasanya anak-anak perlu diberikan buku-buku yang memberikan inspirasi, tentang cerita kehidupan sehari-hari yang ada di sekitar kita, ditengah gempuran informasi dan budaya hedon yang mengikis rasa kemanusiaan. Bukan hanya anak-anak, orang tua pun juga membutuhkan bacaan yang memberikan kesadaran pentingnya moral, tidak hanya mengejar kesenangan pribadi saja. Kemudian aku mulai mencari-cari tulisannya yang lain. Setelah ketemu, ternyata beliau memang konsisten membuat cerpen yang mendidik. Makin jatuh cintalah dengan penulis satu ini, akhirnya ketika ada rezeki mulai membeli buku beliau. Meskipun koleksiku belum banyak tapi aku tidak berhenti berupaya untuk bisa membaca buku beliau. Melalui aplikasi dan komunitas literasi yang beliau dirikan. 

Seringnya membaca dan komunikasi antar anggota komunitas membuat keinginan untuk bisa menulis muncul kembali. Apalagi di komunitas literasi ini tidak hanya posting untuk mendapatkan like, juga ada krisan yang membangun dari para admin yang terdiri dari penulis-penulis keren. Jadi bergabung di komunitas ini sekaligus belajar menulis dengan baik. Kerenlah pokoknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun