Mohon tunggu...
Umi Farisiyah
Umi Farisiyah Mohon Tunggu... Guru - A mother of three and long life learner

Akun ini dibuat untuk membagikan hasil pemikiran dan juga pengalaman selama saya menempuh pendidikan magister dan doktoral

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Umi Farisiyah Filsafat Penilaian Pembelajaran Bahasa Inggris

21 Januari 2021   04:27 Diperbarui: 21 Januari 2021   04:28 3744
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

* Pair work

* Learning by teaching

Metode pengajaran CLT ini merupakan metode yang mengusung sistem Student-centered atau siswa yang harus lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran. Di dalam penerapannya di dalam kelas, CTL mempunyai dua tahapan yaitu Pre-Communicative activities dan Communicative activities.

Metode CLT bisa diaplikasikan di kelas intermediate seperti kelas menengah atas di sekoalh karena pada level ini, siswa telah mampu menghubungkan-hubungkan ide di sekitar mereka dengan yang mereka dapatkan di sekolah. Salah satu ciri CLT adalah mengangkat topik-topik yang biasa ditemui sehari-hari ke dalam pembahasan di kelas. Hal ini sesuai dengan fungsi sosio lingusitik yang diusung oleh metode ini.

Untuk menilai hasil pembelajaran Bahasa Inggris yang sudah sesuai dengan fungsi bahasa sebagai medai untuk berkomunikasi, prosedur penilaian yang menyeluruh dan otentik perlu diaplikasikan. Seperti yang kita ketahui, dalam pembelajaran Bahasa Inggris perlu dikuasai 4 keahlian, yaitu Listening, Reading, Speaking dan Writing. Maka dalam prakteknya, harus keemopat keahlian ini digali kematangannya. Inilah yang disebut dengan penilaian yang menyeluruh. Bukan hanya satu atau dua keahlian saja yang diukur, ini yang terjadi di Indonesia, namun semua keahlian harus dinilai.

Selain menyeluruh, prinsip penilaian pembelajaran Bahasa Inggris yang seharusnya diterapkan adalah penilaian otentik. Penilaian otentik adalah penilaian yang sesuai dengan keadaan aslinya. Penilaian yang hasilnya benar-benar merepresentasikan kondisi pembelajar Bahasa Inggris yang sesungguhnya, apakah mereka benar-benar paham dan menguasai atau belum. Sehingga dari hasil penilaian tersebut kita dapat menentukan langkah selanjutnya ketika peserta didik sudah menguasai dan belum.

D. Landasan Aksiologi Penilaian Pembelajaran Bahasa Inggris

Selanjutnya, setelah mengaji ontologi dan epistimologi pembelajaran bahasa Inggris dan penilaiannya, landasan aksiologis keduanya pun perlu juga dipahami. Aksiologi merupakan salah satu cabang filsafat yang bertujuan untuk membangun kebenaran makna the right or wrong. Makna the right or wrong yang dimaksud adalah bagaimana sesuatu hal dinilai dari segi kebaikan dan keburukannya (Muhadjir, 2015). Dalam hal ini Surajiyo (2010) memperjelas bahwa sesuatu kebaikan dan keburukan tersebut pada dasarnya berkaitan dengan fungsinya untuk kemaslahatan manusia. Jika berkenaan dengan ilmu, maka ilmu tersebut haruslah dapat dimanfaatkan sebagai sarana atau alat dalam meningkatkan taraf hidup manusia dengan memperhatikan kodrat manusia, martabat manusia, kelestarian dan keseimbangan alam. Surajiyo (2010) dan Suriasumantri (2009) juga menambahkan bahwa aksiologi selain berkenaan dengan fungsi atau kegunaan dari suatu ilmu juga berkenaan dengan nilai moral yaitu adat atau cara hidup.

Dari penjelasan para pakar mengenai aksiologi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa aksiologi berkaitan erat dengan dua aspek utama yaitu (1) nilai moral dari sebuah ilmu dan (2) fungsi atau kegunaan sebuah ilmu tersebut bagi kemaslahatan manusia. Dengan demikian, Penilaian dan Pembelajaran Bahasa Inggris ketika ditinjau dari dua nilai tersebut akan dibahas mengenai nilai-nilai moral yang terkandung dalam penilaian dan  pembelajaran Bahasa Inggris. Nilai-nilai moral dalam penilaian pembelajarab bahasa Inggris tercermin dalam penerapannya pada kurikulum dan dalam materi pembelajaran bahasa Inggris itu sendiri dan pemanfaatan hasil penilaian pembelajaran bahasa Inggrisnya.

Bagian pertama yakni nilai moral Bahasa Inggris dalam kurikulum di Indonesia. Kurikulum 2013 dan juga Merdeka Belajar menempatkan bahasa Inggris sebagai mata pelajaran wajib pada level SMP dan SMA yang dimana ketika siswa-siswi mempelajari bahasa Inggris tersebut mereka diharapkan dapat lebih mengenal dirinya sebagai seorang siswa, mengenal budaya orang lain, membantu peserta didik mengemukakan perasaaan, gagasan dan berpartisipasi dalam masyarakat luas.

Dengan demikian, mata pelajaran bahasa Inggris tersebut ditujukan untuk pengembangan diri peserta didik agar mereka dapat tumbuh dan berkembang menjadi warga negara yang cerdas, terampil, berkepribadian, dan berwawasan luas, dapat mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan budaya serta siap mengambil bagian dalam pembangunan nasional. Nilai pengembangan diri yang terdapat dalam pembelajaran bahasa Inggris tersebut dapat diambil dari penilaian pembelajaran yang otentik dan menyeluruh. Maka dari itu, landasan aksiologi pembelajaran dan penilaian bahasa Inggris tersebut terlihat jelas kandungan nilai moral di dalamnya, diantaranya sikap menghargai budaya orang lain, cerdas, terampil, kritis, dan kooperatif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun