Mohon tunggu...
Umi Farisiyah
Umi Farisiyah Mohon Tunggu... Guru - A mother of three and long life learner

Akun ini dibuat untuk membagikan hasil pemikiran dan juga pengalaman selama saya menempuh pendidikan magister dan doktoral

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Umi Farisiyah Filsafat Penilaian Pembelajaran Bahasa Inggris

21 Januari 2021   04:27 Diperbarui: 21 Januari 2021   04:28 3744
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Hemisfer kiri memang dominan untuk fungsi bicara bahasa, tetapi tanpa aktifitas hemisfer kanan, maka pembicaraan seseorang akan menjadi monoton, tak ada prosodi, tak ada lagu kalimat; tanpa menampakkan adanya emosi; dan tanpa disertai isyarat-isyarat bahasa (Chaer, 2009). Krashen (1981) juga menyebutkan bahwa hemisfer kanan juga memberi kontribusi pada proses pemerolehan dan pembelajaran bahasa kedua.

Maka dari itu, dalam pembelajaran bahasa Inggris, seharusnya disampaikan dengan metode pegajaran yang dapat mengakomodir kedua kemampuan dan kebutuhan berbahasa. Bukan hanya kemampuan tentang sisi luar bahasa, yaitu melulu hanya tentang struktur kebahasaan, hanya mampu merangkai kata menjadi kalimat dan mengahafal beribu-ribu kosakata serta merangkai kalimat tanpa cacat grammar, namun sangat penting pula mempelajarai dan menstimulasi kemampuan siswa dalam hal bagaimana menyampaikan kalimat yang sudah dia buat dengan sopan, dengan permulaan dan akhiran yang tepat dalam penyampaiannya serta dengan intonasi yang berterima.

Metode pembelajaran yang disinyalir dapat mencakup pengoptimalan kinerja kedua belah hemisfer otak tersebut adalah Pengajaran Bahasa Komunikatif (Communicative Language Teaching/CLT). CLT ini adalah suatu metode pengajaran yang bertujuan agar para pembelajara bahasa dapat menguasai kompetensi komunikatif (communicative Competence). Metode ini merupakan turunan dari Communicative Approach yang merupakan pendekatan inti yang dipakai pada Common European Framework of References for Languages (CEFRL)yang dijadikan rujukan dalam pembelajaran bahasa oleh banyak negara di dunia.

Communicative Language Teaching (CLT) adalah sebuah pendekatan dalam pengajaran bahasa asing yang lebih menekankan konsep interaksi, baik dalam proses maupun tujuan dari proses pembelajaran tersebut. Secara historis, CLT ini muncul sebagai respon terhadap Metode Audio-Lingual (ALM), yang dianggap tidak tepat dalam pembelajaran bahasa (Krashen, 1982).

Metode ini berangkat dari paham bahwa bahasa adalah suatu alat untuk berkomunikasi bukan sekedar seperangkat aturan. Oleh karena itu, pengajaran bahasa seharusnya berpegang teguh pada pemahaman tersebut, yaitu belajar bahasa adalah belajar menggunakan bahasa bukan mempelajari tentang bahasa tersebut.

Karakteristik utama dari CLT adalah adanya kombinasi antara aspek-aspek bahasa secara fungsional dan struktural. Secara fungsional, CLT menekankan pada bagaimana bahasa tersebut digunakan, sedangkan secara struktural, CLT, menakankan pada sistem atau aturan bahasa. Meskipun begitu, dalam aplikasinya porsi fungsional lebih besar daripada porsi struktural karena pengajaran-pengajaran tentang aturan bahasa tidak diberikan secara langsung, melainkan tersirat dalam proses belajar.

Communicative Competence yang menjadi target utama dalam pengaplikasian CLT adalah Linguistic competence, discourse competence, socio-cultural competence dan strategic competence (Sugirin, 2003).

l Linguistic competence adalah pengetahuan tentang faktor-faktor murni linguistik seperti Pronunciation, grammar dan Vocabulary

l Discourse competence adalah pengetahuan dan penggunaan aturan-aturan dalam wacana/teks seperti sistem kohesi, sifat koherensi dan pentingnya penempatan pada teks.

l Socio-linguistic competence adalah kemampuan untuk menggunakan bahasa secara tepat pada situasi sosial; mengetahui bagaimana memulai dan mengakhiri  percakapan, kapan dan bagaimana bertinadak sopan, bagaimana mengungkapkan perasaan, pendapat dan saran, bagiamana menyapa orang dan lain sebagainya.

l Strategic competence adalah kemampuan untuk mengumpulkan potongan-potongan dari sebuah pidato atau mungkin naskah dengan cara yang efektif untuk dapat menyelesaikan kesulitan atau untuk menambah pemahaman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun