Mohon tunggu...
Umbu Tagela
Umbu Tagela Mohon Tunggu... Guru - guru

olahraga

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Tantangan Dosen di Perguruan Tinggi

26 Desember 2022   08:10 Diperbarui: 26 Desember 2022   08:13 293
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

TANTANGAN DOSEN DI PERGURUAN TINGGI

Umbu Tagela

Pengajar di FKIP-UKSW Salatiga

 

          Rumpang (gap) yang selama ini terjadi antara PTS dan PTN lebih disebabkan oleh kebijakan pemerintah, sehingga mengakibatkan terjadinya marginalisasi PTS.           Fenomena empirik tersebut memiliki induksi pada proses akselarasi ilmu dan tehnologi, yang terpaut dengan dampaknya terhadap segi-segi institusional dan akademik dari perguruan tinggi (selanjutnya disebut PT). Pengaruhnya berdampak pada ekspektasi mahasiswa dari keterlibatannya secara langsung dalam proses belajar dan kepenadannya (relevansi) dengan dunia kerja. Ekspektasi model begini tidak terlepas dari peranan PT sebagai institusii produktif dan karenanya "economic performance" dari masyarakat akan dihubungkan dengan kemampuan PT untuk menghasilkan tenaga kerja terampil maupun dimensi-dimensi lain dari sumber daya manusia secara umum.

            Khasanah ilmu pengetahuan yang terus berkembang, bahkan akumulasi dari informasi baru akan membuat ilmu pengetahuan yang"established" dan  whole bodies of knowledge" menjadi ketinggalan jaman dan karena itu "fragile" untuk dipertahankan sebagai pengetahuan yang standar dan baku. Untuk mengubahnya kita bukan hanya menyentuh macam dan banyaknya tetapi yang terutama adalah konsepnya. Dalam masa sebelumnya pengetahuan yang baku bersifat tentu dan tidak berubah, karenanya dapat dipelajari kembali seperti semula dalam waktu yang berbeda. Pada masa sekarang, pengetahuan baik konten maupun metodologinya selalu berkembang. Karena itu apa yang dipelajari harus diuji kembali atau.diformulasikan dan diperluas secara kontinu. Ada banyak yang harus diteliti tetapi masih lebih banyak lagi yang belum ditemukan.Dalam tautan ini PT tidak dapat mengutamakan fungsinya sebagai lembaga pendidikan dan pengajaran saja, dimensi modernnya terdapat pada kemampuannya untuk mengadakan, memelihara dan mengembangkan penelitian.Temuan penelitian dimaksudkan untuk menopang proses berilmu itu sendiri dan untuk memberi kontribusi melalui bentuk-bentuk utilisasi ilmu itu untuk kepentingan dan kemaslahatan umat manusia.

            Sisi lain berhubungan dengan economic performance dari masyarakat adalah produktivitas PT sebagai aspek yang penting dari akuntabilitas. Mengapa? Tidak lain karena adanya ketergantungan yang langsung antara lulusan yang bermutu dan bermotivasi tinggi, kapabel dan berkemampuan dengan economic performance .  Disamping itu karena terbatasnya kesempatan kerja yang disediakan masyarakat dan pemerintah, lulusan yang memiliki kemampuan inovatif       berpikiran kreatif dan bersifat entrepreneur akan sangat dihargai karena kemampuannya untuk menciptakan sendiri lapangan kerja. Dengan demikian mereka tidak turut berkompetisi untuk merebut jenis-jenis pekerjaan konvensional yang sudah terbatas. Jadi dari sisi kepentingan masyarakat (dunia kerja) maka PT harus menjadi sadar bahwa salah satu jalan menuju ke karier yang sukses di masa depan, lulusannya harus memiliki sikap serta mentalitas yang enterprising dan inovatif. PT juga dituntut untuk memiliki sikap yang realistik dan menerima bahwa salah satu fungsinya yang modern adalah menyediakan pendidikan yang bersifat praktis yang berorientasi pada pengembangan karier.Sikap ini mesti dipahami dalam konteks bahwa menjadi realistik tidak berarti mendegradasi fungsi akademik menjadi lembaga pendidikan vocasional saja yang didikte oleh ekspektasi mahasiswa. Pendidikan tinggi yang berorientasi pada karier amat terkait dengan physic based disciplines, engineering, kedokteran pertanian dan sebagainya. Juga ada andaian (asumsi) yang keliru yang menganggap bahwa mengembangkan kepakaran professional bertentangan dengan konsep pendidikan humanistic untuk membentuk manusia seutuhnya.

TANTANGAN ABAD XXI

            Almarhum Soedjatmoko (1985) dalam suatu pertemuan dengan Unesco mengatakan "In looking to the future, I believe that it is the capacity to learn that will determine, perhaps more than other single factor, the viability, autonomy, and integrity of Asian societies.".Sehubungan dengan perubahan yang terus menerus terjadi dalam konteks maupun konten dari ilmu pengetahuan yang dipelajari, terdapat kebutuhan untuk mempertanyakan seberapa mampu sistem pendidikan yang ada dapat menyerap akumulasi pengetahuan yang baru. Pemikiran tradisional tentang" the acquisition of knowledge as the endpoint of learning" tidak dapat lagi diteruskan. Tantangan masa depan terletak pada kemampuan untuk mengembangkan bagi individu maupun masyarakat suatu kapasitas untuk belajar secara berkelanjutan, memberikan respons yang kreatif  dan kemampuan memberikan penilaian maupun pendapat yang kritis. Apalagi di era digitalisasi. Jelaslah bahwa proses belajar yang demikian akan menuntut kemampuan baru dari dosen-dosen di perguruan tinggi.

            Untuk memiliki kemampuan intelektual yang dikatakan sebelumnya orang harus memiliki juga pengetahuan mutakhir tentang berbagai aspek. Paling tidak dalam disiplin ilmunya sendiri seorang mahasiswa tidak ketinggalan kereta. Persoalannya adalah seberapa lentur kapasitas belajar seorang manusia? Toffler (1990) pernah mengatakan kesadaran berpikir manusia amat tergantung kepada kemampuan untuk mengabsorb, memanipulasi, menilai serta mempertahankan informasi yang diterima. Hal Ini menunjukkan bahwa walaupun manusia adalah sumber yang terus menerus menemukan sehingga terjadi akumulasi pengetahuan baru., ia sendiri memiliki keterbatasan dalam memproses informasi tersebut. Hal ini berbeda dengan penemuan manusia akan komputer yang memiliki kapasitas "tidak terbatas" dalam menampung informasi. Apa yang perlu dimiliki oleh manusia untuk mempergunakan komputer tersebut bagi kepentingannya adalah menguasai tehnik untuk  menarik keluar informasi tersebut dan menggunakannya sesuai kebutuhan. Hal ini menunjuk pada kenyataan bahwa dunia ilmu pengetahuan akan turut menimbulkan "information overload" sehingga kalau dipaksakan maka daya tampung informasi yang terbatas pada manusia hanya akan menimbulkan distorsi bahkan kekeliruan. Permasalahan di dalam belajar adalah bukan bagaimana menguasai seluruh informasi yang telah didokumenter, tetapi bagaimana memperolehnya dengan menggunakan tehnik-tehnik mutakhir yang tersedia serta pemilihan kemampuan untuk mengantisipasi hal-hal baru yang akan terjadi. Itulah sebabnya dalam menyiapkan mahasiswa agar tidak terperangkap dalam "future schook"nya Toffler, Werdell (1974) menganjurkan bahwa"..the new styles of learning must prepare srudents for imagining possible futures, for predicting probable futures, and for deciding a bout preferable futures" Tanpa munculnya sikap dosen yang mendorong terlaksananya proses belajar demikian dapat disimpulkan bahwa ada ketidakpercayaan terhadap kemampuan serta kapasitas mahasiswa. Kesimpulan semacam itu bisa saja dibiarkan oleh karena didalam kenyataannya proses pendidikan hanyalah gandrung untuk menganalisis informasi yang sudah ada bukan mendorong pemikiran yang spekulatif dan sintesis. Yang masih terjadi sekarang adalah bahwa kurikulum PT belum dapat melepaskan diri dari tradisi yang sangat" teacher based" dan text-book centred" Andaian yang dipertahankan adalah bahwa pengetahuan yang hendak ditramsmisi akan dikuasai dengan sendirinya oleh mahasiswa apabila kontennya dapat diorganisir ke dalam format perkuliahan. Hal ini nampak sekali dalam keyakinan yang berlaku bahwa apabila mahasiswa telah dapat mengumpulkan pengetahuan yang banyak, apalagi jika menunjukkan adanya kemampuan analisis secara intelektual maka ia akan sanggup. Lebih dari itu siap untuk memasuki kehidupan masyarakat dengan segala tantangan dan permasalahannya. Yang terjadi dalam kenyataan adalah sebaliknya, mahasiswa menemukan perbedaan yang besar antara yang dipelajari secara teoritik dengan realitas hidup.

              Tugas PT di masa depan adalah mengaktualkan upaya yang ( secara produktif dan "up to date " ) memadukan kuantitas serta kualitas sumber daya manusia serta hasil karya pendidikan tinggi untuk memenuhi keperluan manusia sebagai individu dan sebagai anggota masyarakat dalam konteks pembangunan ekonomi maupun pembangunan bangsa dan negara. Jikalau dihubungkan dengan uraian sebelumnya tentang ekspektasi mahasiswa dari pendidikannya, maka, isu tentang kepenadan (relevansi) tersebut mengandung pertimbangan-pertimbangan prinsipil. Di satu pihak terdapat tanggung jawab PT untuk memenuhi harapan mahasiswa agar setelah usai masa studinya ia akan mampu memperoleh, memenuhi atau menciptakan sendiri lapangan kerja yang sesuai dengan tingkat pendidikan yang telah diikutinya. Tetapi, di pihak yang lain, kemiskinan, pertumbuhan penduduk, keterbelakangan, penyusutan sumber alam, pencemaran lingkungan bahkan konflik horisontal, semuanya merupakan permasalahan yang merupakan sebagian saja dari permasalahan sosial yang dihadapi umat manusia didunia. Karena itu, internalisasi dalam diri mahasiswa akan kepekaan dan kesadaran terhadap lingkungan sosial dan lebih dari itu pengembangan kemampuan untuk memutuskan, jikalau perlu secara normatif, apa yang sebenarnya dibutuhkan oleh masyarakat adalah aspek lain dari konsep relevansi tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun