Mohon tunggu...
Khoerul umam
Khoerul umam Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Syari'ah IAIN Purwokerto

Seorang mahasiswa semester 4 fakultas syariah IAIN Purwokerto dan pegiat literasi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Putih

28 Juli 2020   23:45 Diperbarui: 28 Juli 2020   23:40 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Setan macam apa ini?" batinku. Baunya busuk seperti telur di dalam kulkas yang lupa tidak di masak selama setahun. Mukanya bergelombang sudah tak beraturan. Bola matanya bergerak hampir keluar sempurna dari sarangnya seperti komedo yang keluar dari dalam kulit ketika menekannya. Gigi-giginya hitam seperti giginya anak kecil yang menghitam akibat jarang sikat gigi.

Warna mukanya hitam, gosong berisi belatung yang menjadikanya apartemen gratis sampai beranak-pinak di dalamnya. Kepalanya botak dan menjadi lahan tambahan buat para belatung. Melihat kengerian itu, saya hanya bisa melihatnya lemas dan tak bertenaga.

Bahkan untuk menggerakan kepala untuk mengalihkan pandangan dari setan lemper itu terasa berat. Alhasil, mata saya dengan mata setan lemper itu saling berpandangan seperti dalam drama-drama korea.

Di tengah-tengah kengerian yang saya hadapi. Hati saya hanya bisa beristighfar dan membaca doa-doa yang saya hafal dari ustadz akif, guru ngaji sewaktu ngaji di masjid dulu ketika masih kecil.

Sayangnya doa-doa yang sudah saya panjatkan dalam hati ternyata tidak berpengaruh apa-apa. Apakah karena saya terlalu banyak dosa? Sehingga doa saya terhijab oleh dosa tersebut. Ah entahlah, yang penting bagaimana caranya agar setan lemper ini bisa pergi jauh-jauh dari hadapanku.  Di tengah perasaan batin saya yang campur aduk.

Tiba-tiba leher saya terasa sakit sekali, seperti ada orang yang mencekik leher saya. Tangan saya berusaha sekuat tenaga untuk digerakan. Namun, usaha saya masih sia-sia belaka. Mulut saya sedari tadi sudah berusaha berterika minta tolong, akan tetapi hanya ada gerakan saja persis seperti orang bisu yang sedang berbicara.

Hatiku mulai merasa pilu dan pasrah terhadap apa yang akan terjadi selanjutnya. Di tengah-tengah kepasrahanku. Aku teringat satu doa yang ternyata belum aku batinkan dalam hati. Yah, semoga saja ini berhasil.

ALLOHUMMA BARIK LANA FII MAA ROZAKTANA WAQINA 'ADZABANNAR,

Doa itu saya dapat dari teman saya dulu ketika masih kecil. Katanya itu doa serba guna, bisa digunakan untuk apa saja. Anehnya, setan lemper itu malah semakin kuat mencekik leher saya. Hati saya mulai meronta dan memaksa sekuat tenaga dan berkata: "TOLONG SAYA"... perkataan itu terus saya ulang-ulang sampai pada akhirnya sesuatu terjadi.

Byurr,,,,Byurr.

Saya terbangun dan langsung duduk di atas deretan kursi yang saya gunakan untuk tidur tadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun