Mohon tunggu...
Azanuddin Umaee
Azanuddin Umaee Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mencoba Menganalisis Apa aja!\r\nhttp://umaeeblogs.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Antibiotik, Si Meriam yang Disalah Gunakan

7 November 2011   03:53 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:58 476
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

[caption id="attachment_140682" align="alignleft" width="315" caption="image from google"][/caption] Gelombang musuh datang silihberganti, para prajurit pertahanan sudah pada perjatuhan, benteng pelindung pada porakporanda, keselamatan kerajaan tinggal menghitung hari. Namun kita masih punya satu senjata mematikan yakni meriam besar nan dashyat yang mampu melululantahkan para gerombolan musuh yang mencoba menginvasi daerah pertahanan kita.

Para ahli perang tentunya tidak akan menggunakan senjata terahir kala melawan sekelompok kecil dari musuh yang menyerang, bila dengan hanya menggunakan sekawanan kafileri mampu menumpas semuanya. Namun, bila gelombang musuh dalam jumlah besar datang, senjata paling ampuh pun akan dikeluarkan demi untuk menjaga keutuhan kerajaan. Taktik inilah yang paling efektif & efisien dalam hal strategi perang yang baik.

Analogi diatas ternyata perlu pula diketahui oleh dokter, apoteker dan pasien bila gejala-gejala penyakit terlihat atau dialami, tidak lantas menggunakan obat-obat sakti bila tampa obat atau obat-obatan ringan masih mampu digunakan untuk menyembuhkan suatu penyakit. Antibiotik adalah semacam meriam, yang merupakan senjata terakhir demi untuk menumpas para kuman-kuman yang mencoba menerobos pertahanan tubuh kita, akan tetapi antibiotik adalah pilihan akhir, karena secara alami manusia telah dikaruniai benteng pertahanan yang sangat kokoh didalam dirinya untuk menumpas segala macam kuman yang mencoba masuk kedalam tubuh.

[caption id="attachment_140683" align="alignright" width="320" caption="image from google"][/caption] Antibiotik pada umumnya berasal dari kuman yang dilemahkan untuk membunuh kuman yang tidak diinginkan tubuh. Saya mengangkat topik Antibiotik disini, karena kebanyakan masyarakat kita masih banyak yang salah kaprah tentang penyakitnya, misalnya sakit demam, batuk flu, langsung meminta dokter atau apoteker untuk meresepkan antibiotik, padahal gejala semacam demam, batuk, atau flu adalah mekanisme normal tubuh untuk melawan kuman yang mencoba masuk kedalam tubuh. Olehnya itu, oleh dokter meresepkan obat-obatan peringan gejala-gejala yang timbul diserta saran meningkatkan daya tahan tubuh dengan makan makanan dan minuman yang bergizi.

Bila pemaksaan atau penggunaan antibiotik ini diteruskan maka akan antibiotik tersebut tidak poten lagi atau resisten bila ada kuman yang masuk kedalam tubuh yang lebih ganas dari sebelumnya. Sehingga diperlukan antibiotika lain yang lebih kuat membasmi kuman, dan biasanya antibiotika ini lebih mahal.

Beda halnya jika gejala-gejala infeksi karena kuman itu tampak misalnya demam, sakit, dan tempat yang meradatang bernanah dan berwarna merah. Pada keadaan ini pemberian antibiotik mesti gunakan biasanya dokter meresepkan untuk pemakaian 3-7 hari, karena pada gejala-gejala tersebut mekanisme normal tubuh melawan kuman tidak mampu lagi membunuh kuman sehingga dibutuhkan tambahan amunisi baru seperti analogi meriam diatas yakni antibiotik, guna membasmi kuman sampai mati semua.

Pada keadaan ini juga, pemberian obat-obatan lain tidak mesti dilakukan, misalnya terkait gejala-gejala seperti demam, sakit, dll. Bila kumanya telah terbasmi oleh antibiotik maka gejala-gejala tersebut akan hilang dengan sendirinya. Mesti diingat oleh pasien, pada pemakaian Antibiotik satu atau dua kali, gejala infeksi telah berkurang sehingga antibiotik tidak diminum lagi. Ini adalah asumsi yang salah, Jangan kira kuman yang masuk kedalam tubuh itu telah mati, ternyata kuman itu hanya melemah. Oleh karena ini supaya sejalan dengan tujuan pemakaian antibiotik adalah membunuh kuman, maka antibiotik tersebut harus diminum sampai habis.

Sama dengan perjelasan pertama kali diatas, penghentian meminum antibiotik akan menyebabkan resistensi antibiotik, sehingga bila kuman yang sama menyerang di waktu yang lain maka antibiotik yang sama tidak akan mampu lagi membunuh kuman tersebut, sehingga diperlukan antibiotik yang lebih poten. Bahayanya di negara-negara berkembang seperti Indonesia, ketersediaan antibiotik yang lebih poten untuk beberapa penyakit tertentu belum diproduksi. Sehingga perlu dibeli dari luar negeri dan tentunya harganya sangat mahal.

Kadang kala pasien-pasien tertentu alergi terhadap antibiotika tertentu, misalnya golongan sulfa dan penisilin (tetrasiklin, amoxicilin, ampinsilin, dll). Oleh karena itu, sebelum diresepkan oleh dokter, sebaiknya pasien memberitahukan bawa dia alergi atau mempunyai riwayat alergi terhadap antibiotik tertentu sehingga dokter meresepkan antiobiotik lain untuk mengobati penyakit pada pasien tersebut.

__Salam Sehat__

***Azanuddin Umaee***

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun