Mohon tunggu...
Himma Ulya
Himma Ulya Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Siapa Bilang Kuliah Tidak Bisa Sambil Kerja?

16 April 2018   11:33 Diperbarui: 16 April 2018   11:46 401
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Namanya Tri Himmatul Ulya, lahir di Kudus, 17 Maret 1997. Dia adalah anak ketiga dari enam bersaudara. Buah pasangan dari Mukhlas Afroni dan Siti Laikhah. Himma adalah panggilan akrabnya. Dia terlahir dari keluarga yang sederhana. Ayahnya seorang guru di MTs NU Banat Kudus. Pengampu mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Tidak hanya Ayahnya saja yang berprofesi guru,  kakak dan adik-adik Ayahnya juga seorang guru, bahkan adik-adik ibunya juga seorang guru. Sedangkan Ibunya sendiri adalah seorang ibu rumah tangga biasa. Sejak kecil, Ayahnya selalu mengajarkan anak-anaknya untuk selalu bisa hidup mandiri. Katanya, jangan pernah mengandalkan orang lain kalau diri sendiri mampu melakukannya. Anak-anaknya selalu diajarkan untuk bisa menghargai orang lain, mengucapkan kata terima kasih dan maaf adalah sangat penting. Itulah didikan orang tuanya, bahwa mengucapkan terim kasih dan maaf itu segala-galanya.

Sejak kecil, Himma sekolah di Madrasah Banat, dari mulai RA-MI-MTs-MA. Dulu di Madrasah Aliyah dia masuk di jurusan Bahasa. Kemudian setelah dia lulus dari Madrasah Aliyah Banat pada tahun 2015, dia melanjutkan Perguruan Tinggi di Universitas Islam Nahdlatul Ulama (UNISNU) Jepara, di Fakultas Dakwah dan Komunikasi. Sebetulnya waktu itu, orang tuanya lebih mengiginkan Himma untuk melanjutkan di bidang Kebidanan. Namun pada akhirnya, Himma lebih memilih untuk melanjutkan pendidikan di Jepara. Alasannya, karena Himma ingin hidup mandiri dan ingin mengenal dunia luar yang katanya bebas dan liar. Awalnya, Himma cukup kaget dengan dunia yang di Jepara. Terlebih-lebih dia harus ngekos, kalau mau makan ya cari sendiri, sakitpun harus tetap bisa apa-apa sendiri.

Sejak dia kuliah di UNISNU, dia banyak mengenal apa arti kehidupan. Lingkungan yang seratus persen sangat berbeda dari dunianya selama ini. Banyak hal yang sangat berbeda. Bahkan dari hal terkecil pun dia bisa menguraikan perbedaan itu. Sejak semester satu, dia banyak mengikuti organisasi. Hal itu dia lakukan semata-mata untuk meluruskan niatnya untuk mencari banyak pengalaman.

Dulu di sekolah lamanya, dia memang aktif dalam dunia penulisan. Makanya tak jarang dalam setiap terbitan majalah Banat terpampang namanya. Kadang kalau dia bosan dengan namanya sendiri, dia memakai nama lain yang orang lain tidak bisa mengenalinya. Sebetulnya, dia tidak gemar menulis. Baginya menulis itu membosankan. Dia lebih suka membaca. Hanya saja dia sangat tertarik dengan karya-karya Ayahnya dari antologi puisi yang Ayahnya ciptakan. Dia suka majas, dia pun tertarik untuk membaca buku-buku puisi. Kemudian mengidentifikasi maknanya dan menganalisa maksutnya. Diapun senang saat dia bisa masuk di Jurusan Bahasa. Dia bisa banyak belajar berprosa. Seolah-olah tiada harinya tanpa menulis. Bahkan di kelasnya selalu menggunakan majas untuk keseharian.

Di UNISNU, menginjak semester tiga, dia mencoba untuk terikat dengan pekerjaan yang hasilnya dia pakai untuk membayar kuliahnya sendiri. Memang benar, tidak ada hal yang mudah ketika konsentrasi harus terpecah menjadi beberapa bagian. Kesulitannya dalam membagi waktu untuk kuliah, organisasi juga bekerja. Tapi sebisa mungkin dia harus bisa melakukan semuanya. Dia tidak boleh meninggalkan kuliahnya. Dia harus menuntaskannya terlebih dahulu. Setidaknya organisasi dan pekerjaan adalah selingannya untuk mencari sebanyak-banyaknya pengalaman. Dari situlah, dia memiliki pendapat sendiri bahwa seenak-enaknya orang adalah orang yang sibuk dan mampu mengatur waktunya dengan baik. Jadi, siapa bilang seorang mahasiswa tidak bisa dilakukan sambil bekerja? Segala sesuatu itu harus memiliki niat. Tidak sekedar hanya niat saja, usaha keraspun harus diimbangi.

Tri Himmatul Ulya, Mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Semester VI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun