Mohon tunggu...
Ruslan Yunus
Ruslan Yunus Mohon Tunggu... Peneliti dan Penulis -

Belajar Menyenangi Humaniora Multidisipliner

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan featured

Sebuah Renungan di Hari Bumi 22 April: Manusia Virus bagi Bumi?

22 April 2019   10:02 Diperbarui: 22 April 2020   07:41 1879
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: pixabay.com

Tentang global warming, saya mengutip sebuah laporan dari Inter Govermental on Climate Change, the Third Assessment Report, Cambridge University, UK 2001.

Bila laju emisi gas CO2 ke atmosfer tidak dikendalikan, maka suhu bumi diproyeksikan akan naik antara 1,4°C sampai 5,8°C sampai akhir abad ini. 

Kenaikan suhu bumi ini akan memicu naiknya permukaan laut dari 9 sampai 88 cm akibat salju di kutub retak dan mencair. Pada skenario perubahan iklim kategori "sedang" dengan kenaikan suhu bumi 3°C, permukaan laut diproyeksikan akan naik 40 cm menjelang tahun 2080-an. Pada skenario kategori "tinggi", kenaikan permukaan laut diproyeksikan bisa melebihi 80 cm. Ngeri kan?

Sementara pada musim dingin suhu udara di sejumlah negara Eropa, Amerika Utara dan Cina saat ini dilaporkan bisa luar biasa dinginnya. Bisa sampai 30°C- 50°C dibawah nol. 

Aliran udara dingin yang berputar berlawanan arah dengan arah jarum jam di daerah kutub yang bertekanan udara rendah, tiba- tiba menjadi tidak stabil. 

Lalu mengalir secara acak dan merembes ke daerah- daerah lain. Fenomena ini dikenal sebagai Polar Vortex. Pada saat yang bersamaan suhu udara di Alaska yang berdekatan dengan kutub utara malah hanya 11°C dibawah nol (CNN Indonesia, 02/02/2019).

Itu baru efek global warming terhadap kenaikan suhu bumi dan permukaan laut. Belum lagi efeknya terhadap pola penyakit, emosi manusia, pola tanam dan efek- efek sosial lainnya akibat frekuensi dan intensitas gelombang panas (heat waves), banjir dan kekeringan yang terbilang cukup ekstrim (Abd. El Aleem Desoky, Global Adv. Research J. of Agric. Sci., 6(10), 2017, Doherty & Clayton, American Psychologist, 66(4), 2011).

KTT Perubahan Iklim yang digelar di Paris Perancis, 30 November-11 Desember 2015 mengingatkan kembali akan komitmen dunia untuk mengurangi emisi gas buang. Data European Commission and Nederlands Environmental Assessment Agency (ECNEAA) yang dirilis tahun 2013 menyebutkan total emisi CO2 dunia mencapai 35,27 juta kt. 

Dari 10 negara penghasil CO2 terbesar dunia, Cina menempati urutan pertama dengan emisi CO2 sebesar 10,33 juta kt. Disusul oleh Amerika Serikat dan Uni Eropa di urutan kedua dan ketiga masing- masing 5,30 dan 3,74 juta kt. Indonesia menempati urutan kesepuluh sebesar 0,51 juta kt (CNN Indonesia, 30/11/2015).

Sebagai pembanding pada tahun 1990 sebelumnya, total emisi CO2 dunia sebesar 22,67 juta kt (ECNEAA, 2018). Untuk menjaga kenaikan suhu bumi pada kisaran 1,5°C sesuai dengan Kesepakatan Paris, maka emisi gas rumah kaca ini pada tahun 2030 perlu diturunkan sampai 55% dari tingkat emisi saat ini.

****

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun