Mohon tunggu...
Ruslan Yunus
Ruslan Yunus Mohon Tunggu... Peneliti dan Penulis -

Belajar Menyenangi Humaniora Multidisipliner

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengapa Kesenangan Hidup Ini Kerap Kita Rasakan Tak Bermakna?

5 Januari 2019   14:15 Diperbarui: 23 Januari 2019   05:40 597
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lima hari yang lalu kita meninggalkan tahun 2018. Rasa- rasanya, baru kemarin kita memasuki tahun 2018 ini. Eh..., tahu- tahu kita sudah berpindah ke tahun 2019. Kalau begitu usia hidup kita begitu cepat berlalu. Mungkin sudah lebih dari 20 tahun berlalunya. Atau sudah lebih dari 30 atau  40 tahun. Atau bahkan mungkin sudah lebih dari 50 tahun.

Bila hidup kita selama ini lebih banyak bahagia dan senangnya daripada tidak bahagia atau susahnya, maka alhamdulillah. Dan lebih alhamdulillah lagi, bila kebahagiaan atau kesenangan hidup itu kita rasakan pula memberi makna bagi hidup kita. Tapi bagaimana bila sebaliknya ?

Mungkin banyak diantara kita pernah mengalami kondisi seperti berikut. Apa yang sepintas nampak membahagiaan atau menyenangkan diri kita, dalam beberapa hal, ternyata kemudian tidak kita rasakan sebagai suatu yang bermakna bagi hidup kita. Padahal keduanya, mungkin adalah tujuan hidup kita. Sebaliknya, apa yang kita anggap tidak atau kurang menyenangkan, ternyata kita rasakan sarat dengan makna. 

Beberapa riset psikologi mutakhir telah mencoba mengungkap fenomena ketidak-sejajaran ini. Antara kebahagiaan atau kesenangan hidup (happiness) disatu sisi dengan kebermaknaan hidup (meaningfulness), di sisi yang lain.

Salah satu diantara riset itu adalah yang dilakukan oleh Roy Baumeister dari Florida State University, bersama koleganya K. Vohs dari University of Minnesota, dan J. Aaker dan E. Garbinsky dari Stanford University.  Riset dengan judul Some Key Differences Between Happy Life and a Meaningful Life  ini, hasilnya dilaporkan melalui Journal of Positive  Psychology, 2013. 

Sebuah hasil riset yang rasa- rasanya baik untuk menjadi perenungan kita. Perenungan untuk meninggalkan tahun 2018 dan memasuki tahun 2019 dan tahun- tahun berikutnya.

Riset ini melibatkan 397 orang Amerika usia dewasa sebagai sampel penelitian. Yang terdiri dari 68% perempuan dan 32% laki- laki. Dengan menggunakan metode survei on- line, kepada responden diminta untuk menjawab sejumlah pertanyaan seputar kebahagian atau kesenangan, kebermaknaan hidup, gaya hidup dan lingkungan sekeliling mereka secara umum. Survei dilakukan dalam tiga tingkatan waktu.

Baumeister dan koleganya mengambil definisi umum kebahagiaan atau kesenangan hidup (happy life)  sebagai kesejahteraan subyektif. Suatu kondisi empiris yang di dalamnya terkandung perasaan afektif positif yang menyeluruh. Seseorang merasa bahagia atau senang, misalnya karena ia bisa membeli sepatu baru, atau karena banjir yang melanda pemukiman nya sudah surut. 

Sedangkan kebermaknaan hidup (meaningful life) berkaitan dengan asesmen kognitif dan emosional, apakah hidup seseorang memiliki tujuan (purpose) sekaligus nilai (value). Seseorang menemukan hidupnya bermakna bila merasa hidupnya berharga, sekalipun orang itu tidak dapat mengartikulasikan keberhargaan itu.

Seperti dapat diduga, Baumeister dan koleganya juga menemukan bahwa kesenangan dan kebermaknaan hidup, secara substansial dan positif saling berkorelasi. Dengan tingkat korelasi 0,63 pada survei tingkat pertama dan 0,70 pada survei tingkat kedua. Artinya, menjadi senang dan hidup bermakna memiliki keidentikan sebagai tujuan hidup. 

Sayangnya, meski berkorelasi, kedua hal tersebut memiliki akar substansi yang berbeda. Beberapa diantara perbedaan ini bahkan cukup spesifik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun