Mohon tunggu...
Uli Elysabet Pardede
Uli Elysabet Pardede Mohon Tunggu... Karyawan Swasta -

Inspirasiku dalam menulis adalah lagu indah, orang yang keren perjuangannya, ketakutanku dan hal-hal remeh-temeh yang mungkin saja bisa dibesarkan atau dipentingkan… Tuing! blog : truepardede.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kisah Natal Nella

24 Desember 2016   11:57 Diperbarui: 24 Desember 2016   12:09 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Tuhan adil. Tuhan memanggil Mama Papamu duluan itu karena Dia tahu kau masih punya Nenek. Dan Nenek akan menemanimu sampai dewasa nanti. Kau tak akan pernah sendiri!" Suara Nenek bergetar dan ia menciumi kening Nella.

 "Nenek..."

"Hapuslah airmatamu. Kita belum memasang pohon natal. Siapa tahu besok pagi hadiah dari santa claus sudah ada di pohon natal. Nanti pagi kita akan makan daging merayakan natal kita berdua. Berbahagialah demi Nenek." Kata Nenek mantap.

Dan malam itu mereka memasang pohon natal dengan berbahagia. Dan Nella kecil masih berharap esok pagi kado natal dari santa sudah bertengger di bawah pohon natal.

 Keesokan paginya, Nella terbangun dan segera  berlari ke ruang tamu melihat apakan kado natal itu sudah ada. Dan ternyata benar kado itu ada. Kali ini Nenek yang berbohong tentang santa. Kata Nella dalam hati. 

Dia segera membuka kado dengan semangat. Dan ternyata isinya adalah bingkai photo keluarga yang belum pernah dilihat Nella sama sekali. Photo sedari dia bayi, Mama Papa yang masih muda, dan Nenek saat masih mengasuh Mama yang kecil, semua jadi satu dalam bingkai besar. Nella menghapus airmata bahagia.

Tiba-tiba pintu terbuka dan ternyata Nenek baru pulang dari pasar membeli daging untuk dimasak. Nella berlari dan langsung memeluk Nenek. 

"Aduh... Ada apa?" Tanya Nenek.

"Kado dari santanya bagus sekali."

"Oh ya? Baguslah sayang..." Nenek memeluk Nella erat. "Aduh..." Nenek memegangi lututnya yang berdarah.

"Kenapa, Nek?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun