Bukan namanya Indonesia kalau tidak punya segudang tradisi dan kebudayaan. Hampir semua daerah mempunyai adat istiadat yang beraneka ragam, mulai dari manaqiban, tahlilan, tebus weton (mitoni), dan muludan.Â
Tradisi muludan pun beraneka ragam lagi. Ada yang namanya grebeg maulud, ngumbah keris malam rolas, tekwinan, barjian dan diba'ian. Yah, barzanjian dan diba'ian secara bahasa berasal dari barzanji dan diba'i yang diberi akhiran an, sehingga menimbulkan arti yang berbeda ketika masih berbentuk kata dasar. Barzanjian dan diba'ian berarti membaca barzanji dan dibai yang menjadi rutinan (khas tersendiri) yang mana biasanya dibaca di bulan mulud dan malam senin atau jumat di selain bulan mulud.Â
Barzanjian dan Diba'ian itu sendiri merupakan icon dominan tradisi muludan di kampung-kampung, walaupun di kota-kota besar juga seperti  Jakarta juga ada sebagian yang masih memegang tradisi ini.Â
Selain mengambil berkah atas apa yang dibaca dan berkah maulid Nabi Muhammad SAW, tradisi barzanjian dan diba'ian merupakan wadah yang strategis untuk memperkuat kembali ukhuwah islamiyah. Dan posisi pandemi kayak gini sangatlah pas, karena dengan sering kita berkumpul dan tertawa bersama selepas baca barzanjian, kita pun menjadi rileks dalam menjalani kehidupan bersama. Stress akibat pandemi pun mulai berkurang, begitulah yang penulis lihat.Â
Wal khasil, tradisi barzanjian dan dibaian yang kita lihat dan terus kita pelihara adalah wajah Indonesia. Di Negara Timur Tengah sepertinya tidak seramai dan seantusias Indonesia ketika menyambut bulan Maulud.Â
Yah, yang kayak gini wajib kita jaga bersama-sama !
Karena tradisi kayak seperti ini mempunyai muatan yang sangat strategis, dinamis, dan punya powerfull dalam segala bidang. Baik itu di bidang agama, ekonomi, sosial, terlebih lagi syiar Agama Islam menjadi lebih terasa dan sejuk untuk terus kita pelihara.
Happy Maulid, Jangan lupa barzanjian dan Dibai'an !