Mohon tunggu...
Ulil Absor_New
Ulil Absor_New Mohon Tunggu... Penulis - Bismillah Walkhamdulillah

Lakukanlah kebaikan dengan cinta dan sepenuh hati (@yusufmansurnew)

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Edisi Kemerdekaan: Ketika Kitab Klasik Kawal Kesatuan NKRI

17 Agustus 2020   21:10 Diperbarui: 17 Agustus 2020   21:24 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: sekolahan.co.id

Cerita sejarah ini bersumber dari ceramah Abai Yai KH.Dimyati Rois dari Kaliwungu Kendal Jateng kala mengisi pengajian di daerah Semarang Utara. 

Dalam ceramah tersebut beliau memberikan penjelasan kepada kita bahwa dulu Ulama kita pun bermain politik,tentu bermain politik dalam hal ini adalah sesuatu yang bersifat positif. Bahkan sejarah kita mencatat bahwa Kesatuan NKRI pun pernah disupport oleh Ulama kita dengan kedalaman ilmu agamanya.

Tepatnya kala itu, Presiden pertama kita Bung Karno kebingungan bagaimana cara mengatasi permasalahan Papua yang kala itu masih diklaim oleh Belanda, padahal Negara kita jauh sudah merdeka tahun 1945. Peristiwa ini terjadi di tahun 1949-an, yang mana nanti endingnya Papua bisa kembali ke pangkuan Ibu pertiwi tahun 1962 lewat jalur diplomasi PBB.

Di awal-awal tahun kemerdekaan negera kita,bangsa sekutu yang telah mengalahkan Jepang dalam pertempuran Perang Dunia-II pun berdatangan untuk kembali menjajah Indonesia, tidak terkecuali dalam hal ini adalah Belanda.

Perjuangan negosiasi lebih diutamakan Bung Karno yang mana kala itu beliau sering berdiskusi dengan Mbah Wahab Hasbullah,selaku Rois Am ke-2 NU dan Ulama yang mumpuni pada masa itu. 

Mbah Wahab pun memberikan arahan kepada Bung Karno bahwa hal tersebut sebenarnya cukup dijawab dengan kitab FATHUL QORIB yaitu pada bab Ihya'ul Mawat, menghidupkan tanah tanpa tuan.

Mbah Wahab kembali menjabarkan bab tersebut bahwa Irian Barat (kala itu) masuk dalam kategori ihyaul mawat dan yang berhak adalah kita yang pertama kali memakmurkan daerah tersebut sebelum jauh penjajah datang kesini.

Bung Karno pun kembali ke Jakarta dan meninstruksikan Mr.Ahmad Subarjo untuk negosiasi dengan pihak Belanda,yang kala itu diwakili oleh Royen.

Usaha diplomasi pertama pun gagal, dilanjut dengan jalur diplomasi kedua yaitu antar Roem dengan Royen maka perjanjian /diplomasi tersebut dalam buku sejarah dinamakan perjanjian Roem Royen,akan tetepi hasilnya pun masih kandas untuk bangsa Indonesia. 

Tahun berganti tahun,Bumi Papua kala itu masih dipegang oleh Belanda. Sehingga Mbah Wahab pun memberikan nasehat kepada Bung Karno, bahwa kalau sudah seperti itu posisinya (tidak mau damai) maka kita berhak menarik secara paksa, kata Mbah Wahab dalam literatur kitab kuning ada di syarah kitab fathul Qorib yaitu Hasyiyah Al Bajuri dan Hasyiyah Iqna.

Maka berdasarkan fatwa Mbah Wahab, Bung Karno sampai mengeluarkan TRI KORA dan DWI KORA dalam rangka merebut kembali Papua dalam genggaman Belanda. Dan Akhirnya Tanah Papua pun kembali ke pangkuan ibu pertiwi pada tahun 1962.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun